tag:blogger.com,1999:blog-16604509393760351812024-03-12T22:55:52.556-07:001001 cerita rakyatBlog ini berisi tentang 1001 cerita rakyat seperti kumpulan dongeng, fabel, legenda suatu wilayah, cerita lucu, kumpulan motivasi. Selamat Membaca.Suhendra Vebriantohttp://www.blogger.com/profile/10063771325243594551noreply@blogger.comBlogger34125tag:blogger.com,1999:blog-1660450939376035181.post-11975238068852089792022-04-03T09:48:00.000-07:002022-07-07T08:59:50.060-07:00Perang Bubat Antara Majapahit dan Sunda<div style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;">
</div>
<div style="text-align: left;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgC6hPh1F2iycaAPTKoHMw6MOwe8nY7ea7qdPXq0X4pgpAabmrFryxpGJnzlwKaXowc6rCtk6cedbQMt1iVWmwJLEp3AQRx0PMDBX_CKLiTg2POi2JaQZiC9SbKI8BOh2YU6E9EUKwhczk/s1600/32524641401966264848+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="628" data-original-width="1200" height="206" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgC6hPh1F2iycaAPTKoHMw6MOwe8nY7ea7qdPXq0X4pgpAabmrFryxpGJnzlwKaXowc6rCtk6cedbQMt1iVWmwJLEp3AQRx0PMDBX_CKLiTg2POi2JaQZiC9SbKI8BOh2YU6E9EUKwhczk/s400/32524641401966264848+copy.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<span style="text-align: justify;"><br /></span></div>
<div style="text-align: left;">
<div style="text-align: left;">
<span style="text-align: justify;">Sejarah Perang Bubat berasal dari Prabu Hayam Wuruk yang ingin memperistri putri Prabu Linggabuana yang bernama Dyah Pitaloka Citraresmi dari Kerajaan Sunda. Ketertarikan Prabu Hayam Wuruk terhadap putri Prabu Linggabuana diawali dengan beredarnya lukisan sang putri Dyah Pitaloka di kerajaan Majapahit, yang dilukis secara diam-diam oleh seorang seniman berbakat pada masanya yang bernama Sungging Prabangkara.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Niat pernikahan antara kedua kerajaan yaitu untuk
mempererat tali persaudaraan yang telah lama putus antara Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sunda. Di samping itu, Hayam Wuruk memang berniat
memperistri Dyah Pitaloka dengan alasan politik, yaitu untuk
menambah persekutuan dengan Negeri Sunda.<sup> </sup>Berdasarkan restu dari keluarga Kerajaan Majapahit, Hayam Wuruk mengirimkan
surat kehormatan kepada Prabu Linggabuana untuk melamar Dyah
Pitaloka.<br />
Pernikahan akan diadakan di Kerajaan Majapahit. Namun pihak kerajaan Negeri Sunda merasa keberatan,
terutama Mangkubumi Hyang Bunisora Suradipati. Hali Ini terjadi karena menurut adat
yang berlaku di Nusantara, karena pengantin pria harus datang kepada pihak pengantin perempuan. Bersamaan itu, pihak kerajaan Sunda berfikir bahwa ini adalah jebakan diplomatik Kerajaan Majapahit untuk melebarkan kekuasaannya, karena telah menaklukkan Kerajaan Dompu di Nusa Tenggara.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Prabu Linggabuana memutuskan untuk tetap berangkat ke Kerajaan Majapahit, karena
rasa persaudaraan yang sudah ada dari garis leluhur dua kerajaan tersebut. Hingga tiba suatu hari Prabu Linggabuana memutuskan berangkat bersama rombongan Kerajaan Sunda ke Kerajaan Majapahit dan diterima
serta ditempatkan di Pesanggrahan Bubat.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Prabu Linggabuana datang ke Pesanggrahan Bubat bersama putri Dyah Pitaloka
dengan diiringi sedikit prajurit. Namun terdapat kesalahpahaman dimana Mahapatih Gajah Mada ingin menaklukkan Kerajaan Sunda. Gajah Mada ingin membuktikan Sumpah Palapa jauh sebelum Prabu Hayam Wuruk naik tahta untuk menguasai Nusantara.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada suatu hari, Mahapatih Gajah Mada sengaja membuat alasan dengan beranggapan bahwa kedatangan Kerajaan Sunda di Pesanggrahan Bubat adalah
bentuk penyerahan diri kepada Kerajaan Majapahit. Gajah Mada
menghadap Prabu Hayam Wuruk untuk menerima Dyah Pitaloka bukan sebagai pengantin perempuan,
tetapi sebagai tanda takluk Kerajaan Sunda dan pengakuan kehebatan Kerajaan Majapahit atas Kerajaan Sunda di Nusantara.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada suatu hari, terjadi insiden perselisihan antara pengawal Prabu Linggabuana
dengan Mahapatih Gajah Mada. Perselisihan ini berakhir dengan Gajah
Mada dimaki-maki oleh utusan Kerajaan Sunda. Utusan Kerjaan Sunda berani memaki karena terkejut kedatangan mereka dianggap sebagai tanda takluk dan mengakui Kerajaan Majapahit,
bukan karena pertemuan pengantin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Prabu Hayam Wuruk sebenarnya belum memberikan titah, tetapi Mahapatih Gajah Mada sudah
bergerak dengan pasukannya yang bernama Bhayangkara ke Pesanggrahan Bubat dan mengancam Prabu Linggabuana. Demi mempertahankan
kehormatan Kerajaan Sunda, Prabu Linggabuana menolak tawaran Mahapatih Gajah Mada.<br />
<br />
Disinilah terjadilah peperangan antara Mapahatih Gajah Mada dengan
pasukannya yang banyak melawan Prabu Linggabuana dengan pasukan
pengawal yang bernama Balamati yang sedikit beserta para petinggi kerajaan dan
menteri kerajaan yang ikut dalam kunjungan itu. Peperangan ini berakhir
dengan gugurnya Prabu Linggabuana, para menteri, pejabat kerajaan beserta
segenap keluarga Kerajaan Sunda di lapangan
Bubat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sang Putri Dyah Pitaloka dengan hati berduka melakukan <i>bela pati</i>, yaitu mengakhiri hidupnya untuk membela kehormatan bangsa dan negeri Kerajaan Sunda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Prabu Hayam Wuruk meratapi kematian Dyah
Pitaloka. Prabu Hayam Wuruk menyesalkan tindakan lapangan Bubat dan mengirimkan utusannya yang bernama <i>darmadyaksa</i> dari Bali yang berencana di Kerajaan Majapahit menjadi tamu pernikahan antara Prabu Hayam Wuruk dan Putri Dyah Pitaloka. Tetapi Prabu Hayam Wuruk mengutusnya untuk menyampaikan permohonan maaf
kepada Mangkubumi Hyang Bunisora Suradipati yang menjadi pejabat sementara raja Kerajaan Sunda, serta menyampaikan bahwa peristiwa Bubat akan dimuat dalam kitab <i>Kidung Sundayana</i> dan <i>Geguritan Sunda</i> agar diambil hikmahnya.<br />
<br />
Setelah tragedi Pesanggrahan Bubat, Prabu Hayam Wuruk menikahi sepupunya yaitu Paduka Sori.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah Perang Bubat, hubungan Prabu Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada merenggang. Mahapatih Gajah Mada
sendiri menghadapi kecaman dari pejabat
dan bangsawan Kerajaan Majapahit, karena tindakannya dianggap ceroboh dan
gegabah. Ia dianggap terlalu berani dan lancang dengan tidak
menghormati titah Prabu Hayam Wuruk. Peristiwa yang penuh kesesalan ini membuat Mahapatih Gajah Mada turun dari Kerajaan Majapahit. Kemudian Prabu Hayam Wuruk memberikan tanah
perdikan di Madakaripura yang saat ini bernama kota Probolinggo.
Keputusan Prabu Hayam Wuruk ini dapat
ditafsirkan sebagai pengarahan secara halus agar Mahapatih Gajah Mada mulai
mempersiapkan hari turun dari Mahapatih. Oleh karena tanah ini terletak jauh dari ibu
kota Kerajaan Majapahit, sehingga Mahapatih Gajah Mada mulai mengundurkan diri dari Kerajaan Majapahit walaupun gelar Mahapatih masih melekat pada Mahapatih Gajah Mada sampai akhir hayatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tragedi Perang Bubat merusak hubungan kenegaraan antara kedua negara dan terus
berlangsung hingga bertahun-tahun kemudian, hubungan Sunda-Majapahit
sangat sulit pulih.<sup> </sup>Pangeran Niskalawastu Kancana yaitu adik kandung Putri Dyah Pitaloka yang tetap tinggal
di istana Kawali dan tidak ikut ke Kerajaan Majapahit karena pada saat itu masih terlalu mudah dan anak-anak. Putri Niskalawastu menjadi satu-satunya keturunan
Prabu Linggabuana yang masih hidup dan kemudian naik takhta menjadi Prabu
Niskalawastu Kancana.<br />
<br />
Kebijakan Prabu Niskalawastu Kancana antara lain memutuskan hubungan
diplomatik dengan Kerajaan Majapahit dan menerapkan aturan dalam
hubungan kenegaraan antar kedua kerajaan. Terdapat peraturan Prabu Niskalawastu Kancana yaitu <i>larangan estri ti luaran</i>,
yaitu tidak boleh menikah dari luar lingkungan
kerabat Negeri Sunda, atau ada yang mengartikan bahwa tidak boleh menikah dengan keturunan negeri Majapahit. Hingga saat ini aturan ini ditafsirkan lebih luas sebagai
larangan bagi orang Sunda untuk menikahi orang Jawa. Di kemudian hari, Prabu Lingga Buana dijuluki "Prabu Wangi".<br />
<br />
<br />
<br />
- SEKIAN</div>
Suhendra Vebriantohttp://www.blogger.com/profile/10063771325243594551noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1660450939376035181.post-29782673604732059132021-08-21T11:07:00.000-07:002022-07-07T08:58:16.168-07:00Si Kancil dan Si Rubah<br />
<div class="MsoNoSpacing" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em; text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLpC2Lb_Chwm6WtDVaSS25Eu2UO56ls446WCc3l9LWC6MWdfie74xicKZZH3fCkM1ysdhkCWs3dG7ib1TcWlAQfMtxEPZdPq1kg7EEmR_sb2hCFpVQq4cgaaJ2l8ngJlTntCDjSFDfyYE/s1600/kancil+dan+buaya+darat.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="278" data-original-width="292" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLpC2Lb_Chwm6WtDVaSS25Eu2UO56ls446WCc3l9LWC6MWdfie74xicKZZH3fCkM1ysdhkCWs3dG7ib1TcWlAQfMtxEPZdPq1kg7EEmR_sb2hCFpVQq4cgaaJ2l8ngJlTntCDjSFDfyYE/s1600/kancil+dan+buaya+darat.jpeg" /></a></div>
</div>
<br />
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Suatu
hari, ada seekor rubah yang sedang bermain di dalam hutan. Tiba-tiba rubah itu melihat
seekor kancil yang sedang duduk santai di bawah pepohonan yang rindang, dengan mengintip
di antara dedaunan sang rubah mengambil kerikil yang kecil lalu ia melemparkannya ke arah kancil
yang sedang istirahat. Karena berhasil mengenai tubuh kancil, rubah itu
pun tertawa dengan suara yang pelan, dan berusaha untuk tetap sembunyi.</div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
</div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Kancil
yang terkena lemparan kaget dan mencari siapa yang melemparnya, Rubah yang sudah
merasa berhasil menjahili Kancil, rubah itu tidak menyadari kalau kancil telah melihatnya, dengan sedikit marah Kancil juga mengambil kerikil dan
melemparkannya ke arah Rubah. Sang Rubah merasa sedikit
kesakitan dan berkata, “Beraninya kamu melempar saya!”</div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
</div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
“Kamu kan
yang duluan ngelemparkan saya?” jawab kancil dengan nada yang lantang. Rubah pun mengambil batu yang lebih besar
dan kembali melempar kancil, kancil yang melihat lemparan tersebut dengan gesit
menghindari lemparan itu. TAPI di saat yang bersamaan Beruang sedang berjalan di belakang Kancil. Karena lemparan Rubah tidak mengenai kancil, batu
besar itu mendarat tepat di atas hidung Beruang.</div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
</div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
“Siapa yang
melakukan ini?”, Teriak Sang Beruang, dengan sedikit ketakutan Kancil menunjuk ke
arah Rubah. Rubah yang merasa bersalah langsung kabur menyelamatkan diri, dengan penuh rasa marah beruang berlari mengejarnya. Karena tubuhnya yang lebih besar beruang tidak
bisa menangkap Rubah yang berlari dengan cepat di antara pohon-pohon
tumbang. Rubah terus menjauhi beruang, walau Rubah merasa belum aman, Sang Rubah tetap berlari dan akhirnya
sampai di tepi sungai, dia pun bingung tak tahu harus lari kemana lagi, sambil
mencari cara untuk menyeberang sungai dia pun menelusuri sungai dan sesekali
menoleh ke belakang.</div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
</div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Dalam
kebingungannya si Rubah bertemu dengan seekor unta yang sedang merendam tubuhnya di
sungai, “Halo sobat berpunuk” sapa Rubah dengan akrab. “Halo teman kecil” jawab Unta.</div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
“Apakah air
sungai ini dalam, sobat?” Tanya Rubah.</div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
“Tidak, sungai ini hanya sebatas lututku saja. Kau boleh masuk”, jawab Unta.<br />
“Lihatlah tubuhku, jika sungai ini
dalam, pasti hanya kepalaku saja yang akan kelihatan”, lanjut Unta.</div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
</div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Ketika keduanya
asyik mengobrol tiba-tiba muncul Beruang dari dalam hutan, tanpa berfikir
panjang, Rubah pun langsung lompat ke sungai. Unta yang melihat Rubah langsung masuk ke sungai terheran-heran karena setelah masuk ke sungai, Rubah tak muncul-muncul lagi,
hanya terlihat gelembung air di permukaan seperti air mendidih. Ternyata Rubah tidak bisa berenang dan tenggelam. Namun beruntung bagi Rubah karena ia segera ditolong oleh Unta dengan mengangkatnya
naik ke tepi sungai. Setelah sadar dari peristiwa tenggelam, dia malah memarahi “ternyata kamu bohong, bilangnya
hanya sampai lutut saja kenapa saya bisa tenggelam?!”.</div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
</div>
<div class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
“Sang Unta tidak
membohongimu Rubah, coba kamu lihat air sungai batasnya sampai lutut kan? Tetapi karena kamu bertubuh pendek, sungai ini jadi dalam dan permukaan air di atas kepalamu hahaha…” jawab kancil yang juga muncul dari dalam hutan.<br />
<br />
Atas kejadian ini, mereka semuapun tertawa melihat Rubah sadar dari tenggelam di tepi sungai.<br />
<br />
<br />
<br />
SEKIAN ...</div>
Suhendra Vebriantohttp://www.blogger.com/profile/10063771325243594551noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1660450939376035181.post-11054072312198670592021-08-21T10:56:00.000-07:002022-07-07T08:58:48.213-07:00Cerita Si Kancil dan Sang Gajah<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
</div>
<div style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHmr_n8kDUpZoHvhJoYtqVPcHGQBTljHI85Mtvtb6f0hyphenhyphenX-VIBfdAD6YlA01bsp6ut4kGyHXwqxbCN-_dL5WLXckQDV9dnqqekkbabAXs42vz9tZ3eZB0sX8YP_VxTW3pPLgwSBN3CB2o/s1600/sang%252Bkancil%252Bdan%252Bgajah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="320" data-original-width="286" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHmr_n8kDUpZoHvhJoYtqVPcHGQBTljHI85Mtvtb6f0hyphenhyphenX-VIBfdAD6YlA01bsp6ut4kGyHXwqxbCN-_dL5WLXckQDV9dnqqekkbabAXs42vz9tZ3eZB0sX8YP_VxTW3pPLgwSBN3CB2o/s1600/sang%252Bkancil%252Bdan%252Bgajah.jpg" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada suatu hari yang petang, sang Kancil yang cerdik
berjalan pelan-pelan di dalam hutan lebat. Ia sedang berjalan pelan-pelan dan tiba-tiba
Kancil tak sengaja terjatuh ke jurang yang sangat dalam. Ia coba untuk
keluar berkali-kali tapi nasibnya malangnya dan tidak berdaya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah segala usaha yang dilakukan kancil sia-sia, sang Kancil pun berpikir, “Macam mana aku bisa keluar dari lubang yang sempit nan dalam ini? Kalau hujan tiba, aku bisa tenggelam disini!?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
walau lama berpikir dan tak ada ide yang tepat untuk Kancil keluar
dari lubang ini, sang Kancil tetap tidak mau berputus asa dan terus berfikir untuk keselamatannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam situasi yang kehabisan akal mencari ide, Kancil mendengar bunyi tapak kaki yang besar,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Hmmm... Kalau bunyi tapak kaki ramai ni, ini tak lain, pasti hewan gendut dan berkaki empat yakni gajah... Kesempatan ni...”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu Kancil mendapat satu ide yang tepat menyelamatkan diri dari lubang yang dalam itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
<b>Ending Versi Pertama :</b><br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian Sang Gajah yang tiba itu pun melihat dan menegur Kancil,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Eh Kancil imut, lagi buat apa kau?” Tanya si Gajah gendut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Menyelamatkan diri laaah!”, jawab Kancil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Dari apaan, Cil?” Balas si Gajah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Dari bahaya, coba tengok ke atas, langit sudah hitam, tinggal beberapa menit lagi akan air hujan turun dari langit!” Jawab Kancil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gajah yang tak tahu apa-apa ini pun terus mempercayai Kancil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Lalu macam mana kau selamatkan diri?” Tanya Gajah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Masuklah sekali dalam lubang ini, kalau langit hujan, kita akan selamat dari bahaya”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanpa
berpikir panjang, Gajah pun melompat ke dalam lubang. Lalu Kancil langsung mengambil kesempatan
dengan melompat ke atas badan gajah dan keluar dari lubang yang
dalam itu.</div>
<div style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Hahaha,,,,
murung amat muka kau, selamatlah diriku” Kemudian Kancil pun berlari pergi
meninggalkan Gajah yang masih gelisah di dalam lubang tadi”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
- SEKIAN</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b>
<b><br /></b>
<b>Ini adalah versi cerita Gajah tidak berfikir sebelum bertindak.</b><br />
<b>Mari kita simak cerita versi kedua dengan Gajah yang Bijaksana.</b><br />
<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Ending Versi Kedua :</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku
terjatuh dalam lubang yang besar Gajah, dah berkali-kali aku coba keluar tapi tak bisa, bagaimana kalau engkau berbelas kasih menolongku keluar dari lubang ini? Aku akan membagikan tebu yang paling besar di dalam
hutan rimba ini!”, balas Kancil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Baiklah Cil, tapi aku bisa keluarkan kau dengan cara apa?”, tanya Gajah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Coba tengok sekelilingmu, mungkin mana tau ada dahan kayu yang tumbang untuk keluarkan aku dari lubang dalam ini!”, kata Kancil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Oh aku tengok ada dahan kayu besar nan kuat!”, kata Gajah dengan mengambil dahan kayu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian Gajah menggunakan kekuatannya menahan dahan kayu dengan belalainya ke dalam lubang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu Kancil dapat keluar dari lubang yang gelap itu. Seperti yang dijanjikan, Ia memberikan gajah tebu paling besar di dalam hutan rimba.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
- SEKIAN </div>
Suhendra Vebriantohttp://www.blogger.com/profile/10063771325243594551noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1660450939376035181.post-62652429158686747862021-07-04T09:12:00.000-07:002022-07-07T08:59:10.326-07:00Cerita Gadis Kerudung Merah dan Sang Serigala<div class="storytextp " id="storytextp" style="padding: 0px 0.5em; text-align: justify;">
<div class="storytext xcontrast_txt" id="storytext" style="text-align: justify;">
<div style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;">
<img height="400" id="il_fi" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5gvIfZOkksOjK6c31WhxXZ3tSVXwuOVc5jL_C8Wh98y56qLg6EkjlBy5ez_W99_68UrMzZ9NUN-vWodlTo6TPI_LjCjxtDMhkOKgaQDU2HWde4DU-OY5_vAzZRZjP7Xpu9peJZWzdAJE/s400/ceritaseram13-jokjaicon.blogspot.com" style="padding-bottom: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px;" width="320" /> </div>
<br />
<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;">
</div>
Suatu hari di
tepi hutan kaki gunung, berdirilah sebuah rumah. Rumah itu
tidak begitu besar, tetapi dari luar terlihat sangat nyaman. Di dalam
rumah itu tinggal seorang wanita tua. Meskipun sudah tua, wanita itu
masih mampu mengurus dirinya sendiri. Di seberang hutan di
belakang rumahnya, ada sebuah desa di mana putrinya hidup. Dari
putrinya, wanita itu memiliki seorang cucu. Yaitu Seorang Gadis Kecil yang manis.<br />
Gadis
kecil itu lahir saat tengah malam, saat bulan purnama penuh bersinar
terang bahkan di tengah hutan yang gelap. Dan mungkin karena itulah
gadis kecil itu memiliki kulit putih hampir pucat yang membuatnya
seperti selalu bersinar di antara anak lainnya. Yang membuat gadis
kecil itu berbeda yaitu dia sama sekali tidak takut saat malam hari.
Dia seperti menjadi lebih berani saat bulan terlihat.<br />
<br />
Saat gadis itu
merayakan ulang tahunnya yang kelima, Sang nenek menghampiri dan memberinya
kado ulang tahun yang terbungkus dalam kertas berwarna coklat dan diikat dengan pita berwarna putih cerah. Dengan penasaran gadis kecil itu membuka kadonya. Setelah pita
dibuka dan lipatan kertas diuraikan, matanya melebar berbinar-binar dan berkata, "Waaaw...".
Dengan kedua tangan kecilnya, gadis itu mengangkat benda berwarna merah di
hadapannya dan memandanginya dengan wajah memerah dan senang gembira. Setelah
memeluknya sambil berputar-putar, gadis kecil
itu berhenti di pangkuan neneknya dan tersenyum lebar. "Terima kasih nenekkuu, aku senaaaang sekali, aku sayang nenek!".<br />
<br />
Sang Nenek mengecupnya dan mengucapkan selamat ulang tahun sambil
tersenyum. Kemudian, gadis kecil itu mulai kebingungan bagaimana harus
memakai benda merah itu. Ia berlari menghampiri ibunya dan
memberikan hadiahnya pada ibunya, dia meminta agar ibunya segera
memakaikan benda merah cantik itu padanya. Ibu gadis kecil itu mengangkat benda itu lalu memasangkannya di baju gadis kecil. Dia mengikat tali di
kedua bahu dan menutupi bagian kepala dengan kerudung
merah yang menggantung dari jubah merahnya. Setelah terpasang,
gadis itu tersenyum lebar dan berputar-putar, membuat jubah merahnya
melayang. Saat itu, gadis kecil melupakan kado lainnya dari ibu dan
ayah yang belum terbuka dan masih tertata di atas lantai.<br />
<br />
Di sisa hari itu, gadis kecil terus memakai jubah merahnya hingga tertidur di atas sofa di depan perapian. Gadis kecil itu tidur di pangkuan neneknya dan berharap agar neneknya tidak pulang ke rumahnya yang berada di sisi lain hutan.
Jadi, nenek itu tinggal bersama putrinya untuk semalam.<br />
<br />
<hr noshade="noshade" size="1" style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" />
<br />
Di
tengah hutan belantara, terdapat sebuah gua yang lebar. Di dalam gua itu terdapat seekor serigala kecil yang tinggal sendirian. Sudah lama dia tidak bertemu dengan kawanan serigala lainnya dan ia sudah sangat terbiasa hidup sendirian di dalam gua itu.<br />
<br />
Hingga siang tiba, saat serigala kecil itu sedang menikmati
tidur siangnya untuk menghindari cahaya terang matahari, telinganya
tiba-tiba bergoyang dan berdiri tegak saat mendengar suara di
dekat lubang guanya. Ia mengangkat lehernya sedikit ke atas lalu mengendus bau
yang masuk dari luar gua, dan ia mendengkur dan kembali
melanjutkan tidur siangnya. Di luar gua, seekor kelinci gemuk dengan
bulu coklat tebal sedang melompat melewati mulut gua dan masuk ke dalam lubang di
bawah pohon besar terdekat.<br />
<br />
Yang bisa diingat
serigala kecil, ia belum pernah sekalipun melihat serigala lain di dalam
hutan belantara. Ia sama sekali tidak tahu di mana orang tuanya berasal dan bahkan
apakah ia memiliki orang tua.<br />
<br />
Sang Serigala berjalan
ke desa dengan jubah berkerudung yang pernah ditemukannya di tepi sungai agar telinga berbulunya tertutupi. Ia memandangi orang-orang yang kadang memberinya sepotong roti dengan
rasa gemas. Iia berjalan tanpa tujuan mengelilingi desa
dan melihat anak-anak kecil berlarian kesana kesini. Terkadang anak-anak kecil
itu menatapnya, lalu mereka tersenyum lebar
dan melambaikan tangan padanya.<br />
<br />
Terakhir kalinya serigala kecil itu berjalan menuju desa, ia
bertemu dengan gadis kecil yang memakai jubah merah. Gadis itu
menatapnya dengan penasaran, dan saat serigala kecil itu menatapnya balik,
gadis itu tersenyum lebar dan menghampirinya, lalu gadis kecil itu memberinya sebuah benda
bulat berwarna-warni yang terasa manis. Serigala itu
mencicipi makanan itu. Dan untuk pertama kali, serigala itu membalas
senyuman yang diberikan padanya. Lalu gadis kecil itu bersama
wanita yang memegang tangannya sejenak meninggalkan serigala kecil duduk sendirian
sambil memakan benda bulat manis di kaki tangannya.<br />
<br />
Hari itu terasa
berbeda dan serigala kecil berharap akan bertemu
lagi dengan gadis berkerudung merah yang manis dan seorang wanita tua yang entah mengapa membuatnya merasa nyaman saat wanita tua itu mengusap kepalanya.<br />
<br />
Setelah matahari
terbenam dan bulan purnama mulai muncul di langit malam, serigala itu mengangkat
kepalanya. Matanya yang berwarna hitam mengkilat di dalam gua,
dalam waktu singkat warna hitamnya memudar dan pupil matanya berubah berwarna
keemasan. Ia berjalan keluar dari dalam gua untuk mencari sesuatu untuk dimakan. Pertama, serigala kecil berjalan ke arah sungai untuk
menghilangkan rasa haus. Dan setelah puas minum, serigala itu
mencuci wajahnya dan tangan kakinya yang sedikit kotor. Ia melakukannya saat akan berjalan ke desa. Di malam itu, ia tidak ingin ke
desa, namun ia ingin berjalan ke tempat lain.<br />
<br />
Beberapa saat berjalan, serigala kecil sampai di dekat tepi
hutan. Ia berhenti saat mencium aroma wangi dan membuatnya lapar dalam sekejap. Dengan penasaran,
serigala itu mulai mendekati asal aroma hingga sampai di tepi hutan.
Sebuah rumah kecil berwarna coklat berpagar abu-abu dengan halaman depan dipenuhi bunga tampak di depannya. Dari cerobongnya
tampak asap tipis berwarna kelabu. Jendela rumahnya tampak bercahaya
keemasan, dan serigala kecil hanya terbelangak di pinggir hutan.<br />
<br />
Tanpa
sadar kakinya perlahan mendekati rumah itu, aroma wangi yang
menyerbu hidungnya seperti membuat tubuhnya melayang. Sebelum serigala itu menyadarinya, pintu rumah itu terbuka dan seorang
wanita tua berambut keperakan muncul dan menatapnya. Saking terkejutnya,
serigala kecil hanya balik menatap wanita itu, Ia lupa menutupi
telinganya di kedua sisi kepalanya. Ternyata wanita
tua itu tersenyum padanya dan memanggilnya masuk. Dengan patuh serigala kecil berjalan mendekat dan berhenti di depan pintu, lalu menatap wanita tua yang
masih tersenyum padanya.<br />
<br />
"Kamu mau berdiri terus di situ atau
masuk dan ikut mencicipi rotiku yang masih hangat di depan
perapian ini?" tanya wanita itu membuat serigala kecil menatapnya dan
dengan malu masuk ke dalam rumah. Lalu wanita tua berjalan di
depannya dan menyuruhnya duduk di sebuah kursi di depan perapian.
Kemudian wanita tua itu membawa dua buah piring berukuran sedang dan
memberikan salah satunya pada serigala kecil. Dengan mata hitam berbinar,
serigala itu menatap sepotong roti di piringnya. Roti itu adalah makanan paling berbau sedap yang pernah diciumnya selain aroma manis permen manis yang pernah
dicicipinya. Terlebih lagi roti itu mengeluarkan uap yang membuatnya
susah menahan lapar.<br />
<br />
Serigala itu lalu melihat wanita
tua di hadapannya, wanita itu memotong rotinya dengan garpu kemudian
menusuk potongan rotinya dan memakannya. Dan serigala itu berusaha menirunya. Saat memasukkan roti itu ke dalam mulutnya, mata serigala itu
berbinar-binar dan Ia mulai menghabiskan rotinya dengan lahap yang membuat wanita tua itu tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya.<br />
<br />
Sepotong roti yang habis untuk kesekian kalinya, serigala itu
sekarang memegang cangkir yang mengepul. Cairan di dalamnya berwarna
putih kental. Namun serigala kecil sangat menyukai baunya yang sedap. Ia merasa pernah mencium aroma itu tetapi sama sekali tak mengingatnya. Perlahan serigala itu mulai meminumnya, tetapi masih tidak mengingat kapan dan di mana Ia mencicipi rasa yang
mirip itu. Wanita tua itu masih saja menatapnya hingga serigala kecil menghabiskan seluruh isi cangkirnya dan memegang cangkirnya
sambil menjilati bibirnya yang berkumis putih. Walau masih ada aroma susu
yang melekat di cangkir itu, dan Serigala kecil masih menyukainya.<br />
<br />
"Apa yang kau
lakukan di hutan?" tanya wanita tua itu memecahkan kesunyian. serigala kecil hanya menatapnya dan perlahan telinganya terlihat turun, dan menyatu dengan rambut hitamnya. Mata Serigala kecil itu kembali pada
cangkir di tangannya.<br />
<br />
"Aku, tinggal di hutan," Serigala itu
menjawabnya dengan lirih seolah dia baru saja bisa berbicara dengan
suara manusia. Tanpa sadar wanita tua itu terkejut, tetapi dengan cepat ia menyembunyikannya dan tersenyum lalu mulai menanyai serigala kecil itu dengan pertanyaan sederhana.<br />
Satu hal
yang segera disadari wanita tua itu yaitu anak kecil dengan wajah manis dan
rambut hitam mencuat yang sewarna dengan matanya itu adalah anak serigala humanoid yang entah bagaimana memiliki bentuk lebih menyerupai manusia (kecuali
untuk telinganya), dan anak serigala itu sama sekali tidak menyadari kalau
dirinya adalah seekor serigala kecil humanoid. Dan dari selera makannya, wanita
itu langsung bisa menebak kalau serigala kecil yang duduk di hadapannya
sangat jarang memakan sesuatu yang masih berdarah dan sering berkeliaran
di desa. Entah kenapa, serigala kecil itu menyukai berada di dekat
manusia, mungkin karena instingnya yang membuatnya lebih nyaman berada
di dekat sesamanya.<br />
<br />
Ternyata Serigala kecil itu mengendus aroma sedap dari wanita tua itu dan tiba-tiba mendekati nenek dan melahap nenek. Melihat foto nenek bersama gadis kecil berkerudung merah, serigala kecil itu memakai baju nenek dan berpura-pura menjadi nenek hingga gadis kecil itu pulang.<br />
<br />
Di hari yang menjelang petang, gadis berkerudung merah pulang dan menemui serigala kecil yang berpura-pura menjadi nenek. Dengan melihat Nenek yang sedikit berubah, Gadis kecil itu bertanya, "Telinga Nenek besar sekaliii?".<br />
Serigala Kecil itu menjawab, "Supaya aku bisa mendengarmu lebih jelas cucuku sayang".<br />
"Tapi mata Nenek kok besar makin besar nek?" Tanya Gadis kecil itu<br />
"Supaya aku bisa melihatmu lebih jelas cucuku sayang"<br />
"Tapi Nek, mulut Nenek kok jadi lebih besar Nek?" Tanya Gadis kecil terkahir kali.<br />
"Supaya Nenek mudah menyantapmu!" Kata Serigala kecil Humanoid lalu tiba-tiba memakan gadis kecil berkerudung merah itu. Kemudian Serigala kecil itu tertidur di atas kasur milik gadis kecil tadi.<br />
<br />
Tanpa disadari, aksi Serigala kecil itu ditonton oleh penebang kayu melalui celah sempit dinding. Ketika Serigala kecil tertidur pulas, penebang pohon itu membuka perut Serigala kecil dan mengeluarkan gadis kecil dan Nenek yang ternyata masih bernafas. Secepatnya isi perut serigala kecil diisi kembali dengan batu-batu dan Ia menjahitnya kembali.<br />
<br />
Di keesokan harinya, Serigala kecil itu bangun dan merasakan berat didalam perutnya. Ia berusaha beranjak dari tempat tidur gadis kecil dan ternyata terjatuh dari tempat tidur dan mati seketika. Di sore, Gadis kecil dan Nenek berhutang budi dengan penebang kayu dan kembali menjalani hidup normal sebagaimana mestinya.<br />
<br />
<br />
- SEKIAN - </div>
</div>
Suhendra Vebriantohttp://www.blogger.com/profile/10063771325243594551noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1660450939376035181.post-8049465341095453502021-04-29T06:06:00.000-07:002022-07-07T08:59:29.629-07:00Cerita Sang Kancil Bertemu Siput<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
</div>
<div style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;">
<img height="275" src="https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTeClJ_IxPBj816rv2x3T9H-ozCJ3AR535-4J-Yc4iY85ceXpXUnJw1vA" width="320" /> </div>
<br />
<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada suatu hari si kancil terlihat mengantuk dengan mata yang sipit. Matanya terasa amat berat dibuka. “Huaaammm ....”, Si Kancil menguap. Hari itu cukup cerah, Si Kancil merasa rugi jika
berdiam diri. Ia mulai berjalan-jalan menelusuri hutan untuk
mengabaikan rasa kantuknya sejenak. Sesampainya di atas sebuah bukit, si Kancil
berteriak, “Wahai penduduk seluruh hutan rimba, akulah hewan yang
paling cerdas, cerdik, dan pintar di hutan yang luas ini!!! Tidak ada satupun yang bisa
menandingi kecerdasan dan kepintaranku!!!”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sambil
menaikkan kepalanya, si Kancil mulai berjalan menuruni bukit itu.
Ketika sampai di tepi sungai, ia bertemu dengan seekor siput kecil. “Hai kancil!”,
sapa si Siput.<br />
“Kenapa kamu berteriak lantang tadi? Apakah kamu sedang senang sekarang?”, tanya si Siput.<br />
“Tidak, aku hanya ingin memberitahu pada penghuni-penghuni hutan rimba ini kalau aku adalah hewan yang paling cerdas, cerdik
dan pintar daripada yang lainnya”, jawab si Kancil dengan penuh keyakinan.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sombong
amat kamu Kancil, kamu salah! Sebenarnya akulah hewan yang paling cerdik di hutan ini!”, kata
si Siput.<br />
“WHahahaha....... mana mungkin Siput sekecil dirimu?” Kata si Kancil.<br />
"Sebagai pembuktian, bagaimana kalau besok pagi kita lomba lari?", si
Siput menantang Kancil.<br />
“Baiklah! Aku terima tantanganmu wahai Siput....”, jawab si Kancil.<br />
Akhirnya
mereka berdua sepakat mengadakan perlombaan lari di keesokan pagi hari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah
si Kancil pergi terlebih dahulu, si Siput segera mengumpulkan temannya di dalam hutan rimba. Ia
meminta tolong agar semua temannya berbaris dan bersembunyi di jalur
perlombaan besok paginya, dan menjawab kalau si Kancil memanggilnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari perlombaan yang dinanti sudah tiba, Si Kancil dan Si Siput pun siap beradu lomba
lari.<br />
“Apakah kamu siap kalah dari lomba lari melawanku”, tanya si Kancil.<br />
“Tentu saja tidak, dan aku pasti akan menang”, jawab si siput.<br />
Kemudian si Siput mempersilahkan Kancil berlari dahulu dan segeralah berlari dan memanggil si Siput, agar Si Kancil tahu sampai mana si Siput.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kancil
berjalan dengan santai, dan merasa yakin kalau dia pasti akan menang. Setelah Kancil melangkahkan kakinya beberapa langkah, si Kancil memanggil si Siput.
“Siput! Halo Siput! .... Sudah sampai mana kamu, Siput?”, teriak si Kancil.<br />
“Aku ada di
depanmu Cil!”, teriak si siput. Kancil terkejut dan terheran-heran, lalu segera
mempercepat langkahnya.<br />
Kemudian Ia memanggil si Siput, dan si Siput menjawab dengan kata yang sama.”Aku ada di depanmu, Cil!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya
si Kancil berlari, tetapi tiap Ia memanggil si Siput, Ia selalu muncul
dan berkata kalau dia ada depan Kancil. Hingga tiba saatnya Kancil merasa keringatnya bercucuran, kakinya
terasa lelah dan nafasnya terengah-engah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kancil berlari terus menerus sampai akhirnya dia melihat garis finish. Wajah Kancil sangat gembira
sekali, karena ketika si Kancil memanggil si Siput, sudah tidak ada jawaban lagi.
Kancil merasa bahwa Ia adalah pemenang dari perlombaan lari pagi itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Betapa
terkejutnya si Kancil, karena dia melihat si Siput sudah duduk manis di batu
dekat garis finish. “Hai Kancil! Kenapa kamu lama sekaliii? Aku sudah menunggumu dari tadi!”, teriak si Siput. Dengan rasa malu yang menusuk sampai ke ulu hati, si Kancil menghampiri si Siput dan mengakui kekalahan telaknya. “Makanya jangan sesekali sombong!!! Kamu memang cerdik dan pandai, tetapi kamu bukanlah yang
terpandai dan tercerdik di hutan rimba ini”, kata si siput.<br />
“Iya, maafkan aku Siput, aku tak akan menyombongkan diri lagi”, kata si Kancil.<br />
<br />
<br />
- SEKIAN </div>
Suhendra Vebriantohttp://www.blogger.com/profile/10063771325243594551noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-1660450939376035181.post-64916378555479921092020-04-27T08:32:00.000-07:002022-07-07T08:58:32.720-07:00Jack si Pemalas<div style="font-family: Times, "Times New Roman", serif; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;"><span> </span><span> </span><span> </span>Pada suatu hari, seorang anak laki-laki bernama
Jack hidup bersama ibunya. Mereka berdua hidup dalam keterbatasan dan ditambah
usia sang ibu yang sudah tua. Ibu Jack berkerja sebagai penenun, tetapi Jack
sendiri anak pemalas dan tidak pernah mau melakukan apapun selain berjemur di
bawah panasnya matahari. Jack juga selalu duduk di sudut rumah saat musim
dingin, sehingga orang-orang memanggilnya Jack si Pemalas. Ibu Jack berkata,
"Jack anakku, jika kamu tidak bekerja untuk dirimu sendiri, lalu siapa
yang akan peduli padamu?".</span></div><div id="readerDisplay" style="font-family: Times, "Times New Roman", serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">
<p class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">
Jack si Pemalas merasa risau. Keesokannya, ia
berusaha mencari pekerjaan. Ia bertemua seorang petani. Kemudian si petani
menawari Jack membawa karung beras ke gudang. Si petani memberikan upah Rp.25.000,-.
Jack merasa senang dan kembali ke rumah. Tetapi Jack tidak pernah bekerja
sebelumnya dan uangnya terjatuh di perjalanan di tepi sungai. Sesampainya Jack
di rumah, Sang ibu berkata ;<br />
"Anak Pemalas! Seharusnya taruh uangmu di saku baju!".<br />
"Aku akan melakukannya lain kali", Jawab Jack si Pemalas dengan perasaan
menyesal.<br />
<!--[if !supportLineBreakNewLine]--><br />
<!--[endif]--><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"> Jack si Pemalas kembali mencari
pekerjaan di keesokan paginya. Ia bertemu seorang pedagang roti panggang dan ia
diberi tugas untuk memanggang roti. Setelah bekerja seharian penuh, si pedagang
roti memberinya seekor kucing yang imut dan besar. Jack menolaknya karena ia
menginginkan uang, namun si pedagang roti tidak memberikannya. Lalu Jack
kembali pulang ke rumah. Dalam perjalanan, kucing imut dan besar itu mencakar
tangannya dan lari dari Jack.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">“Anak tak
berguna! Seharusnya kamu ikat kucing itu dengan tali dan biarkan kucing itu
mengikutimu!”, ujar sang ibu.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">“Maaf bu, aku
akan melakukannya lain kali”, balas Jack dengan penyesalan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"> Tiba di hari sabtu yang cerah, Jack
kembali mencari pekerjaan barunya. Ia bertemu dengan seorang penjagal yang memiliki
banyak pelanggan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Jack berkata, “Tuan,
dapatkah aku bekerja untukmu?”.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">“Baik anak
muda, sekarang asahlah pisau itu dan kembalikan ke tempatnya kalau sudah tajam”,
jawab si penjagal daging domba.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Lalu Jack
mengasah pisau sepanjang hari. Sore telah tiba, si penjagal memberinya daging
domba segar sebagai imbalannya. Jack mengingat pesan sang ibu sebelumnya
tentang kucing. Kemudian Jack mengikat daging tersebut dan menyeretnya di tanah
hingga tiba di rumah. Sesampainya di rumah, sang ibu tidak berkata apa-apa dengan
tatapan mata yang lesu. Kemudian mereka beristirahat hingga keesokan harinya. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Minggu telah
tiba, sang ibu berpesan kepada Jack, “Bawalah kubis dan panggullah kubis itu di
pundakmu, Nak!”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Jack menjawab,”Baik
bu, aku akan melakukannya lain kali”. Tetapi Jack kembali duduk di bawah pohon
dan tidak melakukan apa-apa hingga keesokan harinya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"> Pada hari senin, Jack bangun dari
tidurnya. Ia kembali mencari pekerjaan seadanya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"> “Harus kemana lagi aku mencari
pekerjaan?”, tanya Jack dalam hatinya. Hingga ia tiba di sebuah peternakan
keledai dan sapi. Jack menghampiri si peternak.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"> “Tuan, apa yang bisa aku perbuat
untukmu?”, Tanya Jack.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"> “Mandikanlah hewan-hewan ternak di
kandang itu”, jawab si peternak dengan memberinya sikat.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"> Jack mengambil sikat itu dan
memandikan hewan-hewan ternak dengan air yang mengalir. Hari telah sore, Jack
kembali pada si peternak. Si peternak merasa senang dan memberinya seekor
keledai yang ia mandikan paling terakhir. Lalu Jack mengingat pesan sang ibu di
hari sebelumnya. Kedelai itu diangkat dan dibawa Jack di atas panggulnya.
Hingga dalam perjalanan, keledai itu merasa aneh dan menendang-nendangkan kakinya
ke udara sambil bersuara. Namun, Jack tetap membawanya dengan panggulnya. Dalam
perjalanan menuju rumah, Jack melewati sebuah rumah yang sepi. Di dalam rumah
itu ada seorang putri yang cantik dan manis namun tuli. Terdapat rumor kalau ayah
dari sang putri tuli itu akan menjodohkan siapa saja yang dapat membuat
putrinya tertawa, karena dokter mendiagnosa kalau putri itu akan mendapatkan
indera pendengarannya jika tertawa alami. Sehingga ayah dari putri itu selalu
sedih sepanjang hari.</span></p><p class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto;"><br /></p><p class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrJJ6mPIq0FSnogjk5Q2ByM_rxlPvD1QLYMEMzKl9_0QgAY4aqm93q5qUtBfLKNJaLvGT4GFbmhB3pzxsSNRtDJm7M7hsIJKCxB1iKQ7NtYPWARVXP700v7VG6RPm_XIGc8jE_jp9p6II/s571/jack+si+pemalas.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; display: inline !important; float: right; font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em; text-align: center; text-indent: 36pt;"><img border="0" data-original-height="437" data-original-width="571" height="245" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrJJ6mPIq0FSnogjk5Q2ByM_rxlPvD1QLYMEMzKl9_0QgAY4aqm93q5qUtBfLKNJaLvGT4GFbmhB3pzxsSNRtDJm7M7hsIJKCxB1iKQ7NtYPWARVXP700v7VG6RPm_XIGc8jE_jp9p6II/w320-h245/jack+si+pemalas.jpg" width="320" /></a></p><p class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; text-indent: 36pt;"><span> </span>Pada
suatu sore hari, Sang putri tuli itu melihat ke luar melalui jendela rumah.
Jack tetap membawa keledai yang sedang marah itu dipundaknya. Di saat
bersamaan, sang putri terkejut melihat atraksi Jack si Pemalas mau bekerja dan membawa
keledai yang sedang marah-marah di pundaknya. Lalu sang putri tertawa lepas
melihat Jack dan keledainya. Kemudian ayah si putri tuli itu terkejut dan
berlarian ke kamar putrinya. Di saat bersamaan, sang ayah putri tuli berkata,”
Ada apa putriku?” sambil terheran dan terkejut bercampur menjadi satu. Dan
putri itu menjawab perkataan ayahnya dengan spontan. Ketika sang ayah mendengar
balasan dari putrinya, ia meneteskan air mata dan merasa senang karena indera pendengarannya
kembali berfungsi. Sesuai dengan rumornya, ayah sang putri itu menghampiri Jack
dan keledainya, sambil berkata,”Hai anak muda! Kau telah membuat putriku
kembali bisa mendengar dengan keledaimu. Sesuai dengan janjiku, aku bersedia
menerimamu di keluargaku sebagai menantuku”.</span></p>
<p class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; text-indent: 36.0pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Ketika
Jack mendengar tawaran itu, ia menerima permintaan ayah sang putri dan bergegas
menuju rumahnya. Ia menceritakannya pada ibunya. Di malam harinya, Jack melamar
putri cantik yang sudah bisa mendengar itu. Ayah sang putri menerimanya dan akhirnya
Jack si Pemalas menantu orang kaya dan hidup bahagia.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;"><o:p> </o:p></span></p>
<p class="MsoNormalCxSpMiddle" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">SEKIAN ….<o:p></o:p></span></p></span></div>
Suhendra Vebriantohttp://www.blogger.com/profile/10063771325243594551noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1660450939376035181.post-83574692590721038932013-03-03T19:57:00.000-08:002019-05-17T22:30:24.538-07:00Novel Kertas Mimpihalo semua,<br />
khusus postingan ini saya mau publikasi novel pertama saya yang saya buat saat masih SMA,<br />
saat itu saya masih kecil dan ga dibolehin nerbitin dulu, lalu pulang lagi.<br />
novel yang saya tulis seperti ini:<br />
<br />
Judul : Kertas Mimpi<br />
Kelas : Novel<br />
Genre : Kehidupan Nyata<br />
Pengarang : Suhendra Vebrianto<br />
Halaman : xxx-xxx<br />
Tahun : 2011<br />
cover :<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKxMacOVZebP-2O7kZzSVc_MEeqSMxDZYb-uABwEhEUM3L3TWt-gMN8bzJae8eTrorJN20Oy3tqeHakUltDbrW3xElwoVZdZ0ROHZbXyA9h41SF81WxX0VZfovxteJGn1eIJZ30UQ7PyQ/s1600/Cover+-+Kertas+Mimpi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="444" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKxMacOVZebP-2O7kZzSVc_MEeqSMxDZYb-uABwEhEUM3L3TWt-gMN8bzJae8eTrorJN20Oy3tqeHakUltDbrW3xElwoVZdZ0ROHZbXyA9h41SF81WxX0VZfovxteJGn1eIJZ30UQ7PyQ/s640/Cover+-+Kertas+Mimpi.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<br />
sekarang saya ancang2 nerbitin novel ini lagi,<br />
tapi nyari penerbit yang kalo ada tahap review , bener2 di-review novelnya beneran itu di mana ya ?<br />
kasih saran yang di Jawa Timur aja nih,,<br />
doakan saja sekarang saya bisa dapat penerbit yang lebih beruntung, amiin ...Suhendra Vebriantohttp://www.blogger.com/profile/10063771325243594551noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1660450939376035181.post-51262613366962269562012-11-11T04:00:00.001-08:002019-05-13T16:57:10.566-07:00Kisah Mahabarata<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkCyex2j2FOnG8RTYWUyGXtvwUg1iH50CFfUL6pdL2aaqSlbMFl7nBpjRo3FwgLzzLX4sde3Meesewff6U-B__PS-7qg7SDNbRmzRXT4tsjewoRIOf0I0Q4L8pw074HGUyYGtvxNib9rZc/s1600/mahabharata.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="232" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkCyex2j2FOnG8RTYWUyGXtvwUg1iH50CFfUL6pdL2aaqSlbMFl7nBpjRo3FwgLzzLX4sde3Meesewff6U-B__PS-7qg7SDNbRmzRXT4tsjewoRIOf0I0Q4L8pw074HGUyYGtvxNib9rZc/s320/mahabharata.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> Kisah ini bermula dari Syantanu seorang Raja Kerajaan Hastnapura hendak pergi berburu dan menemui seoarang perempuan yang cantik jelita di tepi
sungai. Kemudian </span>Syantanu meminang perempuan itu. Raja Syantanu berjanji tidak akan menegur
segala perbuatan istrinya. Ketika Sang Istri melahirkan tetapi anak, satu persatu anaknya dihanyutkannya ke sungai. Ketika hendak
menghanyutkan anaknya yang kedelapan, Syantanu membesarkan anaknya
itu dan melarang istrinya untuk membuang anaknya. Tetapi ternyata Sang istri mempunyai alasan kenapa anak-anaknya dihanyutkan ke sungai. Ternyata
anak mereka terkena kutukan dan yang diselamatkan oleh Syantanu pun juga terkena oleh seorang penyihir. Anak yang tak dihanyutkan itu
bernama Bhisma juga terkena kutukan. Untuk menghindari kutukan itu, anak mereka tidak boleh hidup bersama Syantanu.</div>
<div style="font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /> Pada suatu hari, Syantanu pergi
berburu. Kali ini dia ditemani oleh Satyawati yang merupakan anak angkat dari Raja Kail, sedangkan Bhisma dijadikan pekerja oleh Raja Kail. Namun Bhisma juga
mengetahui kenapa Ia dijadikan pekerja oleh ayahnya dan pergi
membawa Satyawati untuk ayahnya dan bersumpah tidak akan menikahinya.<br /> </span></div>
<div style="font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> Kemudian Raja Hatta
Syantanu berangkat dan disusul oleh anaknya.
Anaknya meninggalkan dua istrinya yaitu Ambika dan Ambalika. Ambika dan
Ambalika disuruh merayu dengan seorang pertapa sakti
untuk mendapatkan anak. Pertapa itu bernama Petapa Wysa. Bila dia terkena rayuan Ambika, Ambika dan memiliki anak yaitu Dhretaratra yang buta karena tak sengaja menekan mata petapa itu. Sedangkan
terkena rayuan Ambalika yang terlihat pucat, sehingga anaknya bernama Pandu yang berwajah pucat.</span></div>
<div style="font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /> Pandu mempunyai dua orang istri yaitu Kunti dan Madri. Karena kutukan oleh petapa, Pandu tidak boleh
menjamah istrinya. Pada suatu hari, ketika Kunti memuja dewa dan ia akan
dianugrahi 5 orang anak. Untuk mengujinya maka Sang Istri yaitu Kunti memuja dewa
surya dan akhirnya mendapatkan seorang anak walaupun akhirnya diasingkan.<br /><br /> Setelah
kelahiran anak-anaknya, Pandu berjalan-jalan ke dalam hutan rimba. Ia melihat alam yang indah. Di saat ini, Pandu mencoba untuk merayu Sang Istrinya yaitu Mandri dan
akhirnya Pandu jatuh mati oleh karena kutukan petapa. Sang Istri yaitu Madri bersedih atas kematian Sang suami yaitu Pandu.</span></div>
<div style="font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /> Setelah kematian Pandu,
Dhretarastra naik takhta di Kerajaan </span><span style="font-family: inherit;">Hastnapura</span><span style="font-family: inherit;">. Raja Dhrestarastra mencari seorang guru yang
ahli dalam mendidik anaknya bersana-sama dengan putra
adinya yaitu Pandawa. Guru yang mengajari mereka adalah Drona dari Negeri Bhradwaja. Di kisahkan bahwa Drona pernah hidup dalam kemiskinan dan
meminta tolong kepada teman akrabnya, tetapi Ia tidak dilayani dan akhirnya
Drona mengajar beberapa murid untuk membalas dendamnya.</span></div>
<div style="font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit; font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit; font-size: small;"> Hingga datang suatu hari, Drona mengumpulkan para putra Raja </span><span style="font-family: inherit;">Hastnapura </span><span style="font-family: inherit;">dan meminta agar mereka mengerjakan satu perkara sakral dan
tak ada seorangpun mau menjawab. Hanya pandawa yang ketiga yaitu Arjuna yang menyatakan kesediaannya untuk menolong sang guru, sehingga Arjuna menjadi
murid kesayangan Drona.</span></div>
<div style="font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<span style="font-family: inherit;"> Hari demi hari berlalu, Arjuna dilatih Drona menjadi seorang pemanah yang handal. Pada suatu hari Arjuna bertemu dengan seorang pemuda yang lebih
pandai memanah dari dirinya. Pemuda itu bernama Eklawya, Ajuna mengenalkan pemuda itu pada Drona. Lalu Drona bertanya kepada Eklawya
siapa yang mengajarinya. Lalu Eklawya menunjukkan patung Drona yang ada
di tempat, sehingga Drona mengetahui yang sudah terjadi dan meminta upah kepadanya berupa ibujari milik Eklawya. Sesudah memberikan ibu jarinya, Eklawya
kehilangan kekuatannya. Arjuna menjadi pemanah yang tak tertandingi pada zaman itu.</span></div>
<div style="font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /> Pada suatu hari, Raja Dhretasatra mengadakan sayembara. Para Pandawa yaitu Yudhistira, Bhima, Arjuna, Nakula
dan Sadewa berkumpul di tempat sayembara. Demikian juga para Kurawa di bawah pimpinan Duryodhana. Pertarungan Bhima dan Duryodha
berlangsung dengan hebat, sehingga Drona merasa perlu menghentikan
pertandingan saat itu agar tidak terjadi perkelahian. Dari sayembara ini, Drona meminta imbalan dari para muridnya yaitu menangkap Drupada seorang Raja Pancala untuk menghadap Drona.<br /><br /> Penangkapan para Kurawa diawali dengan bantuan Karna yang pergi menangkap Drupada walaupun mereka tak berhasil. Lalu tiba waktunya untuk para Padawa yang pergi </span><span style="font-family: inherit;">menangkap Drupada</span><span style="font-family: inherit;">. Dengan mudahnya Arjuna
menangkap Drupada dan menghadapkannya pada Drona. Tetapi Drona melepaskan
Drupada begitu saja, tujuan Drona adalah ingin mempermalukan Drupada. Atas perlakuan ini Drupada berniat
membalas dendam pada Drona.</span></div>
<div style="font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"> Raja Dhretarastra berencana untuk mengangkat Yudhistira menjadi seorang raja, karna memang Kerajaan </span><span style="font-family: inherit;">Hastnapura</span><span style="font-family: inherit;"> </span><span style="font-family: inherit;">milik ayahanda Yudhistira.
Pada masa itu, nama Pandawa sudah dikenal di mana-mana karena kehebatan mereka. Doryodhana anak Raja Dhretarastra sangat iri dan dengki kepada para Pandawa. Hingga Doryodhana membuat istana yang terbuat dari bahan yang mudah
terbakar di Warnawata. Ia memuji keindahan istananya dan membujuk para Pandawa untuk tinggal di istananya. Seorang menteri yang setia bernama Widura, memberitahu para Pandawa tentang tipu muslihat dari Doryodhana dan meminta mereka
berhati-hati. Pada suatu hari, istana tersebut terbakar, para Pandawa bisa menyelamatkan diri dengan mudah. Sesudah kejadian itu, Pandawa hidup
sebagai Brahmana.</span></div>
<div style="font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /> Raja Pancala putra Drupada mengadakan
sayembara untuk memilih menantu. Barang siapa yang dapat memanah anak panah
pusakanya akan dinikahkan dengan Drupadi. Namun tidak
seorangpun yang bisa memanahkannya. Ketika Karna hendak melenturkan anak panah pusaka itu, Drupadi berkata dengan lantang, “Saya tak mau nikah dengan anak tukang
kandang yang kotor!!!”.</span></div>
<div style="font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /> Sehingga Karna mengundurkan diri.
Kemudian Arjuna mencoba memanahkan anak panah itu hingga lima kali.
Setiap kali anak panahnya mengenai cincin pernikahan yang tergantung tinggi. Para
Brahmana bersorak. Tetapi para Raja tidak terima karena tak patut seorang Brahmana
diambil menjadi menantu. Krisna memberi tahu kepada raja bahwa Ajuna
sebenarnya bukan seorang brahmana, melainkan adalah putra dari Pandu. </span><br />
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"> Atas perdamaian yang tercapai.
Para Pandawa membawa Drupadi pulang ke tempat mereka. Mereka memberi tahu
Kunti bahwa mereka mendapatkan hadiah besar hari itu walau hadiah disamarkan menjadi sebuah harta kekayaan. Lalu Kunti
menjawab “Nikmatilah hadiah itu bersama-sama, nak”.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /> Di kemudian hari, Kunti telah mengetahui bahwa hadiah itu adalah seorang perempuan. Kunti tidak ingin merubah apa yang dikatannya. Lalu Drupadi menjadi istri para Pandawa.</span></div>
<div style="font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /> Di hutan belantara, para Pandawa
membuat kerajaan yang megah. Hutan belantara adalah tempat yang tepat menjadi negeri yang memiliki kekayaan alam melimpah. Lalu Yudhistira pun mengadakan penobatan. Semua
raja yang besar-besar diundang ke kerajaan oleh para Pandawa. Pada hari
penobatan, Krina dipilih menduduki tempat pertama. Seorang tamu dari Sisupala tidak setuju. Mendengar Sisupala tidak setuju, Yudhistira dan Bhisma sangat marah. Bhisma bangun
menceritakan sejarah Sisupala, bahwa jika ia berani mengganggu Krisna
sampai seratus kali, maka Ia akan mati dengan sendirinya. Tamu Sisupala semakin marah dan ingin mau
membentak Krisna. Tamu Sisupala itu lupa bahwa ini adalah gangguan yang ke-101 kali, sehingga Sisupala tiba-tiba mati seperti yang telah diramalkan.</span></div>
<div style="font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /> Duryodhana juga ikut hadir dalam
penobatan Yudhistira. Ia tinggal di istana Yudhistira dan melihat pernak pernik dan perlengkapan istana yang indah. Hatinya
semakin dengki. Ketika kembali dari istana Yudhistira, ia mencari ide untuk
membinasakan para Pandawa. Walaupun Duryodhana tahu bahwa Yudhistira berkata jujur, kuat dalam memegang janjinya, tetapi mempunyai kelemahan, yaitu suka berjudi.</span></div>
<div style="font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> Tahun demi tahun, banyak terjadi kejadian di dalam
hutan belantara. Salah satu yang terjadi adalah peperangan Pandawa. Pandawapun menang dalam peperangan. Kemudian Yudhistira dinobatkan sebaai Raja yang memerintah Hastinapura.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;">- SEKIAN </span></div>
Suhendra Vebriantohttp://www.blogger.com/profile/10063771325243594551noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1660450939376035181.post-52267862526197716122012-10-26T05:06:00.001-07:002019-05-18T07:55:36.392-07:00Kisah Ramayana<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyUjIbW2R8q02OQYuyd6_TShFoXFtIwtoW7lR5r-ILMFDEkEsjjbq-Nh0nDxZ1dch0tN1PJ7TAkXyN7sfjmh3Y-XV3A1dJ1OXch_GJZlgjYWhGs_Gze9K6jZJEO1M0oxB92kResxG9nhA/s1600/ram-sita-wallpaper+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="1024" height="295" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyUjIbW2R8q02OQYuyd6_TShFoXFtIwtoW7lR5r-ILMFDEkEsjjbq-Nh0nDxZ1dch0tN1PJ7TAkXyN7sfjmh3Y-XV3A1dJ1OXch_GJZlgjYWhGs_Gze9K6jZJEO1M0oxB92kResxG9nhA/s400/ram-sita-wallpaper+copy.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<span class="style58"><br /></span>
<span class="style58"> Suatu hari di sebuah negeri yang bernama Mantili, tinggalah seorang puteri yang cantik dan manis bernama
Dewi Shinta. Dia seorang putri dari raja Mantili yaitu Prabu Janaka. Suatu
hari sang Prabu mengadakan sayembara untuk semua orang untuk mencarikan sang Pangeran bagi
puteri tercintanya. Pada akhirnya, sayembara itu dimenangkan oleh
Putera Kerajaan Ayodya yang bernama Raden Rama Wijaya. Di sisi lain, seorang raja Alengkadiraja yaitu Prabu Rahwana juga
sedang kasmaran. Namun tujuan Prabu Rahwana bukan kepada Dewi Shinta, tetapi dia ingin memperistri
Dewi Widowati. Menurut pandangan Prabu Rahwana, Dewi Shinta dianggap sebagai titisan Dewi
Widowati yang selama ini diidamkannya. Ketika <span class="style60">Rama dan Shinta dalam sebuah perjalanan, mereka ditemani oleh Lesmana yang sedang melewati hutan
belantara yang bernama hutan Dandaka. Si raksasa Prabu Rahwana diam-diam mengikuti mereka bertiga. Prabu Rahwana sangat ingin menculik Dewi Shinta untuk dibawa
ke istananya dan dijadikan permaisuri. Dengan siasat Prabu Rahwana, Ia mengubah seorang
abdinya yang bernama Marica menjadi seekor kijang kencana. Dengan tujuan memancing Sri Rama pergi memburu kijang jelmaan si Marica. Sri Rama memburunya karena Dewi Shinta menginginkannya.
Setelah melihat kelincahan kijang jelmaan itu, Dewi Shinta meminta Sri Rama untuk memburunya. Karena permintaan sang istri tercinta maka Sri Rama berusaha
mengejar kijang jelmaan seorang diri, sedangkan Dewi Shinta dan Lesmana diminta untuk menunggu. <br />
</span></span><br />
<br />
<span class="style58"><span class="style60">
</span><span style="color: #ff9900; font-size: medium;"><i><b></b></i></span>Waktu terasa cukup lama, Dewi Shinta mulai mencemaskan Sri Rama, maka Ia meminta Lesmana untuk mencari Sri Rama. Namun sebelum itu, Dewi Shinta akan tinggal seorang diri. Untuk berjaga-jaga, Lesmana membuat perlindungan untuk menjaga keselamatan Dewi Shinta yaitu
dengan membuat lingkaran tertutup dengan Dewi Shinta di dalam lingkaran itu. Dengan adanya lingkaran ini, Dewi Shinta tidak boleh mengeluarkan
sedikit badannya agar tetap aman. Dewi Shinta
hanya boleh bergerak-gerak sebatas lingkaran tersebut. Setelah Lesmana pergi, Prabu Rahwana mulai mendekati Dewi Shinta untuk menculiknya. Namun usahanya gagal karena ada lingkaran tersebut. Prabu Rahwana cari cara dengan menyamar yaitu mengubah dirinya menjadi seorang brahmana tua dan bertujuan mengambil
hati Dewi Shinta untuk memberinya sedekah. Ternyata caranya berhasil membuat Dewi Shinta
mengulurkan tangannya untuk memberi sedekah. Dewi Shinta lupa karena telah
melanggar ketentuan lingkaran itu dengan mengulurkan tangannya. Kemudian Prabu Rahwana menarik tangan dan menangkap Dewi Shinta keluar dari lingkaran itu. Lalu Dewi Shinta dibawa pulang ke istananya di Kerajaan Alengka. Dalam perjalanan
pulang, terjadi pertempuran dengan seekor burung Garuda yang bernama Jatayu
yang ingin menolong Dewi Shinta. Jatayu dapat mengenali Dewi Shinta sebagai puteri
dari Prabu Janaka karena Jatayu merupakan teman baik Prabu Janaka. Tapi dalam pertempuan itu, Jatayu
dapat dikalahkan oleh Prabu Rahwana.</span><br />
<span class="style58"><br /></span>
<span class="style58"> Sri </span><span class="style58">Rama sedang memburu kijang jelmaan itu. Pada akhirnya Sri Rama berhasil memanahnya. Tetapi kijang itu langsung berubah menjadi raksasa, sehingga Marica
bertarung melawan Sri Rama. Namun Sri Rama berhasil memanah si Raksasa Marica. Setelah mengalahkan Marica, Lesmana berhasil menemukan Sri Rama dan kembali ke tempat Dewi Shinta ditinggal sendirian. Sesampainya di tempat, Dewi Shinta menghilang. Lalu Sri Rama dan Lesmana mencarinya dan bertemu Jatayu yang terluka
parah. Sri Rama mencurigai bahwa Jatayu telah menculik. Sri Rama yang penuh emosi, Ia hampir membunuh Jatayu tetapi berhasil dicegah oleh Lesmana. Dari pengakuan Jatayu, Sri Rama dan Lesmana mengetahui bahwa penculik Dewi Shinta adalah Prabu Rahwana. Setelah menceritakan peristiwa tadi, Jatayu meninggal.<br />
<br />
Sri Rama dan Lesmana bertekad ke istana Prabu Rahwana. Di tengah jalan, Sri Rama dan Lesmana bertemu seekor kera putih bernama Hanuman. Hanuman sedang mencari
para kesatria untuk mengalahkan Subali. Subali ialah kakak dari Sugriwa paman
dari Hanuman. Sang kakak merebut kekasih adiknya sendiri yang bernama Dewi Tara. </span><br />
<span class="style58"><br /></span>
<span class="style58"> Kemudian Sri Rama bersedia ikut mengalahkan Subali. Lalu usaha itu berhasil
dengan kembalinya Dewi Tara sebagai istri Sugriwa. Lalu Sri Rama menceritakan perjalanannya bersama Lesmana untuk mencari
Dewi Shinta yang diculik Prabu Rahwana di Kerajaan Alengka. Karena merasa
berhutang budi pada Sri Rama, Sugriwa ingin membantu Sri Rama dalam pencarian Dewi Shinta. Sugriwa mengutus Hanuman persi ke istana Alengka untuk mencari tahu Prabu Rahwana menyembunyikan Dewi Shinta dan mengetahui kekuatan bala tentara milik Prabu Rahwana.</span><br />
<span class="style58"> Dewi Shinta disembunyikan oleh Prabu Rahwana di Taman Argasoka. Taman Argasoka
ialah tempat satu-satunya hingga Sri Rama menyelamatkannya. Di Taman Argasoka, Dewi Shinta ditemani
oleh Trijata yang seorang kemenakan Prabu Rahwana. Trijata selalu membujuk Dewi Shinta untuk
mau menjadi istri Prabu Rahwana. Seberapa kali Prabu Rahwana meminta
dan memaksa Dewi Shinta menjadi istrinya, tetapi Dewi Shinta tetap menolak. Hingga Prabu Rahwana mulai habis kesabarannya dan ingin membunuh Dewi Shinta. Namun Prabu Rahwana dicegah oleh Trijata.
Dewi Shinta merasa sedih di taman Argasoka, Ia mendengar sebuah lantunan lagu
oleh seekor kera putih yaitu Hanuman yang sedang mencarinya. Setelah Dewi Shinta mengetahui Hanuman, segera Hanuman kembali menyampaikan kehadirannya
sebagai utusan Sri Rama. Kemudian Hanuman segera
mencari tahu kekuatan kerajaan Alengka. Caranya dengan merusak keindahan taman Argasoka. Lalu Hanuman tertangkap oleh Indrajid seorang putera Prabu Rahwana. Kemudian Hanuman dibawa menghadap Prabu Rahwana. Karena ulahnya, Hanuman ingin dibunuh Prabu Rahwana tetapi dicegah oleh Kumbakarna yaitu adik Prabu Rahwana. Karena Kumbakarna dianggap menentang,
maka Kumbakarna diusir dari kerajaan Alengka. Namun Hanuman tetap dijatuhi
hukuman dibakar hidup-hidup. Atas kecerdikan Hanuman, Ia membakar kerajaan Alengka dan berhasil meloloskan diri. Setelah lolos dari kerajaan Alengka, Hanuman menceritakan semua kejadian dan kondisi militer kerajaan Alengka kepada Sri Rama.
Dengan laporan itu, maka Sri Rama bertekad menyerang
kerajaan Alengka dan diikuti pula pasukan kera putih dengan dipimpin oleh Hanuman.<b><i><br /><br />
</i></b>Kemudian terjadi peperangan dengan Prabu Rahwana. Awalnya pihak Kerajaan Alengka dipimpin langsung oleh Indrajid. Dalam pertempuran ini, Indrajid berhasil dikalahkan dan gugur di medan peperangan. Kerajaan Alengka berhasil diserbu oleh pasukan Sri Rama. Tetapi Kumbakarna tadi diminta oleh Prabu Rahwana menjadi senopati perang. Dan Kumbakarna mau membantu, tetapi bukan untuk membela Prabu Rahwana, tetapi demi membela bangsa dan negara Alengkadiraja. Kemudian Kumbakarna berhasil dikalahkan dan gugur. Dengan gugurnya Kumbakarna sang
adik, lalu Prabu Rahwana menghadapi Sri Rama sendiri. Pada akhirnya, Prabu Rahwana juga berhasil dikalahkan oleh seluruh pasukan pimpinan Sri Rama. Prabu Rahmana gugur terkena panah pusaka milik Sri Rama bersamaan dengan dihimpit gunung Sumawana yang dibawa oleh Hanuman.<span class="style62"><b><i><br />
<br />
</i></b></span>Setelah pertempuran dasyat itu selesai. Dengan kekalahan berada di pihak Alengka, maka Sri Rama
bergegas memasuki istana dan mencari sang istri tercinta, Dewi Shinta. Lalu Hanuman mengantarkan Sri Rama menuju ke taman Argasoka untuk menemui Shinta. Ketika Sri Rama dan Dewi Shinta bertemu, Sri Rama menolak Dewi Shinta karena menganggap Dewi Shinta telah ternoda oleh Prabu Rahwana selama Ia berada di Kerajaan Alengka. Maka Sri Rama meminta bukti kesucian Dewi Shinta, yaitu dengan melakukan
bakar diri. Karena kebenaran kesucian Dewi Shinta dan pertolongan Dewa Api (kepercayaan), Dewi Shinta dapat selamat dari api. </span><br />
<span class="style58"> Dengan demikian Dewi Shinta terbukti masih suci dan
akhirnya Sri Rama menerima kembali Dewi Shinta dengan perasaan haru dan bahagia. Akhir dari kisah Ramayana ini mereka kembali ke istananya masing-masing.</span><br />
<span class="style58"><br /></span>
<span class="style58"><br /></span>
<span class="style58">- SEKIAN</span></div>
Suhendra Vebriantohttp://www.blogger.com/profile/10063771325243594551noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1660450939376035181.post-84844080726434820832012-08-30T08:26:00.000-07:002019-05-13T20:03:47.848-07:00Lutung Kasarung<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicDbV20iI4oXAcdzAD1cHZkf_G8E6-cRdg6SYG1y8IIpU6bzcohUYNsPUkFkqecnYRJcvrw4yZyjZb_XhYnfuzZOyw7Am53FHhwz3BZMJUHR4GNzHzmPMEsxkrhh3lasUCVU1ktGDNIMk/s1600/lutung.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicDbV20iI4oXAcdzAD1cHZkf_G8E6-cRdg6SYG1y8IIpU6bzcohUYNsPUkFkqecnYRJcvrw4yZyjZb_XhYnfuzZOyw7Am53FHhwz3BZMJUHR4GNzHzmPMEsxkrhh3lasUCVU1ktGDNIMk/s320/lutung.jpg" width="226" /></a></div>
Pada suatu hari di latar pasundan, ada sebuah
kerajaan megah yang pimpin oleh seorang raja yang bijaksana dikenal
sebagai Prabu Tapak Agung.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Prabu Tapak Agung memiliki dua putri yang cantik yaitu Purbararang dan Purbasari. Suatu hari Prabu Tapak Agung dekat dengan ajalnya. Lalu Prabu
Tapak Agung menunjuk Purbasari, putri bungsunya sebagai penerus kerajaan dan berkata dengan nada yang lembut, “Aku
sudah berusia lanjut, saatnya aku turun takhta”.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IT"> Purbasari juga memiliki kakak yaitu Purbararang. Purbararang tidak setuju Purbasari diangkat menggantikan Sang Ayah. “Aku putri Sulung ayahanda, seharusnya ayahanda memilih aku sebagai
penerus ayahanda” ujar Purbararang dengan tunangannya yaitu Indrajaya. Ambisinya yang sudah menggebu-gebu membuatnya berniat
mencelakakan adiknya. Kemudian Purbararang </span>mencari seorang nenek sihir untuk memanterai
Purbasari. Nenek sihir itu berhasil memanterai Purbasari, sehingga saat itu juga
tiba-tiba kulit Purbasari muncul bercak hitam-hitam. Dengan ini, Purbararang mempunyai alasan untuk mengusir adiknya itu. “Hai, orang yang dikutuk bercak hitam seperti dia tidak pantas menjadi seorang Prabu Ratu!!!” ujar Purbararang dengan melihat ke arah Purbasari.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IT"> Lalu Purbararang menyuruh seorang Patih
untuk mengasingkan Purbasari ke dalam hutan belantara. Ketika berada di dalam hutan, Patih itu masih berbaik hati dengan membuatkan sebuah pondok hunian khusus untuk Purbasari. Patih itu menasehati Purbasari, “Tabahlah Paduka Putri. Cobaan ini pasti akan
berakhir, Yang Maha Kuasa pasti akan menyelesaikan peristiwa ini dan selalu bersama Paduka Putri”. </span><br />
<span lang="IT"> “Terima
kasih paman Patih”, jawab Purbasari dengan sedih.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IT"> Selama di hutan belantara, Purbasari mempunyai banyak
teman yaitu hewan-hewan yang selalu menemani hari-harinya. Di sekian banyaknya hewan hutan belantara, ada seekor kera berbulu hitam yang aneh. Tetapi kera
itu sangat perhatian pada Purbasari. Kera itu memiliki ciri yang menyerupai ukuran manusia, sehingga Purbasari memanggilnya Lutung Kasarung. Lutung kasarung selalu
menarik perhatian Purbasari dengan mengambilkan bunga–bunga yang indah
serta buah-buahan segar bersama teman-temannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IT"> Ketika malam bulan purnama tiba,
Lutung Kasarung berubah jadi aneh. Ia berjalan ke tempat yang sepi dan hening lalu duduk seperti bertapa. Ia seperti sedang memohon sesuatu kepada Dewata. Peristiwa ini membuktikan
bahwa Lutung Kasarung bukan makhluk biasa. Tidak lama kemudian, tanah di
dekat Lutung Kasarung merekah dan muncul sebuah telaga kecil yang airnya sangat jernih. Dan air telaga itu mengandung obat yang sangat harum.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IT"> Di hari berikutnya, Lutung Kasarung pergi menemui Purbasari dan memintanya untuk mandi di telaga itu. “Apa
manfaat air telaga itu bagiku?”, pikir Purbasari. Tetapi Purbasari mau menuruti permintaan Lutung Kasarung. Tak lama
setelah Purbasari menceburkan dirinya. Tiba-tiba ada sesuatu yang terjadi pada kulit bercaknya. Kulitnya berubah menjadi bersih seperti semula dan ia menjadi cantik dan manis kembali. Dengan peristiwa ini, Purbasari
sangat terkejut dan gembira ketika ia bercermin di pantulan air telaga itu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IT"> Di tempat lain yaitu di istana, Purbararang ingin memastikan dan memutuskan
untuk melihat Purbasari di hutan belantara. Purbararang pergi bersama tunangannya dan para
pengawal. Ketika sampai di hutan belantara, Purbararang bertemu dengan Purbasari dan
saling berpandangan. Dan Purbararang tak percaya melihat adiknya kembali cantik jelita seperti semula. Purbararang tidak mau merasa malu atas perilakunya, ia mengajak
Purbasari untuk adu panjang rambut, “Siapa yang rambutnya paling panjang, dialah yang paling cantik!!!”, kata Purbararang dengan menantang Purbasari. Awalnya Purbasari tidak mau,
tetapi karena desakan Purbararang, Ia menerima tantangan kakaknya. Dan ternyata rambut
Purbasari sedikit lebih panjang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IT"> “Hmm... Baik! aku mengakui kalau aku yang kalah, selanjutnya ayo kita beradu ketampanan tunangan kita! Lihat baik-baik! Ini adalah laki-laki tunanganku”, ujar Purbararang
dengan berjalan mendekati Sang Indrajaya. Lalu Purbasari mulai gelisah dan
bingung. Lalu Purbasari melirik serta menarik tangan Lutung Kasarung.
Lutung Kasarung langsung melompat-lompat seakan-akan menenangkan pikiran Purbasari. Lalu Purbararang tertawa terbahak-bahak dan berkata, “Jadi, monyet itu adalah tunanganmu!?”.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IT"> Pada saat itu, Lutung Kasarung langsung duduk dan bersemedi. Tiba-tiba terjadi suatu peristiwa aneh. Lutung Kasarung
berubah menjadi seorang Pemuda gagah yang berwajah sangat tampan dan lebih tampan dari
Indrajaya. Para pengawal terkejut melihat kejadian itu dan bersorak bersama-sama. Lalu Purbararang mengakui kekalahannya kedua kalinya, dan mengakui kesalahannya selama ini. </span><br />
<span lang="IT"> Purbararang meminta maaf kepada Purbasari dan memohon ampun agar tidak dihukum.
Purbasari memiliki hati yang baik dan segera memaafkan Purbasari dan Indrajaya. Setelah peristiwa itu, akhirnya
Purbasari, Purbararang, Indrajaya, dan Lutung Kasarung serta para pengawal kembali ke Istana.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IT"> Sesampainya di istana, Purbasari naik takhta menjadi seorang Prabu Ratu yang didampingi oleh seorang pemuda tampan idamannya. Yaitu pemuda yang selama
ini selalu menghibur dan mendampinginya di hutan belantara dalam wujud seekor lutung.</span><br />
<span lang="IT"><br /></span>
<span lang="IT"><br /></span>
<span lang="IT">- SEKIAN</span></div>
Suhendra Vebriantohttp://www.blogger.com/profile/10063771325243594551noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1660450939376035181.post-26417128657536476962012-01-12T04:06:00.000-08:002013-08-21T11:26:01.734-07:00Monalisa dan Maling<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;">
<img height="260" id="il_fi" src="http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTki6LwrWjUE_L13xYKqmJUHwPvX-ewiyLrK_FalWP59_tnivEt&t=1" style="padding-bottom: 8px; padding-right: 8px; padding-top: 8px;" width="193" /> </div>
Pada Suatu Hari tinggallah seorang gadis manis bernama Monalisa
tepat disuatu rumah perkampungan desa Lawas. Dia adalah gadis manis yang
baik, cerdas namun cupu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu hari saat libur sekolah, teman-teman Monalisa datang ke rumahnya untuk bermain lompat tali. Dan saat teman-temannya datang Monalisa pun menyambutnya dengan baik dan senyuman yang indah. Setelah bermain dan beristirahat, teman-temannya bercerita bahwa jika ingin menjadi model yang barakah harus memiliki kualitas rambut yang sehat dan mempesona. Sambil bercerita tentang model, teman-temannya juga bercerita tentang salon ekonomis di kota Nyalon. Saat teman-teman Monalisa pulang. Dia berambisi untuk pergi ke salon ekonomis itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Keesokan harinya, Monalisa pamit kepada orang tuanya untuk pergi ke salon ekonomis di kota Nyalon. Saat di bus, Monalisa duduk ditengah disebelah kanan. Lalu datanglah seorang pria yang tak dikenal yang terus memandanginya. Saat turun dari bus, Monalisa langsung pergi dan mencari salon ekonomis itu. Lalu dia pun menemukannya tepat dipinggir jalan. Dan tanpa malu-malu, ia pun pergi kedalam salon ekonomis itu dan saat disana ia pun berharap agar dapat menjadi seorang model yang barakah dikemudian hari. Setelah keluar dari salon, Monalisa pun merasa puas, kaget dan merasa melayang diangkasa. Lalu ia pun kembali ke desanya dengan naik bus. Namun saat di bus, pria tak dikenal itu kembali memangdanginya dengan mata yang tajam. Lalu Monalisa pun beranggapan bahwa pria ini pasti mau mencuri uangku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://draft.blogger.com/blogger.g?blogID=1660450939376035181" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"></a> Saat inilah, Monalisa sengaja sebelum naik kedalam bus, ia terlebih dahulu menaruh kepiting didalam tasnya. Kemudian. . . . . saat pria itu mendekatinya, secara tiba-tiba pria tak dikenal itu berteriak Aaaaaaaaaa. . . . . sambil memegangi tangannya yang dicapit oleh kepiting jagoan Monalisa. Lalu Monalisa pun berkata, “Rasakan capitan kepiting itu”. Heheheeee. . . . . </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b>Gimana sobat? Lucu bukan! </b></div>
Suhendra Vebriantohttp://www.blogger.com/profile/10063771325243594551noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1660450939376035181.post-25273070141925110512011-08-10T07:47:00.000-07:002019-05-13T21:31:37.426-07:00Cinderella<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="text-align: justify;"> Pada suatu hari, terdapat kerajaan megah dan seorang anak perempuan yang cantik jelita dan baik
hati. Ia tinggal bersama ibu tiri dan kedua kakak tirinya. Ia dirawat oleh mereka karena orangtua anak perempuan cantik itu telah meninggal dunia.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Keseharian di dalam rumah itu, Ia disuruh mengerjakan seluruh pekerjaan
rumah tangga. Ia selalu dibentak, diperlakukan kasar dan hanya diberi makan sekali dalam sehari oleh
ibu tirinya. Dan kakak-kakaknya yang jahat memanggilnya dengan nama Cinderela. Cinderela yang berarti gadis yang kotor dan penuh debu.<br />
“Hmmm... Nama yang sangat cocok sekali untukmu!!!” kata kakak-kakak tirinya.<br />
<br />
Beberapa lama kemudian, di suatu hari datanglah pengawal kerajaan yang sedang menyebarkan gulungan surat undangan pesta dari Istana Kerajaan.<br />
“Asyiiik! kita akan berpesta dan berdandan secantik-cantiknyaaaa!!! Bagaimana kalau aku yang jadi putri sang raja? Ibu pasti
akan sangat gembira”, kata kakak-kakak tiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Tibalah hari yang dinanti-nanti, kedua kakak tiri Cinderela mulai berdandan
secantik-cantiknya. Namun Cinderela termenung dan sedih, karena Cinderella tidak diperbolehkan ikut
oleh kedua kakak tirinya ke pesta Istana Kerajaan. “Bagaimana mau ikut? Baju pun kamu tak punya! Apa kamu mau berpesta dengan baju kotor sepert itu?!”, ujar kakak Cinderela.<br />
<br />
Setelah semua berangkat ke pesta kerajaan, Cinderela pergi ke kamarnya yang sepi. Lalu Ia
menangis sekeras-kerasnya karena hatinya sangat menyesal dan sedih. “Aku ini tak bisa
pergi ke pesta istana kerajaan dengan baju sekotor ini, tapi aku sangat ingin pergi ke sana”. Mendengar Cinderella menangis, tidak lama kemudian terdengar sebuah suara aneh. “Cinderela,, Cinderella,, sekarang berhentilah
menangis”. Ketika Cinderela membuka matanya dan berbalik, Ia melihat seorang peri dengan tongkat di tangannya. Lalu peri itu tersenyum ke arahnya. “Cinderela, sekarang bawalah empat ekor tikus dan dua ekor
kadal disini, percayalah padaku” Kata Ibu peri.<br />
<br />
Setelah hewan kecil itu dikumpulkan oleh Cinderela, Ibu Peri membawa tikus dan kadal itu ke kebun labu di
halaman belakang rumah. “Sim,, salabim!!!” Kata Ibu Peri dengan membacakan sihirnya, maka terjadilah keajaiban! Tikus tikus langsung berubah menjadi empat ekor kuda, dan kadal-kadal menjadi dua orang pengendara kuda. Dan yang terakhir, Cinderela
berubah menjadi Tuan Putri yang cantik jelita, dengan memakai gaun yang sangat
indah dan megah.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena terlalu gembira, Cinderela menari berputar-putar dengan
sepatu kaca miliknya. Ibu Peri berkata, “Cinderela,, ingatlah pengaruh
sihir ini akan sirna setelah lonceng berbunyi tepat pukul dua belas malam berhenti.
Jadi pulanglah sebelum tengah malam tiba. “Baik Nek.
Terimakasih” jawab Cinderela dengan gembira. Dengan kereta kuda emas segera berangkat membawa
Cinderela menuju istana kerajaan. Setelah tiba di istana, Cinderela memasuki ruang aula istana kerajaan. Begitu masuk, pandangan para tamu hanya tertuju pada
Cinderela.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Para undangan sangat kagum dengan kecantikan Cinderela, “Lhat! Cantik sekali putri itu! Berasal dari mana Putri itu ya?!” tanya para undangan. Kemudian sang Pangeran datang
menghampiri Cinderela. “Selamat malam Putri yang cantik, maukah Anda menari denganku?” kata sang pangeran. “Baiklah dengan senang hati” kata Cinderela sambil mengulurkan tangannya
dan tersenyum. Mereka menari dan berputar berdua dalam irama musik yang syahdu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Di lain sisi, Ibu dan kedua kakak tiri Cinderela tidak menyangka kalau tuan putri yang cantik itu sangat mirip dengan Cinderela. Sang Pangeran terus berdansa dan berdansa dengan Cinderela. “Wanita seperti andalah yang
saya impikan selama ini”, kata Sang Pangeran. Karena terlalu bahagianya,
Cinderela lupa peringatan waktu Ibu Peri. Jam mulai berbunyi 12 kali. “Maaf Pangeranku, jam sudah tengah malam, aku harus segera pulang”. Tiba-tiba Cinderela menarik tangannya dari genggaman sang pangeran dan segera berlari ke luar Istana Kerajaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Di tengah perjalanan, tanpa disadari sepatu Cinderela terlepas sebelah, tetapi Cinderela tidak
memperdulikannya, Ia terus berlari dan berlari. Sang Pangeran mengejar Cinderela, tetapi
ia kehilangan jejak Cinderela. Di tengah anak tangga kerajaan, tertinggal sepatu
kaca kepunyaan Cinderela. Pangeran mengambil sepatu kaca itu dan berkata dengan bertekad, “Aku akan
mencarimu, Cinderela”. Walaupun Cinderela berubah menjadi gadis yang berdebu, Ia sangat bahagia karena bisa berpesta dengan Sang Pangeran.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada harinya berikutnya, pengawal-pengawal kerajaan diutus oleh Sang Pangeran untuk mendatangi rumah-rumah yang ada anak gadisnya di seluruh negeri. Tujuan kedatangan para pengawal kerajaan itu untuk
mencocokkan sepatu kaca itu dengan kaki mereka. Tetapi tidak ada yang cocok satupun, sampai pada akhirnya para pengawal tiba di rumah Cinderela.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
“Maaf, kami diperintah untuk mencari gadis yang kakinya cocok dengan sepatu kaca ini,” kata
para pengawal kerajaan. Kedua kakak tiri Cinderela mencoba sepatu itu, tapi kaki
mereka terlalu besar. Mereka tetap memaksa kakinya masuk ke sepatu
kaca itu sampai lecet. Pada saat itu, pengawal kerajaan melihat dan mendengar Cinderela bernyanyi. “Hai kamu yang bernyanyi,
cobalah sepatu kaca ini,” kata pengawal kerajaan. Lalu Ibu tiri Cinderela tidak terima, ”Sepatu ini terlalu mewah dan tidak akan cocok dengan anak berdebu ini!”. Kemudian Cinderela
memasangkan sepatu di kakinya. Ternyata sepatu kaca itu sangat cocok. “Ah! Andalah Tuan Putri yang kami cari!” kata pengawal kerajaan dengan gembira. “Hai Cinderela, Selamat yaa”, lalu Cinderela
melihat ke belakang, dan ibu peri sudah berdiri di belakangnya. “Mulai sekarang, hiduplah bahagia bersama Pangeran. Sim salabim!!!” kata ibu peri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Begitu peri membaca mantranya, seketika itu Cinderela berubah menjadi seorang Tuan Putri
yang memakai gaun pengantin yang cantik jelita. “Pengaruh sihir ini tidak akan hilang walau
jam berbunyi 12 kali”, kata ibu peri. Kemudian Cinderela diantar oleh
tikus-tikus dan burung yang selama ini menjadi temannya di rumah itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesampainya di Istana Kerajaan, Sang Pangeran menyambutnya sambil tersenyum legah dan bahagia. Pada akhirnya Cinderela dan Pangeran menikah dan hidup bahagia selamanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
- SEKIAN</div>
Suhendra Vebriantohttp://www.blogger.com/profile/10063771325243594551noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1660450939376035181.post-21506039202973332192011-06-08T06:40:00.000-07:002019-05-13T22:43:17.918-07:00Asal-Usul Ikan Duyung<h3 class="post-title entry-title" style="text-align: justify;">
<br /> </h3>
<div class="post-body entry-content" style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgc62FlLDXOiGDRsSuWlqmuyZNVtOp8qLyXXL-xI2el4Ny8M3qRdngf_jyQeHTLTSsHOZYh1Y-xgk_HJX77TQZab_ISNrI2VTyUF_diwpfHbh6nIwt9D0AFRGiLOP9M5QoXopOapk285jz_/s1600/Asal_Mula_Ikan_Duyung.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="" border="0" height="300" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5510685368167496946" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgc62FlLDXOiGDRsSuWlqmuyZNVtOp8qLyXXL-xI2el4Ny8M3qRdngf_jyQeHTLTSsHOZYh1Y-xgk_HJX77TQZab_ISNrI2VTyUF_diwpfHbh6nIwt9D0AFRGiLOP9M5QoXopOapk285jz_/s320/Asal_Mula_Ikan_Duyung.jpg" style="display: block; height: 225px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 240px;" width="320" /></a><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> Pada suatu hari, terdapat sebuah kampung di daerah Sulawesi Tengah. Disana terdapat sepasang suami-istri yang hidup bersama tiga orang anaknya. Dua anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Sang Ayah mencari nafkah dengan menanam sayuran dan umbi-umbian dan menangkap ikan di laut. Setiap pagi hari, sebelum ke ladang, sang Ayah selalu sarapan bersama istrinya dan ketiga anak tersayangnya. </span><br />
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> Di suatu pagi dan senja, sepasang suami-istri dan ketiga anaknya sedang sarapan pagi dengan lauk ikan. Pada saat itu, persediaan lauk ikan memenuhi kebutuhan sehari-hari hingga mereka tidak mampu menghabiskan lauk ikan itu. Setelah sarapan pagi, sang Ayah pun bersiap menuju kebun. Sebelum berangkat, Ia berpesan kepada istri tercintanya. </span><br />
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> “Wahai istriku! Tolong simpan sisa lauk ikannya untuk makan siang nanti yaa”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> “Baik, suamiku,” jawab istrinya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> Lalu berangkatlah sang Ayah menuju Ladang. Sang Istri segera menyimpan sisa lauk ikan itu di dalam lemari makan. Menjelang siang hari, anak bungsu mereka tiba-tiba menangis meminta makan. Ia sangat kelaparan setelah setengah hari selalu bermain dengan kakak-kakaknya. Sang Ibu pun segera mengambilkan sepiring nasi dan beberapa cuil daging ikan yang disimpan. Anak bungsu itu memakan makanan itu dengan lahap. Beberapa menit berlalu, lauk ikan yang dikasihkan ibunya langsung ia habiskan tanpa tersisa. Anak bungsu meminta lauk ikan tambahan kepada ibunya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> “Ibu... Ibu... aku ingin lauk ikan lagi,” pinta si anak bungsu dengan menangis.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> “Tapi sedikit yaa, Anakku! Sisakan juga agar Ayahmu bisa makan nanti siang,” bujuk sang Ibu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> Tetapi sang Ibu tidak bisa membujuk si anak bungsu berhenti menangis. Bahkan, Ia menangis sambil berguling di tanah. Sang Ibu tidak tega melihat anaknya kelaparan. Lalu sang Ibu memberikan semua sisa ikan itu kepada si anak bungsu. Lalu Ia berhenti menangis.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> Hari sudah siang, sang Ayah akan pulang dari ladang. Ia merasa lapar dan meminta istrinya untuk menghidangkan makanan. Dengan perasaan cemas, sang istri segera menghidangkan makanan seadanya. Setelah hidangan dibawa, sang Ayah sadar bahwa hidangan ada yang kurang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> “Istriku, mana sisa ikan tadi pagi? Kenapa tidak ada?” tanya sang Ayah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> “Maaf, Suamiku! Tadi si anak bungsu menangis dan berguling sambil meminta lauk ikan,” jawab istrinya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> “Lalu kenapa kamu berikan semuanya padanya?” tanya sang Ayah dengan emosi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> “Maaf, Suamiku! Aku hanya memberinya beberapa cuil lauk ikan, tetapi si anak bungsu terus menangis dan berguling di tanah meminta ikan lagi. Aku tak tega melihatnya, Saumiku! Sehingga aku memberikan semua sisa ikan itu padanya,” jawab Sang Istri.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> Mendengar jawaban Sang Istri, Sang Ayah semakin marah dan tak mau menerima alasan apapun lagi. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> “Aku tak mau tahu. Aku sudah memberimu pesan agar menyimpan sisa lauk ikan itu untuk siang!” bentak sang Ayah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> Sang Istri tak bisa berkata satu katapun. Ia hanya menangis dan meminta maaf kepada suaminya. Ia meminta maaf kepada suaminya berkali-kali. Namun sang Suami tidak berhenti marah, bahkan kemarahannya semakin meluap. Sang istri yang tidak tahan dimarahi lalu meneteskan air mata. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> “Aku sudah tak sanggup tinggal di rumah ini. Suamiku sungguh tak mau memaafkan aku lagi,” keluh sang Istri dalam hati.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> Kemudian sang Istri memutuskan pergi. Hingga malam tiba, ketika suami dan anak-anaknya sedang tidur nyenyak, diam-diam Ia pergi dari rumah dan menuju laut. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> Di pagi harinya, sang Ayah dan ketiga anaknya terbangun dari tidurnya. Lalu setiap pagi hari, mereka berkumpul untuk sarapan bersama. DAN sangat terkejutnya sang Ayah karena hidangan sarapan bersama tidak ada. Dengan perasaan kesal, Ia berteriak memanggil istrinya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> “Istrikuuu... Istrikuuuu...! Kamu di manaa?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> Berulang kali sang Ayah memanggil istrinya, tapi tak ada balasan sama sekali. Sang Ayah yang gelisah bersama ketiga anak mereka sedang mencari sang Ibu di sekitar rumah mereka. Mereka sudah mencari ke mana-mana, tetapi mereka tidak menemukan sang Ibu. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> “Ayah!!! Apa yang harus kita lakukan? Lalu Si Anak Bungsu menangis tak tahan menahan rasa lapar” tanya si anak Sulung kepada Sang ayah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> “Ayo, kita cari ibu kalian di laut!” kata sang Ayah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> “Kenapa harus di laut, Ayah?” tanya lagi si anak Sulung.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> “Mungkin ibu kalian sedang menangkap ikan di laut. Bukankah si anak Bungsu kemarin menangis meminta lauk ikan?” kata sang Ayah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> Mendengar perkataan sang Ayah, si anak Sulung mengajak kedua adiknya menuju laut untuk mencari sang ibu. Sesampainya di laut, mereka memanggil ibu mereka dengan bernyanyi:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<i><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> Ibu pulanglah Ibu...</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<i><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> Ibu pulanglah Ibu...</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<i><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> Si Anak Bungsu ingin menyusu</span></i><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;">...</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> Tak lama kemudian, tiba-tiba ibu mereka muncul dari laut dengan membawa beberapa ikan segar, lalu segera menyusui si Anak Bungsu. Setelah menyusui, sang Ibu berpesan pada ketiga anaknya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> “Wahai, anak-anakku! Sekarang pulanglah ke rumah. Pasti Ayah kalian sudah menungggu”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> “Ayo Bu! Kita pulang bersama-sama!” kata ketiga anak itu sambil menarik tangan sang Ibu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> “Kalian pulanglah dulu! Ibu nanti menyusul. Dan bawalah ikan segar ini untuk makan siang dengan Ayah kalian. Ibu masih mencari ikan lagi untuk kalian,” kata sang Ibu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> Ketiga anak itu menuruti kata sang Ibu. Mereka pulang dengan membawa ikan segar dari hasil tangkapan Sang Ibu. Ketika tiba di rumah, mereka segera melapor pada sang Ayah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> “Ayah, Ayaaah... Benar! Ternyata Ibu kita berada di laut untuk mencari ikan. Ini adalah hasil tangkapan Ibu,” kata si anak Sulung dengan menunjukkan ikan segar yang mereka bawa.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> “Lalu ke mana Ibu kalian? Kenapa Ibu tak pulang bersama kalian?” tanya sang Ayah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> “Ibu masih mencari ikan lagi, Ayah!” jawab ketiga anak itu bersama-sama.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> “Kalau begitu, ayo kita panggang ikan itu untuk makan siang kita nanti!” kata sang Ayah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> Ketiga anak itu melaksanakan apa kata sang Ayah. Lalu ikan-ikan tersebut selesai dipangggang. Namun, sang Ibu belum datang juga. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> “Ayo Nak, kita habiskan ikan pangggang ini! Tak usah menunggu Ibu kalian!” Kata sang Ayah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> “Tapi, kasihan Ibu, Ayah! Kalau ikan pangggang ini kita makan, nanti Ibu mau makan apa? Ibu pasti sangat lapar setelah dari laut nanti,” kata si anak Sulung.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> “Diam kau Sulung! Kamu tak usah kasihan kepada Ibumu! Bukannya Ibu juga tak kasihan pada Ayah?! Karena memberikan semua sisa ikan sarapan kemarin pada si anak bungsu,” kata sang Ayah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> Mendengar bentakan Sang Ayah, si anak Sulung dan kedua adiknya tak berani melawan dan terpaksa mematuhi perintah sang Ayah. Dengan perasaan bimbang, ketiga anak itu menghabiskan ikan panggang hangat bersama sang Ayah hingga selesai. Namun Sang Ibu belum datang-datang. Perasaan ketiga anak itu mulai cemas jika terjadi sesuatu pada ibu mereka. Hati mereka sangat cemas ketika sore tiba. Sang Ibu juga masih tak pulang. Tapi mereka tak berani menyusul Sang Ibu di laut, karena sudah malam. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> Keesokan harinya tiba, lalu ketiga anak itu menuju laut dan menemui sang Ibu. Sesampainya di laut, mereka tak melihat Sang Ibu. Lalu mereka memanggil dan bernyanyi lagi:</span></div>
<div style="margin-left: 40px;">
<i><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;">Ibu pulanglah Ibu...</span></i><br />
<i><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;">Ibu pulanglah Ibu...</span></i><br />
<i><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;">Si Anak Bungsun ingin menyusu...</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> DAN tiga kali mereka bernyanyi, tibalah Sang Ibu yang baru muncul dari laut. Ketiga kakak beradik itu sangat terkejut ketika melihat tubuh ibu mereka dipenuhi dengan sisik ikan. Mereka sangat kaget dan takut serta tak percaya kalau perempuan bersisik itu adalah ibu kandung mereka. Si Anak Bungsu juga tak mau menyusu padanya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> “Mendekatlah, anak-anakku sayang! Aku ini ibu kalian!” kata sang Ibu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> “Tidak!!! Ibu kandung kami tak bersisik seperti ikan laut,” balas ketiga anak itu bersama-sama.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt;"> Setelah berkata begitu, ketiga anak itu langsung pergi meninggalkan Sang Ibu yang sudah bersisik itu. Mereka menyusuri pantai tanpa arah dan tanpa tujuan yang pasti. Lalu Sang Ibu menjelma menjadi ikan duyung dan kembali menuju laut. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt;">
<span style="font-family: verdana;"><span style="font-size: 12px;">- SEKIAN</span></span></div>
</div>
<ul style="text-align: justify;">
</ul>
Suhendra Vebriantohttp://www.blogger.com/profile/10063771325243594551noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1660450939376035181.post-44715022412954380592011-06-08T06:28:00.001-07:002021-05-04T16:01:57.038-07:00Cerita Jaka Tarub dan Nawang Wulan <div class="ALINEA1" style="line-height: 150%; margin-top: 6pt; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSS6mPh_K4QMz-cbINs3qfwIOtmCYZGmbFL0Gu6Den7YUr5B5_-7tNkU8uDCMZHhXWhbfoMEhD5Kkd2dGTKmeUTiftOtgk3NYVb_Hp5gTIamdjoVIcHocPUwnx01QZMEyIJvLdJTRdje4u/s1600/Jaka-Tarub.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="" border="0" height="150" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5510671358684810338" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSS6mPh_K4QMz-cbINs3qfwIOtmCYZGmbFL0Gu6Den7YUr5B5_-7tNkU8uDCMZHhXWhbfoMEhD5Kkd2dGTKmeUTiftOtgk3NYVb_Hp5gTIamdjoVIcHocPUwnx01QZMEyIJvLdJTRdje4u/s200/Jaka-Tarub.jpg" style="display: block; height: 300px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 400px;" width="200" /></a></div>
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; letter-spacing: -0.2pt; line-height: 150%;"> Pada suatu hari, ada Desa bernama Desa Tarub. Di sana tinggallah seorang janda yang bernama Mbok Randha Tarub. Ketika kepergian suami tercintanya telah meninggal dunia, ia mengangkat seorang anak laki-laki sebagai putranya. Hingga usia remaja tiba dan pemuda itu bernama Jaka Tarub.</span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; letter-spacing: -0.1pt; line-height: 150%;"> </span></div>
<div class="ISI" style="line-height: 150%; margin-top: 6pt; text-align: justify; text-indent: 0cm;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; line-height: 150%;"> Jaka Tarub anak yang santun. Ia suka menolong pekerjaan ibunya keseharian. Di kesehariannya Jaka Tarub selalu membantu Mbok Randa di ladang. Hasil berladang adalah cara Jaka Tarub dan Mbok Randha menjalani hidup. Mbok Randha sangat sayang terhadap Jaka Tarub seperti anak kandungnya. </span></div>
<div class="ISI" style="line-height: 150%; margin-top: 6pt; text-align: justify; text-indent: 0cm;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; letter-spacing: -0.1pt; line-height: 150%;"> Hingga tiba saatnya Jaka Tarub mulai dewasa. Di usianya, </span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 12px; text-indent: 0cm;">Jaka Tarub</span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 12px; text-indent: 0cm;"> memiliki w</span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; letter-spacing: -0.1pt; line-height: 150%; text-indent: 0cm;">ajahnya tampan dan tingkah lakunya sangat sopan. Di Desa Tarub, </span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 12px; letter-spacing: -0.133333px; text-indent: 0cm;">Jaka Tarub cukup populer di kalangan gadis</span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; letter-spacing: -0.1pt; text-indent: 0cm;">. Tetapi Jaka Tarub masih belum ingin memiliki istri. Ia merasa masih ingin berbakti kepada Mbok Randha yang telah membesarkannya. Dan </span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 12px; letter-spacing: -0.133333px;">Jaka Tarub</span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; letter-spacing: -0.1pt; text-indent: 0cm;"> bekerja semakin tekun. Suatu hari, </span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; letter-spacing: -0.1pt; text-indent: 0cm;">hasil sawah berladang mereka melimpah. Sehingga Mbok Randha membaginya dengan tetangganya yang membutuhkan. “Jaka Tarub, Wahai anakku. Simbok lihat Jaka sudah besar. Sudah waktunya meminang seorang gadis. Cepatlah memilih wanita dan menikah. Simbok sangat ingin menimang cucu darimu, Jaka” kata Mbok Randha.</span></div>
<div class="ISI" style="line-height: 150%; margin-top: 6pt; text-align: justify; text-indent: 0cm;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; line-height: 150%;">“Tarub belum ingin menikah, Simbok,” balas Jaka Tarub.</span></div>
<div class="ISI" style="line-height: 150%; margin-top: 6pt; text-align: justify; text-indent: 0cm;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; line-height: 150%;">“Tapi jika Simbok suatu saat sudah tiada, siapa yang akan mengurusmu?” tanya Mbok Randha lagi.</span></div>
<div class="ISI" style="line-height: 150%; margin-top: 6pt; text-align: justify; text-indent: 0cm;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; line-height: 150%;">“Tenanglah, Simbok... Semoga saja Simbok berumur panjang”, jawab Jaka Tarub. </span></div>
<div class="ISI" style="line-height: 150%; margin-top: 6pt; text-align: justify; text-indent: 0cm;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; line-height: 150%;">Hingga hari berlanjut dan <span style="letter-spacing: -0.133333px;">Jaka Tarub tidak melihat Mok Randha. Jadi </span></span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 12px; letter-spacing: -0.133333px; text-indent: 0cm;">Jaka Tarub</span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 12px; letter-spacing: -0.133333px; text-indent: 0cm;"> mencari Mbok Randha.</span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; text-indent: 0cm;"> </span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; text-indent: 0cm;">“Simbok sakit badan yaa?” tanya Jaka Tarub sambil meraba kening simbok.</span></div>
<div class="ISI" style="line-height: 150%; margin-top: 6pt; text-align: justify; text-indent: 0cm;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; line-height: 150%;">“Iya Nak, Simbok tiba-tiba tidak enak badan...” jawab Mbok Randha dengan menahan sakit. </span></div>
<div class="ISI" style="line-height: 150%; margin-top: 6pt; text-align: justify; text-indent: 0cm;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; line-height: 150%;">“Badan Simbok panas sekali,” kata Jaka Tarub cemas. </span><br />
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 12px; letter-spacing: -0.133333px; text-indent: 0cm;">Jaka Tarub</span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 12px; letter-spacing: -0.133333px; text-indent: 0cm;"> </span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; text-indent: 0cm;">segera mencari daun dhadhap serep untuk mengompres simbok. Tetapi Mbok Randha hanya bisa bertahan sampai hari itu. Hari menjelang siang, Mbok Randha menghembuskan napas terakhirnya di samping </span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 12px; letter-spacing: -0.133333px; text-indent: 0cm;">Jaka Tarub</span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; text-indent: 0cm;">.</span></div>
<div class="ISI" style="line-height: 150%; margin-top: 6pt; text-align: justify; text-indent: 0cm;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; line-height: 150%;"> Sejak <span style="letter-spacing: -0.2pt;">kematian Mbok Randha, Jaka Tarub sering berdiam diri. Saat ini sawah di ladang tak terurus. </span></span><br />
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; letter-spacing: -0.2pt; text-indent: 0cm;"> “Rasanya sia-sia aku bekerja. Lantas u</span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; text-indent: 0cm;">n</span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; letter-spacing: -0.1pt; text-indent: 0cm;">tuk siapa hasil panennya?” Kata Jaka Tarub.</span></div>
<div class="ISI" style="line-height: 150%; margin-top: 6pt; text-align: justify; text-indent: 0cm;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; line-height: 150%;"> Hingga tiba suatu malam, Jaka Tarub bermimpi memakan daging rusa yang sedap. Saat Jaka Tarub banun dari mimpinya, Ia menjadi berselera ingin memakan daging rusa. Kemudian Jaka Tarub bergegas pergi ke hutan dengan membawa anak panahnya. Ketika di hutan, Ia ingin memanah seekor rusa. Ia bersembunyi dan berjalan Tapi tak ada seekor rusa yang ditemukannya. Bukan hanya rusa yang tak ditemukan, domba atau sapi pun tak ada. Padahal Jaka Tarub sudah mengendap-endap di hutan belantara yang jauh dari campur tangan manusia. Kemudian </span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 12px; letter-spacing: -0.133333px; text-indent: 0cm;">Jaka Tarub</span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 12px; letter-spacing: -0.133333px; text-indent: 0cm;"> istirahat dan </span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; text-indent: 0cm;">bersandar di bawah pohon sekitar danau telaga. Semerbak angin sepoi-sepoi membuat </span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 12px; letter-spacing: -0.133333px; text-indent: 0cm;">Jaka Tarub</span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 12px; letter-spacing: -0.133333px; text-indent: 0cm;"> </span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; text-indent: 0cm;">tertidur.</span></div>
<div class="ISI" style="line-height: 150%; margin-top: 6pt; text-align: justify; text-indent: 0cm;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; letter-spacing: -0.1pt; line-height: 150%;"> Di saat yang bersamaan, sayup-sayup terdengar suara tawa dari perempuan yang sedang bermain. Jaka Tarub terbangun dari tidurnya. “Apakah itu suara wanita?” pikir </span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 12px; letter-spacing: -0.133333px; text-indent: 0cm;">Jaka Tarub</span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 12px; letter-spacing: -0.133333px; text-indent: 0cm;"> </span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; letter-spacing: -0.1pt; text-indent: 0cm;">. </span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 12px; letter-spacing: -0.133333px;">Jaka Tarub </span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; letter-spacing: -0.1pt; text-indent: 0cm;">melihat ke arah telaga. Betapa kagetnya </span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 12px; letter-spacing: -0.133333px; text-indent: 0cm;">Jaka Tarub,</span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 12px; letter-spacing: -0.133333px; text-indent: 0cm;"> d</span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; letter-spacing: -0.1pt; text-indent: 0cm;">i telaga terdapat tujuh perempuan cantik jelita sedang bermain air dan bercanda. Jaka Tarub terpanah melihat kecantikan mereka. Di sekitar telaga, terdapat selendang mereka. Seketika itu </span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 12px; letter-spacing: -0.133333px; text-indent: 0cm;">Jaka Tarub</span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 12px; letter-spacing: -0.133333px; text-indent: 0cm;"> </span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; letter-spacing: -0.1pt; text-indent: 0cm;">mengambil satu satu selendang dan menyembunyikannya.</span></div>
<div class="ISI" style="line-height: 150%; margin-top: 6pt; text-align: justify; text-indent: 0cm;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; letter-spacing: -0.1pt; line-height: 150%;"> “Saudaraku, ayo naik ke darat, hari sudah malam. Kita harus kembali ke kayangan ”, Kata Bidadari sulung. Adik-adik Bidadari pun naik ke tepi danau. Mereka kembali mengenakan selendang sakti. Namun ada satu bidadari yang tak menemukan selendangnya. </span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="ISI" style="line-height: 150%; margin-top: 6pt; text-align: justify; text-indent: 0cm;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; letter-spacing: -0.2pt; line-height: 150%;"> “kakak sulung, selendangku kenapa tak ada,” kata bidadari bungsu.</span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; line-height: 150%;"> </span></div>
<div class="ISI" style="line-height: 150%; margin-top: 6pt; text-align: justify; text-indent: 0cm;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; letter-spacing: -0.1pt; line-height: 150%;"> Keenam kakaknya membantu mencari selendangnya. Senja telah tiba dan selendangnya tak ditemukan. “Nimas Nawang Wulan, kami tak bisa menunggumu terlalu lama. Sementara beradalah di bumi hingga selendangmu ditemukan</span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; letter-spacing: -0.2pt; line-height: 150%;">,” </span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; letter-spacing: -0.1pt; line-height: 150%;">kata Bidadari sulung. “Kami mohon ijin kembali ke kayangan,” tambahnya.</span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; line-height: 150%;"> </span></div>
<div class="ISI" style="line-height: 150%; margin-top: 6pt; text-align: justify; text-indent: 0cm;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; line-height: 150%;"> Mendengar jawaban dan kehilangan selendangnya, Nimas Nawang Wulan menangis sendirian terenga-enga. Di s</span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; line-height: 150%;">aat ini Jaka Tarub muncul dan menolongnya. Jaka Tarub menemui Nawang Wulan dan mengajaknya pulang ke rumahnya. Walau Nawang Wulan awalnya ketakutan, karena Jaka Tarub sangat baik, Nawang Wulan mau diajaknya ke rumah </span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 12px; text-indent: 0cm;">Jaka Tarub</span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; text-indent: 0cm;">. </span><br />
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; text-indent: 0cm;"> Kini hidup Jaka Tarub kembali tak sepi. Beberapa bulan berlalu, hingga tiba saatnya Jaka Tarub meminang Nawang Wulan. Lalu keduanya hidup sangat bahagia. Dan Nawang Wulan melahirkan anak pertama mereka yang bernama Nawangsih.</span></div>
<div class="ISI" style="line-height: 150%; margin-top: 6pt; text-align: justify; text-indent: 0cm;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; letter-spacing: 0.05pt; line-height: 150%;"> Di musim yang tak memungkinkan berladang, Nawang Wulan berpesan pada Jaka Tarub, “Kakang, Nimas sedang memasak nasi. Tolong jagalah apinya, Nimas hendak menuju sungai. Tapi syaratnya jangan buka tutup kukusan itu” pinta Nawang Wulan. </span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; letter-spacing: 0.05pt; line-height: 150%;">Ketika istri pergi, Jaka Tarub penasaran dengan larangan sang istri. Sehingga </span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 12px; text-indent: 0cm;">Jaka Tarub</span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; letter-spacing: 0.05pt; text-indent: 0cm;"> membuka kukusan nasi itu. Ternyata hanya setangkai padi berada di dalam kukusan nasi itu. “Pantas saja padi dalam lumbung tak pernah habis. Rupanya istriku bisa memasak dari setangkai padi menjadi nasi matang yang penuh” Kata </span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 12px; text-indent: 0cm;">Jaka Tarub</span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; letter-spacing: 0.05pt; text-indent: 0cm;">. Ketika Nimas Nawang Wulan pulang, ia membuka tutup kukusan nasi, dan hanya setangkai padi masih berada di dalamnya. Saat itu, Nawang Wulan tahu bahwa Jaka Tarub yang telah membuka kukusan nasi, sehingga kesaktiannya seketika. Sejak peristiwa itu, Nawang Wulan harus menumbuk dan memilah beras untuk dimasakdan berubah menjadi wanita biasa. Oleh karena tumpukan padinya berkurang hari demi hari. Nawang Wulan mencari cara dan melihat seisi rumah mereka. Akhirnya Nawang Wulan menemukan selendang bidadarinya terselip di antara tumpukan padi. Sehingga Nimas Nawang Wulan mengetahui bahwa Jaka Tarub yang selama ini menyembunyikan selendang itu. Dengan segera Ia memakai selendang sakti itu dan pergi menghadap suaminya.</span></div>
<div class="ISI" style="line-height: 150%; margin-top: 6pt; text-align: justify; text-indent: 0cm;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; line-height: 150%;"> “Kakang, aku harus kembali ke atas kayangan. Tolong Rawatlah Nawangsih. Dan tolong buatkan rumah kecil di sekitar rumah kita. Setiap malam tolong letakkan Nawangsih di dalam sana. Aku akan datang dan menyusui Nawangsih. Tapi syaratnya Kakang jangan mendekat,” kata Nawang Wulan. </span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; text-indent: 0cm;">Lalu Nawang Wulan pergi terbang ke menuju kayangan.</span></div>
<div class="ISI" style="line-height: 150%; margin-top: 6pt; text-align: justify; text-indent: 0cm;">
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; line-height: 150%;"> Jaka Tarub menuruti pesan terakhir dari Nawang Wulan. Jaka Tarub</span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; line-height: 150%;"> segera membuat rumah kecil di dekat rumahnya. Setiap malam tiba, Jaka Tarub memandangi Nawangsih bermain dengan ibunya. Setelah Nawangsih tertidur, Nawang Wulan terbang kembali menuju kayangan. Kejadian itu terjadi berulang kali hingga Nawangsih sudah dewasa. Meski seperti ini, Jaka Tarub dan putrinya Nawangsih merasa bahwa Nawang Wulan selalu memperhatikan mereka dari kayangan. Di saat keduanya mengalami masa kesusahan, tiba-tiba ada bantuan datang. Di kisahkan bahwa itu adalah bantuan dari Nawang Wulan.</span><br />
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; line-height: 150%;"><br /></span><span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; line-height: 150%;"><br /></span>
<span style="font-family: "verdana"; font-size: 9pt; line-height: 150%;">- SEKIAN</span></div>
Suhendra Vebriantohttp://www.blogger.com/profile/10063771325243594551noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1660450939376035181.post-66867583516708909032011-04-09T07:28:00.001-07:002021-05-04T16:03:19.126-07:00Kisah Ande Ande Lumut dan Klenting Kuning<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqi4ARhbedcjY1Gr8F62YkECBX0zhGE_npgKLmNx3qesgOiJ6-uX9M9SvB9wwqe6Ru-jarsFsCr79MuMbwsaf3sZY6QBsM13eC4B3Mpr0qgiNXj91jp-9MG32Bkq441OUmFDr7f3jJQ_8/s1600/220px-ANDE2-LUMUT.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqi4ARhbedcjY1Gr8F62YkECBX0zhGE_npgKLmNx3qesgOiJ6-uX9M9SvB9wwqe6Ru-jarsFsCr79MuMbwsaf3sZY6QBsM13eC4B3Mpr0qgiNXj91jp-9MG32Bkq441OUmFDr7f3jJQ_8/s320/220px-ANDE2-LUMUT.jpg" width="234" /></a> Di kisahkan Pada masa Kerajaan Kahuripan terpisah menjadi wilayah Jenggala dan wilayah Kediri berada dalam wilayah Kahuripan. Prabu Airlangga membagi dua wilayah Kahuripan untuk menghindari terjadinya perang saudara. Sebelum kepergian Prabu Airlangga, Prabu Airlangga sempat memberikan mandat bahwa wilayah Kediri dan Jenggala harus disatukan kembali. Cara menyatukan kedua wilayah itu dengan jalan pernikahan antara anak Jayengnagara yang merupakan Penguasa Jenggala dan anak Jayengrana yang merupakan Penguasa Kediri. Tetapi pernikahan itu bukan berdasarkan perjodohan, tetapi berdasarkan atas dasar suka sama suka.<br />
<br />
Pada suatu hari, Panji Asmarabangun yang merupakan anak Jayengnagara dan Sekartaji yakni anak Jayengrana secara diam-diam telah menjalin persahabatan sejak usia muda. Panji Asmarabangun dan Sekartaji selalu menghabiskan waktu bersama dengan ditemani Simbok dan Prasanta yang keduanya adalah pembantu dan perawat setianya. Pada suatu masa, keluarga Jayengnagara berkunjung ke kediaman Jayengrana. Dalam pertemuan ini tampak Panji Asmarabangun dan Sekartaji tersenyum-senyum sendiri.<br />
<br />
Dalam pertemuan ini, kedua orangtuanya sudah bersahabat dan mempunyai keinginan untuk saling mempertemukan anaknya. Panji Asmarabangun ingin Sekartaji untuk menjadi permaisurinya. Walaupun Sekartaji tersipu malu-malu, Ia menerima keinginan Panji Asmarabangun.<br />
<br />
Keputusan keluarga kerajaan untuk menikahkan Panji Asmarabangun dan Sekartaji telah membuat Padukasari yakni isteri kedua Jayengrana sangat tidak terima. Sebelumnya, Padukasari menginginkan Intan Sari yang bersanding dengan Panji Asmarabangun. Sehingga di kemudian hari, Padukasari diam-diam menculik dan menyembunyikan Sekartaji bersama Candrawulan yang merupakan Ibunda Sekartaji dan juga isteri pertama Jayengrana di rumah peristirahatan di luar wilayah Kediri.<br />
<br />
Ketika Sekartaji telah menghilang, Panji Asmarabangun sangat kecewa dan sedih. Padukasari memanfaatkan momen ini. Ternyata Panji Asmarabangun menolak usulan Padukasari. Namun pernikahan tetap harus berlangsung dengan Intan Sari sebagai mempelai wanitanya. Panji Asmarabangun yang kecewa, pergi duluan untuk mencari Sekartaji dan Candrawulan. Kemudian Panji Asmarabangun diangkat menjadi anak oleh ibu Randa karena rasa terima kasih sudah menolongnya sebelumnya. Akhirnya Panji Asmarabangun berganti nama menjadi Ande-Ande Lumut.<br />
<br />
Di kemudian hari, Candrawulan berhasil mengirimkan pesan pada Jayengrana melalui burung merpati. Atas pesannya tersebut, Sekartaji dan Candrawulan berhasil ditemukan. Kemudian Padukasari dan Intan Sari sesegera melarikan diri.<br />
<br />
Namun Sekartaji tidak senang begitu saja karena Panji Asmarabangun sudah lama pergi entah ke mana. Sekartaji merasa kecewa, sehingga Sekartaji memutuskan berkelana untuk mencari Panji Asmarabangun bersama Simbok. Kemudian hari, Sekartaji tersesat dan menumpang ke rumah ibu Wati yang memiliki dua anak perempuan yang bernama Klenting Merah dan Klenting Biru.<br />
<br />
Dalam kesehariannya, Ande-Ande Lumut tinggal bersama ibu Randa. Sebagai ungkapan balas budi, Ibu Randa membuka kesempatan bagi siapa saja yang mau menjadi istri Ande-Ande Lumut. Ternyata usaha Ibu Randa tak sia-sia. Pada suatu hari, Ande-Ande Lumut alias Panji Asmarabangun dapat bertemu kembali dengan Sekartaji yang sudah berganti nama menjadi Klenting Kuning.<br />
Atas pertemuan kedua mempelai kerajaan yang terpisah itu. Lalu Panji Asmarabangun dan Sekartaji kembali pulang ke istana kerajaan untuk melanjutkan rencana pernikahan seperti sedia kala.<br />
<br />
<br />
- SEKIAN</div>
Suhendra Vebriantohttp://www.blogger.com/profile/10063771325243594551noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1660450939376035181.post-17851638966710756562011-02-18T07:06:00.000-08:002019-05-30T09:57:41.132-07:00Kura-Kura dan Kelinci<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgprmSE_US4GEEg7nL6qJLPynNVBU08xVPo2nuvYtx56ZLQfsRE_b7ldsUgjpW7jb1pO4i3-uGK1luv1BoZm0l6UW3Qw6jiyji-VUpM1zHcx6Nrva0RHRwgVoJdhVrnX9gSAUie0mfmN6Q/s1600/images.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgprmSE_US4GEEg7nL6qJLPynNVBU08xVPo2nuvYtx56ZLQfsRE_b7ldsUgjpW7jb1pO4i3-uGK1luv1BoZm0l6UW3Qw6jiyji-VUpM1zHcx6Nrva0RHRwgVoJdhVrnX9gSAUie0mfmN6Q/s200/images.jpeg" width="200" /></a> Pada zaman dahulu, Kelinci dan Kura-kura tak bisa bersahabat. Setiap kali bertemu, Kelinci selalu merendahkan Kura-kura yang jalannya lebih lambat. Padahal, dengan teman lainnya, Kura-kura selalu hidup rukun. ”Hai Kura-kura! Jalanmu lambat sekali!”, begitu kata Kelinci merendahkan Kura-kura.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Suatu hari, Kelinci menantang Kura-kura mengadakan lomba lari. ”Akan kuperlihatkan kepada semua binatang bahwa aku bisa lari sepuluh kali lebih cepat dari padamu”, kata Kelinci kepada Kura-kura. ”Hentikanlah bualanmu itu, Kelinci! Mari kita buktikan dengan perbuatan, bukan dengan perkataan”, balas Kura-kura.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kedua hewan itu pun sepakat mengadakan lomba lari. Singa Sang Raja Hutan akan menjadi wasit karena dapat mengaum dengan keras dan dapat didengar oleh penghuni hutan lainnya di seluruh pelosok. Ketika Singa mengaum, tanda lomba lari dimulai. Dengan sigap Sang Kelinci berlari kencang seperti angin, woossshh!!! Sebaliknya, Kura-kura melangkahkan kakinya dengan lambat. Banyak teman yang memberi semangat pada Kelinci. Namun tak sedikit pula yang memberi semangat pada Kura-kura. Kura-kura tetap dengan langkahnya yang lambat, sesekali melihat Kelinci yang telah berada jauh di depannya. Sedangkan Sang Kelinci sesekali melihat ke belakang untuk melihat Kura-kura yang tak dapat menyusulnya jauh di belakang. Kelinci berfikir, ”Pasti kemenangan ada padaku. Kakiku sangat lelah. Sebaiknya aku tidur sebentar. Walau sampai aku bangun pun, Kura-kura pasti tidak dapat menyusulku”. Akhirnya Sang Kelinci tertidur dengan pulas di bawah pohon rindang di tengah hutan. Kura-kura yang terus berjalan dengan tekun dan bersemangat, akhirnya sampai di tempat Kelinci yang sedang tertidur. Dengan berhati-hati, Sang Kura-kura melewati Kelinci yang sedang tertidur lelap. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tiba-tiba Kelinci tersentak dari tidurnya, karena Ia mendengar suara Singa mengaum dari jauh dengan kerasnya sebanyak tiga kali, tanda perlombaan selesai. Sang Kelinci berlari sekencang-kencangnya. Tetapi nasib malang menimpa Kelinci, karena Kura-kura telah berhasil mencapai garis <i>finish </i>duluan. Bahkan, Kura-kura telah mendapat sambutan hangat dari penghuni hutan yang lain. Pada akhirnya, Kelinci harus mengakui kekalahannya dalam lomba lari tersebut. Ia memberi ucapan selamat kepada Kura-kura dan berjanji tidak akan sombong lagi.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
<br />
- SEKIAN<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<b>pesan moral :</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
Apa yang dapat kita pelajari dari cerita di atas ?<br />
Setiap anak yang memiliki kemampuan yang tinggi, jika tidak disertai ketekunan dan semangat tinggi, tidak akan memetik kesuksesan. Dengan semua kesulitan yang telah dihadapi, dan tenang menghadapi masalah, seperti Sang Kura-kura yang berhasil menjadi pemenang melalui jalan panjang dengan kerendahan hati, ketekunan dan penuh semangat, dan berujung kemenangan. TERIMA KASIH ... </div>
Suhendra Vebriantohttp://www.blogger.com/profile/10063771325243594551noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-1660450939376035181.post-58942130898330819352011-02-17T06:17:00.000-08:002019-05-14T10:24:24.533-07:00Aladin dan Lampu Ajaib<div align="justify" class="MsoNormal">
Pada suatu hari, ada seorang pemuda bernama Aladin. Ia berasal dari Negara Persia. Aladin hidup bersama ibunya. Aladin dan Sang Ibu hidup dalam kesederhanaan. Hingga tiba saatnya, seorang laki-laki datang ke rumah Aladin. Laki-laki itu berkata kalau dia adalah saudara kandung almarhum bapak Aladin yang sudah lama merantau ke negeri tetangga. kedatangannya membuat Aladin dan ibunya sangat senang karena ternyata mereka berfikir masih memiliki saudara.</div>
<div align="justify" class="MsoNormal">
“Sungguh malang sekali nasibmu, wahai saudaraku”, kata laki-laki itu pada Aladin dan Ibunya. “Yang penting kami masih bisa makan, paman”, jawab Aladin. Laki-laki itu merasa prihatin dengan keadaan Aladin dan Ibunya. Hingga laki-laki itu ingin mengajak Aladin ke luar kota. Dengan seizin restu dari sang ibu, Aladin pergi mengikuti pamannya menuju luar kota.</div>
<div align="justify" class="MsoNormal">
Tanpa terasa, perjalanan mereka sangat jauh. Pamannya tidak mengijinkan Aladin beristirahat. Pada saat Aladin meminta pamannya untuk berhenti sejenak, pamannya akan memarahinya. Hingga Aladin dan pamannya sampai di tengah hutan. Pamannya memerintahkan Aladin mencari kayu bakar.<br />
“Baik paman, tapi nanti paman, Aladin mau istirahat sejenak”, kata Aladin. Pamannya sangat marah setelah Aladin menjawab.<br />
“Berangkatlah sekarang, atau paman sihir kau jadi seekor katak!”, teriak sang paman. Melihat pamannya sangat marah. Aladin segera berangkat mencari kayu bakar.</div>
<div align="justify" class="MsoNormal">
Setelah Aladin kembali, sang paman membuat api unggun dan mengucapkan mantera. Aladin sangat terkejut karena setelah pamannya membacakan mantera, tiba-tiba tanah di depannya merekah dan membentuk lubang gua. Aladin berfikir, “Apakah dia adalah pamanku? Atau dia hanya seorang penyihir yang ingin memanfaatkan aku saja?”</div>
<div align="justify" class="MsoNormal">
“Aladin, turunlah kamu ke lubang itu. Ambilkan aku lampu antik di dasar gua itu!”, kata sang paman. “Aku sedikit takut paman”, kata Aladin. Lalu Sang Paman memberikan cincin kepada Aladin. “Aladin, kenakanlah cincin ini! cincin ini akan melindungimu dari bahaya”, kata sang paman. Lalu Aladin turun ke lubang gua itu.</div>
<div align="justify" class="MsoNormal">
Di dalam gua itu, Aladin sangat takjub dengan apa yang ditemukannya. Di dasar gua itu, Aladin menemukan pohon yang memiliki buah permata dan banyak sekali perhiasan. “Cepat kau bawa lampu antiknya padaku, Aladin. Jangan perdulikan yang lainnya!”, teriak sang paman dari luar. Lalu Aladin mengambil lampu antik itu, dan naik ke atas gua. Ketika hampir tiba, Aladin melihat pintu gua sudah akan tertutup dan sedikit terbuka. Aladin mulai berpikir kalau sang paman akan menjebaknya. “Cepat lemparkan lampunya, Aladin!”, teriak sang paman.<br />
“Tidak, aku tidak akan memberikan lampu antik ini, sebelum aku keluar dari gua ini”, jawab Aladin.</div>
<div align="justify" class="MsoNormal">
Terjadi perdebatan antara sang paman dan Aladin. Sehingga Sang Paman tidak sabar dan pintu lubang ditutup. Lalu Sang Paman meninggalkan Aladin yang terkurung di dalam gua. Aladin merasa sedih dan duduk terdiam. Namun Aladin tahu kalau laki-laki itu bukanlah pamannya. Dia hanya diperalat oleh laki-laki itu. Lalu Aladin berusaha keluar dari gua itu, tetapi usahanya selalu sia-sia. "Aku sangat kelaparan dan ingin kembali pada ibuku. Ya Tuhanku, selamatkanlah hamba!!", kata Aladin.</div>
<div align="justify" class="MsoNormal">
Kemudian Aladin berdoa dengan mengusap-usap lampu antik. Ia berpikir kenapa laki-laki penyihir itu menginginkan lampu ini. Setelah lampu antik digosok, tiba-tiba muncul kabut berwarna merah dan asap yang meluap. Lalu terlihat sosok raksasa yang membuat Aladin sangat ketakutan.<br />
"Maafkan saya karena telah mengagetkan Tuan Muda. Saya Jin penunggu lampu itu. Apa perintah tuan muda padaku?”, kata Jin Raksasa.<br />
"Oh, kalau begitu bawalah aku pulang ke rumah ibuku!", balas Aladin.<br />
"Baiklah Tuan, naiklah ke punggungku! Kita akan pergi dari tempat ini", kata Jin lampu. Seketika itu, Aladin sudah tiba di depan rumahnya.<br />
"Kalau tuan muda memerlukan saya, panggill saya dengan menggosok lampu itu".</div>
<div align="justify" class="MsoNormal">
Sesampainya di rumah, Aladin menceritakan semua hal yang dialaminya pada ibunya. "Mengapa penyihir itu menginginkan lampu berdebu ini ya?", kata Ibu Aladin.<br />
“Ini lampu ajaib, Bu!”, jawab Aladin.<br />
Ibu Aladin tak percaya, Lalu Aladin menggosok lampu itu, maka Jin lampu keluar. Kemudian Aladin ingin disiapkan makanan yang lezat. Kemudian ibu Aladin terkejut karena hidangan yang sangat lezat sudah di depan mata.</div>
<div align="justify" class="MsoNormal">
Dengan lampu itu, Aladin hidup bahagia dengan ibunya. Hingga Aladin sudah beranjak menjadi pemuda. Suatu hari, seorang Putri Raja lewat di depan rumahnya. Ia sangat terpesona dan jatuh cinta pada Tuan Putri yang cantik itu. Aladin menceritakan keinginannya pada ibunya agar memperistri putri raja yang cantik. "Tenanglah Anakku, Ibu akan mengusahakannya untukmu". Sang Ibu pergi ke istana raja dengan membawa permata-permata kepunyaan Aladin.<br />
"Yang Mulia Baginda, ini adalah hadiah dari anak laki-lakiku." Kata Ibu Aladin. Sang Raja sangat senang.<br />
"Waaah, anakmu pasti pangeran yang tampan, besok aku akan datang ke Istana kalian dengan putriku tersayang", kata Sang Raja.<br />
Kemudian Ibu Aladin pergi ke rumah dan segera menggosok lampu serta meminta Jin lampu untuk membuatkan istana. Aladin dan ibunya pergi ke atas bukit dan seketika itu jin lampu datang dengan Istana megah di punggungnya.<br />
"Tuanku, ini istananya", kata Jin lampu. Keesokan harinya, sang Raja dan putrinya datang ke istana Aladin yang sangat megah.<br />
"Wahai Aladin, maukah kau menjadikan putriku sebagai permaisurimu?", Tanya Sang Raja. Aladin sangat gembira mendengarnya. Kemudian mereka berdua melaksanakan pesta pernikahan.</div>
<div align="justify" class="MsoNormal">
Tanpa disangkah ternyata lelaki penyihir yang semula dikira paman Aladin sudah melihat semua kejadian itu melalui bola kristalnya. Ia pergi ke tempat Aladin dan berpura-pura menjadi penjual lampu di depan Istana Aladin. penjual lampu itu berteriak, "Tukarkan lampu usang anda dengan lampu yang baru!!!". Sang permaisuri melihat lampu Aladin sudah usang segera keluar dan menukarkannya dengan lampu baru. Ketika si penyihir menggosok lampu itu, tiba-tiba Jina lampu keluar. Ia memerintahkan pada Jin lampu untuk membawa istana beserta isinya dan istri Aladin ke rumahnya.</div>
<div align="justify" class="MsoNormal">
Pada saat, Aladin pulang. Aladin sangat terkejut karena istananya hilang. Lalu Aladin teringat pada cincin pemberian laki-laki penyihir dan menggosok cincin itu. Dan keluarlah Jin cincin. Kemudian Aladin bertanya pada Jin cincin tentang apa yang telah terjadi. Jin Cincin menceritakannya pada Aladin. "Kalau begitu, tolong kembalikan istana dan istriku padaku”, kata Aladin.<br />
"Maaf Tuanku, kekuatan saya tak sehebat Jin lampu", jawab Jin cincin.<br />
"Kalau begitu, tolong antarlah aku di tempat penyihir itu. Aku akan ambil semuanya sendiri!", kata Aladin.<br />
Tiba di Istana Aladin, Ia menyelinap masuk dan mencari tempat sang Putri dikurung. Lalu Sang Istri mengatakan bahwa penyihir itu sedang tertidur karena terlalu banyak minum alkohol. Ketika penyihir itu tertidur, Aladin menyelinap ke kamar laki-laki penyihir itu.</div>
<div align="justify" class="MsoNormal">
Setelah itu, Aladin berhasil masuk ke dalam kamar. Aladin segera mengambil lampu ajaibnya dan segera menggosoknya. "Singkirkan penjahat ini!", perintah Aladin pada Jin lampu. Penyihir itu terbangun dan menyerang Aladin. Tetapi Jin lampu menyerang penyihir itu dan melemparkannya ke luar istana.<br />
"Terima kasih Jin lampu, tolong bawalah kami dan istana ini kembali ke atas bukit seperti semula!", kata Aladin. Tiba di Negeri Persia, Aladin kembali hidup bahagia. Dan Ia mempergunakan sihir dari lampu itu untuk membantu orang-orang yang masih miskin dan kesusahan.<br />
<br />
<br />
<br />
- SEKIAN</div>
Suhendra Vebriantohttp://www.blogger.com/profile/10063771325243594551noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1660450939376035181.post-3690495760066933432010-06-05T03:10:00.000-07:002019-05-14T14:32:50.880-07:00Istana Bunga<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEju7GtZ5MFfDW4pZabdntW-y2gzebDHGp57I7lWDgbj0DIGA7vx6lr-OiX7MTnrslu_KZxw56cAh-Gv7NnHSRG9M2SziQyw7tB82sAMGAZrBU3-qHVHp014UZIGgp6Idc870l0C2d7pFeQ/s1600/raja+dan+ratu.bmp" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEju7GtZ5MFfDW4pZabdntW-y2gzebDHGp57I7lWDgbj0DIGA7vx6lr-OiX7MTnrslu_KZxw56cAh-Gv7NnHSRG9M2SziQyw7tB82sAMGAZrBU3-qHVHp014UZIGgp6Idc870l0C2d7pFeQ/s200/raja+dan+ratu.bmp" width="180" /></a></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Pada zaman dahulu, ada seorang raja dan ratu yang memiliki sifat kejam. Raja dan ratu itu suka berfoya-foya dan menindas rakyat miskin. Tapi Raja dan Ratu mempunyai putra dan putri yang baik hati. Sifat mereka sangat berbeda dengan Raja dan Ratu. Mereka bernama Pangeran Aji Lesmana dan Puteri Rauna yang terkenal selalu menolong rakyat yang kesusahan. Anak-anaknya suka menolong rakyatnya yang memerlukan bantuan.</span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<br />
<span style="font-size: small;">Suatu hari, Pangeran Aji Lesmana mengadu pada ayah bundanya, "Ayah dan Ibu tega. Kenapa menyusahkan orang miskin terus?!" </span><br />
<br />
<span style="font-size: small;">Raja dan Ratu sangat marah mendengar perkataan anak mereka. "Jangan mengatur orangtua, anak kecil! Kamu telah berbuat salah, aku akan menghukummu! Sekarang pergilah dari istanaku!", kata Raja. </span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;"> Mendengarnya, Pangeran Aji Lesmana tidak terkejut. Justru Puteri Rauna yang kaget. Lalu </span>Puteri Rauna menangis dan memohon kepada ayah bundamya, "Jangan usir Kakak! Jika Kakak harus keluar dari istana ini, saya akan mengikutinya pergi!"</div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> Raja dan Ratu yang masih emosi. Mereka membiarkan Puteri Rauna pergi bersama kakaknya. Kemudian Pangeran Aji Lesmana dan Puteri Rauna mulai mengembara. Mereka berubah menjadi orang biasa. Dan mereka mengubah nama menjadi Kusmantoro dan Kusmantari. Dalam perjalanan, mereka mencari guru untuk menimba ilmu. Kusmantoro dan Kusmantari ingin menggunakan ilmu itu untuk menyadarkan kedua orangtua mereka. </span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;"> Hingga Kusmantoro dan Kusmantari tiba di sebuah gubug. Gubug itu dihuni oleh seorang kakek yang sudah sangat tua. Dulu kakek sakti itu pernah menjadi guru kakek mereka. Dan Kusmantoro dan Kusmantari mencoba mengetuk pintu. </span><br />
<span style="font-size: small;"> "Silakan masuk, wahai anak muda," sambut kakek tua renta. Namun kakek tua renta itu sudah tahu kalau mereka adalah cucu-cucu bekas muridnya. Kakek sakti itu sengaja berpura-pura tak tahu. Lalu Kusmantoro mengutarakan tujuannya, "Kami, kakak beradik yang yatim piatu. Kami ingin berguru pada Panembahan." </span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;"> Kakek sakti yang bernama Panembahan Manraba itu mulai tersenyum pada kebohongan Kusmantoro. Tapi karena kebijaksanaannya, Panembahan Manraba menerima Kusmantoro dan Kusmantari menjadi muridnya. </span><br />
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"> Kemudian Panembahan Manraba menurunkan ilmu-ilmu kerohanian dan kanuragan pada Kusmantoro dan Kusmantari. Ternyata mereka cukup berbakat. Dalam waktu singkat mereka menguasai ilmu-ilmu yang diajarkan. Hingga berbulan-bulan mereka dilatih keras oleh Penambahan Manraba.</span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> Pada suatu malam, Panembahan Manraba memanggil Kusmantoro dan Kusmantari, "Anakku, wahai Kusmantoro dan Kusmantari. Sementara sudah cukup kalian berdua berguru di sini. Ilmu-ilmu lainnya akan ku berikan setelah kalian melaksanakan suatu amalan" </span><br />
<span style="font-size: small;">"Satu amalan apa itu, wahai Panembahan?" tanya Kusmantari. </span><br />
<span style="font-size: small;">"Besok pagi dini hari, petiklah dua kuntum melati di samping kanan rumah gubug ini. Lalu berangkatlah menuju istana megah di sebelah barat desa. Dan berikan dua kuntum bunga melati ini kepada Pangeran Aji Lesmana dan Puteri Rauna. Mereka ingin menyadarkan Raja dan Ratu sebagai kedua orang tua mereka".</span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> Kusmantoro dan Kusmantari langsung terkejut. Namun keterkejutan mereka ditahan rapat-rapat. Mereka tak ingin penyamaran mereka selama ini terbongkar. </span><br />
<span style="font-size: small;"> "Dua kuntum melati itu memiliki khasiat menyadarkan Raja dan Ratu dari perbuatan buruk mereka. Namun ada syaratnya, dua kuntum melati itu hanya berkhasiat jika disertai kejujuran hati" pesan Panembahan Manraba.</span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> Waktu sudah masuk tidur malam, Kusmantoro dan Kusmantari mulai resah. Mereka memikirkan amanah Panembahan. Apakah mereka harus mengakui kalau mereka adalah Pangeran Aji Lesmana dan Puteri Rauna? Jika tidak, berarti mereka berbohong dan tidak jujur. Padahal dua kuntum melati hanya berkhasiat jika disertai dengan kejujuran hati.</span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> Pada akhirnya di pagi dini hari, mereka menghadap Panembahan Manraba. </span><br />
<span style="font-size: small;"> "Kami berdua mohon maaf, Panembahan. Kami telah bersalah karena tak jujur pada Panembahan selama ini." </span><br />
<span style="font-size: small;"> "Aku mengerti, Anak-anakku. Aku telah mengetahui bahwa kalian berdua adalah Pangeran Aji Lesmana dan Puteri Rauna. Sekarang pulanglah! Ayah bundamu sedang menunggu di istana."</span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br />
</span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> Kemudian mereka mohon pamit dan meminta doa restu dari Panembahan Manraba. Pangeran Aji Lesmana dan Puteri Rauna berangkat menuju istana megah. Ketika sampai di istana, ayah bunda mereka sedang terkena penyakit. Pangeran Aji Lesmana dan Puteri Rauna langsung memeluk Raja dan Ratu yang sedang lemah. </span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: small;"> Lalu Puteri Rauna meracik dua kuntum melati pemberian Panembahan Manraba. Setelah selesai diracik, obat itu diminumkan pada ayah ibu mereka. Sungguh ajaib! Seketika itu, Raja dan Ratu kembali sembuh. Sifat Raja dan Ratu mulai berubah. Sehingga Pangeran Aji Lesmana dan Puteri Rauna jadi sangat bahagia. Dan Pangeran Aji Lesmana dan Puteri Rauna meminta bibit melati ajaib itu pada Panembahan Manraba. Lalu mereka menanamnya di taman istana. Dari sinilah, istana mereka dikenal dengan nama Istana Bunga. Istana yang penuh dengan kelembutan hati dan kebahagiaan keluarga kerajaan.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;">- SEKIAN</span></div>
Suhendra Vebriantohttp://www.blogger.com/profile/10063771325243594551noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1660450939376035181.post-19647114702665339152010-06-04T23:30:00.001-07:002021-05-04T16:00:03.700-07:00Cerita Kancil Mencuri Timun di Ladang<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEic8zQ0NO9qNi5682Fiy8V92nmVhd8bA9V2lnq92DnsyM_zVbjgivhAuTXbNlNhkbgTzbA8jCBvNLrOxGzl3wonV7M5kAi2ybLs6Vl_e_n6_00NeWs_uPjchD-NWBBD7uk8_DKCvB6lMWg/s1600/Si+kancil+pencuri+ketimun.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEic8zQ0NO9qNi5682Fiy8V92nmVhd8bA9V2lnq92DnsyM_zVbjgivhAuTXbNlNhkbgTzbA8jCBvNLrOxGzl3wonV7M5kAi2ybLs6Vl_e_n6_00NeWs_uPjchD-NWBBD7uk8_DKCvB6lMWg/s200/Si+kancil+pencuri+ketimun.jpg" width="200" /></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Pada suatu hari, hiduplah seekor Kancil yang cerdik. Hari sudah siang dan terasa sangat terik. Matahari bersinar di atas langit. Namun terik matahari tak pengaruh oleh Kancil. Lalu Kancil sedang terlelap tidur di bawah pohon yang rindang.<br />
<br /></div>
Kemudian tiba-tiba mimpi indahnya terhenti. "Toloong! Toloong!!!". Terdengar suara teriakan dan jeritan berulang-ulang. Dan terdengar suara langkah kaki binatang yang sedang berlari-lari.<br />
<div style="text-align: justify;">
"Ada apa, sih?" kata Kancil. Mata Kancil belum sadar sepenuhnya, dan terasa berat. Dari kejauhan, segerombolan hewan sedang berlari menuju arahnya. "Kebakaran!! Kebakaran!!!", teriak Kambing. "Ayo lari, Cil! Ada kebakaran di hutan!".</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Terlihat asap tebal melambung tinggi ke langit. Kancil merasa takut. Dan Ia langsung bangun dari tidurnya dan berlari mengikuti teman-temannya. </div>
<div align="justify">
Hingga Kancil terus berlari dan berlari. Walaupun Kancil bertubuh mungil, tapi Kancil dapat berlari dengan cepat. Tanpa terasa, Kancil telah berlari terlalu jauh meninggalkan teman-temannya.<br />
"Aduh, rasanya napasku mau habis". Lalu Kancil berhenti dan duduk beristirahat. "Lho, di mana teman-temanku?". Walaupun Kancil senang karena lolos dari bahaya, Ia masih merasa takut. "Wah, aku ada di mana sekarang? Sepertinya belum pernah ke sini".<br />
Kancil berjalan dan mengamati sekitarnya. "Waduh, aku tersesat dan sendirian pula. Bagaimana ini?!" Kancil semakin ketakutan. "Tuhanku, tolonglah diriku!".</div>
<div align="justify">
Kancil melanjutkan berjalan hutan yang asing baginya. Hingga Kancil tiba di pinggir hutan. Kancil melihat sebuah ladang milik Pak Tani.<br />
"Apakah ini ladang sayuran dan buah-buahan? Syukurlah, terima kasih, Tuhan", kata Kancil. Ladang sawah itu penuh dengan sayuran dan buah-buahan segar. "Asyik sekali! Kebetulan aku haus dan lapar sekali", kata Kancil dengan menelan air liurnya. "Tenggorokanku terasa kering dan perutku keroncongan. Mari makan!!!".</div>
<div align="justify">
Lalu Kancil memakan sayur dan buah-buahan yang ada di ladang. Kasihan Pak Tani. Dia pasti marah kalau melihat kejadian ini. Si Kancil nakal sekali?<br />
"Hmm...Nikmatnyaaa", Kata Kancil sambil mengusap-usap perutnya. "Andai saja tiap hari ada pesta seperti ini, pasti menyenangkan".<br />
Kamusian Kancil merebah di bawah pohon yang rindang dan mengantuk. "Aku jadi ingin tidur lagi", kata Kancil sambil menguap.<br />
<br />
Akhirnya Kancil yang nakal pun tertidur. Ia melanjutkan tidur siangnya yang terganggu akibat kebakaran hutan tadi. Kancil tidur dengan pulas hingga terdengar suara dengkurannya. "Krr... krr... krrr...". Ketika bangun di keesokan harinya, Kancil merasa lapar lagi. "Wah, pesta mentimun berlanjut, nih", Kata Kancil. "Kali ini aku pilih-pilih dulu. Siapa tahu ada buah mentimun yang segar dan lezat".</div>
<div align="justify">
<br />
Maka Kancil berjalan mengelilingi ladang Pak Tani yang luas. "Ah, ketemu yang kucari! " kata Kancil dengan gembira. "Hmm... Timunnya kelihatan besar! Pasti sedap nih."<br />
Kancil langsung memakan mentimun dan berkata, "Ah, sedap sekali sarapan timun ini".<br />
Hari sudah siang, Kancil kembali ke bawah pohon rindang untuk beristirahat. </div>
<div align="justify">
Tapi Pak Tani terkejut melihat ladangnya. "Wah, ladang timunku kok jadi berantakan?!" Kata Pak Tani. "Perbuatan siapa ini?!! Pasti ada pengganggu yang ganas atau mungkinkah ada bocah nakal atau hewan yang mencuri timunku?"<br />
<br />
Ladang timun itu memang benar-benar berantakan. Banyak timun yang rusak karena terinjak. Dan banyak pula sisa mentimun yang berserakan di tanah. "Hmmm awas kalau sampai tertangkap!" kata Pak Tani sambil mengibas-ngibaskan sabitnya.<br />
<br />
Lalu Pak Tani kembali membenahi ladangnya yang berantakan sehari penuh. Di tempat istirahatnya, Kancil memperhatikan Pak Tani. "Hmm... pasti Pak Tani itu yang punya ladang" Kata Kancil. "Kumisnya tebal, hitam, dan melengkung ke atas. Lucu sekali. Whahaha..." Kata Kancil dengan tertawa.</div>
<div align="justify">
<br />
Kancil belum pernah bertemu manusia sebelumnya. Namun Kancil sering mendengar tentang Pak Tani dari teman-temannya. "Pak Tani kenapa lama yaa?" keluh Kancil yang menunggu lama sekali. Pada siang hari, Kancil ingin makan mentimun yang segar lagi.<br />
<br />
Di sore harinya, Pak Tani pergi pulang dan membawa keranjang timun di bahunya. Dia pulang sambil bergumam karena hasil panennya berkurang. Di samping itu, waktunya habis untuk menata ladangnya yang rusak. "Sekarang tiba juga waktu yang aku tunggu", Kancil bangun dan menuju ladang. Dan Kancil kembali berpesta makan mentimun Pak Tani.</div>
<div align="justify">
Di hari berikutnya, Pak Tani marah karena melihat ladangnya rusak lagi. "Benar-benar sangat keterlaluan!" kata Pak Tani dengan mengepalkan tangannya. "Tanaman lainnya ikut rusak dan hilang!"<br />
<br />
Pak Tani memeriksa tanah untuk mengetahui jejak si pencuri. "Hmm... ini pasti binatang!" kata Pak Tani. "Jejak manusia tidak begini bentuknya".<br />
<br />
Pak Tani yang malang itu bertekad menangkap si pencuri. "Aku akan membuat perangkap untuknya!".<br />
<br />
Maka Pak Tani segera meninggalkan ladang. Ketika di rumah, Pak Tani membuat sebuah boneka seperti manusia. Dan dia melumuri orang-orangan di ladang itu dengan getah yang lengket. Lalu Pak Tani kembali ke ladang lagi. Orang-orangan tadi dipasangkan di tengah ladang timun. Terlihat pakaiannya yang kedodoran membuatnya berkibar tertiup angin. Kepalanya dipakaikan caping, seperti milik Pak Tani.</div>
<div align="justify">
"Sepertinya Pak Tani tak sendiri lagi," ucap Kancil yang melihat dari kejauhan. "Orang itu datang bersama temannya. Tapi kok temannya diam saja? Kenapa Pak Tani meninggalkannya sendirian di tengah ladang?"<br />
<br />
Waktu demi waktu, Kancil menunggu kepergian teman Pak Tani. Akhirnya Kancil tak tahan lagi. "Baiklah, lebih baik aku ke sana. Dan minta maaf karena telah mencuri timun Pak Tani. Mungkin aku akan diberi timun gratis", kata Kancil.</div>
<div align="justify">
"Aku minta maaf, Pak", kata Kancil di depan orang-orangan itu. "Akulah yang mencuri mentimun milik Pak Tani. Perutku sangat lapar. Bapak tidak marah, kan?".<br />
Mendengar Kancil, orang-orangan itu tidak menjawab. Kancil pun meminta maaf lagi. Tapi orang-orangan itu diam dan wajahnya tersenyum, seperti menghina Kancil.</div>
<div align="justify">
"Sombong sekali kau!" kata Kancil. "Aku minta maaf kok ga dijawab. Malah tersenyum menghinaku. Memangnya ada yang lucu?" kata Kancil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Akhirnya Kancil emosi dan memukul orang-orangan itu dengan kaki kanan. "Buk! Lho, kok kakiku lengket?" Lalu Kancil memukulnya lagi dengan kaki kiri. "Buk! Tidak! Kini kedua kakiku melekat erat di tubuh Pak Tani!".</div>
<div style="text-align: justify;">
"Lepaskan kakiku!", teriak Kancil. "Kalau tidak, kutendang lagi kau! "Buk!" Kini kaki belakang Kancil melekat di tubuh orang-orangan itu. "Aduh, bagaimana kaki-kakiku ini?!". Saat sore tiba, Pak Tani kembali ke ladang. "Nah, ini dia pencuri ladangku!", kata Pak Tani dengan senang melihat jebakannya berhasil. "Ternyata kau yang telah merusak ladang dan mencuri timun-timunku!". Pak Tani tertawa ketika melepaskan Kancil. "Katanya Kancil hewan cerdik. Tapi kok bisa tertipu oleh orang-orangan? Ha... ha... ha.... ", ejek Pak Tani.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Melihat kondisinya, Kancil pasrah ketika dibawa ke rumah Pak Tani. Lalu Kancil dikurung di kandang ayam. Namun Kancil terkejut karena Pak Tani menyuruh istrinya menyiapkan bumbu sate. "Aku harus segera keluar malam ini juga! Kalau tidak, tamatlah aku!!", kata Kancil. Malam telah tiba, ketika Pak Tani dan istrinya tertidur, Kancil memanggil si Anjing penjaga rumah. "Sssst.... Ssst... Anjing, kemarilah!", bisik Kancil. "Hai, perkenalkan, aku Kancil. Binatang peliharaan baru milik Pak Tani. Besok aku akan diajak Pak Tani pergi ke pesta di rumahnya Pak Lurah, asyik kan?" Kata Kancil. Si Anjing terkejut dan berkata, "Aku tak percaya! Aku yang lama ikut Pak Tani tak pernah diajak ke pesta. Malah kamu yang diajak".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kancil tersenyum penuh arti. "Terserah kalau tak percaya. Lihat saja besok! Aku tak akan bohong!". Sehingga si Anjing terpengaruh kata-kata si Kancil. si Anjing meminta agar Kancil membujuk Pak Tani untuk mengajaknya juga ke pesta.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Oke, aku akan membujuk Pak Tani. Tapi malam ini kau harus menemaniku tidur di kandang ayam, bagaimana?", kata Kancil. Si Anjing langsung setuju dengan tawaran Kancil. Ia segera membuka gembok kandang dan masuk. Dengan sigap, Kancil secepatnya keluar dari kandang ayam.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Terima kasih!!!" Kata Kancil dengan menutup kembali gembok kandang. "Maaf yaa, aku terpaksa berbohong. Dan Sampaikan maafku pada Pak Tani ya!", Kata Kancil dan berlari secepatnya meninggalkan rumah Pak Tani. Si Anjing yang malang itu baru tersadar kalau Kancil sudah membohonginya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
<br />
- SEKIAN<br />
<br />
<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Catatan: </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita Si Kancil Pencuri Ketimun ini adalah karya orang Belanda untuk membuat bangsa Indonesia yang <u>cerdik</u> saja menjadi <u>cerdik dan suka mencuri</u> pada saat masa penjajahan. Hal ini untuk membuat bangsa Indonesia tidak seperti Kancil, kenapa cerdik tapi suka mencuri? </div>
Suhendra Vebriantohttp://www.blogger.com/profile/10063771325243594551noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1660450939376035181.post-72585330869184896292010-06-04T23:19:00.001-07:002021-05-04T16:03:50.432-07:00Cerita Rakyat Anak Kancil dan Sang Buaya Muara<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8VwxjC4qWfjIIbOhNivuY8QutnlLIyPfV7Wvb-zLh_L-5GsuFHZHpCQBrs-syJFH7ssaNazp9D7OPIFxFji-mv8WAWK3Zz4emYoNOkC-X_XPxHHUDgii05gdT_qBoTRtzv352mAOwXzE/s1600/Si+kancil+dan+buaya.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8VwxjC4qWfjIIbOhNivuY8QutnlLIyPfV7Wvb-zLh_L-5GsuFHZHpCQBrs-syJFH7ssaNazp9D7OPIFxFji-mv8WAWK3Zz4emYoNOkC-X_XPxHHUDgii05gdT_qBoTRtzv352mAOwXzE/s200/Si+kancil+dan+buaya.gif" width="167" /></a></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Pada suatu hari, hiduplah seekor Kancil yang cerdik. Ia berjalan di tepi hutan dan mencari udara sejuk dengan melihat matahari yang bersinar. Hutan terasa terlalu gelap karena pohon-pohon sangat lebat dan tajuknya menutupi jalan di hutan. Sehingga Kancil ingin berjemur di bawah terik matahari. Di tepi hutan, ada sungai besar yang sangat dalam. Setelah sekian lama berjemur, Si Kancil merasa bahwa ada bunyi dari perutnya, "Krucuk...krucuk...krucuk". Waah, rupanya si Kancil sudah lapar. Ia membayangkan betapa nikmatnya jika ada makanan kesukaannya yaitu ketimun. Tetapi kebun ketimun Pak Tani ada di seberang sungai yang dalam. "Bagaimanakah cara menyeberangi sungai ini ya?", kata Kancil. Tiba-tiba Kancil melompat kegirangan dan berteriak, "Buayaa.... Buayaa.... Ayo keluarlah! Aku punya makanan untukmu!!!". Beginilah cara Kancil berteriak pada buaya yang banyak tinggal di sugai dalam itu.</span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> Namun buaya belum juga muncul. Sehingga Kancil berteriak lagi, "Buaya...Buaya... Ayo keluar! Mau daging segar nggak?".</span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> Tak lama kemudian, seekor buaya besar muncul dari dalam sungai, "Huaaahh... Siapa yang teriak-teriak siang bolong begini? Mengganggu tidurku saja...", kata Buaya pertama. "Hai Kancil, diam kau!! kalau tidak aku makan kamu!!!" Kata Buaya kedua yang juga muncul.</span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> "Waah.... Bagus kalian mau keluar, lalu mana yang lain?" Kata Kancil. </span><br />
<span style="font-size: small;"> "Tapi kalau cuma dua ekor masih sisa banyak nanti makanan ini. Ayo keluarlah semuaaa!!!", Kata Kancil dengan berteriak lantang.<br /> "Sebenarnya ada apa Kancil,? Ayo cepat katakan", Kata Buaya.<br /> "Begini Buaya, maaf kalau aku mengganggu tidur siangmu. Tapi aku akan bagi-bagi daging segar untuk buaya-buaya di sungai ini, makanya harus keluar semua".</span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
Mendengar kabar kalau mereka akan diberi daging segar, para buaya segera memanggil teman-temannya keluar. "Hei, kawan-kawanku semua, mau makan gratis nggak? Ayo kita keluaaar...!!!", Kata Pemimpin Buaya dengan berteriak memberikan komando. Tak berapa lama kemudian, buaya-buaya mulai bermunculan dari dalam air.</div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> "Nah, sebelum daging ini aku bagikan, sekarang aku harus menghitung dulu ada berapa buaya di sungai ini. Ayo kalian para buaya baris berjajar hingga ke tepi sungai di sebelah sana!", Kata Kancil. "Nanti aku yang akan menghitung satu persatu", sambung Kancil.</span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> Tanpa berpikir panjang, para buaya segera mengambil posisi dan baris berjajar dari tepi sungai ke tepi sungai lainnya, sehingga membentuk jembatan buaya.<br /> "Oke, sekarang aku akan menghitung kalian satu persatu", Kata Kancil yang melompat ke punggung buaya pertama dengan berteriak, "Satu..... dua..... tiga.....". Begitu seterusnya sambil terus melompat dari punggung buaya satu ke punggung buaya lainnya. Hingga pada akhirnya Kancil sampai di seberang sungai. Hatinya pun tertawa melihat para buaya, "Mudah sekali ternyata".</span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> Begitu Kancil sampai di seberang sungai, Kancil berkata pada para buaya, "Hai buaya bodoh! Sebenarnya tidak ada daging segar yang akan aku bagikan. Apakah kalian tak melihat kalau aku tak membawa sepotong daging satupun?!". </span><br />
<span style="font-size: small;"> "Sebenarnya aku hanya ingin menyeberangi sungai dalam ini, dan aku membutuhkan jembatan agar sampai ke seberang sungai. Kalau begitu aku ucapkan terima kasih pada kalian, dan mohon maaf aku kalau aku menjahili kalian", Kata Kancil.</span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> "Ha!!! Huaahh... Sialan!!! Dasar Kancil nakal! Ternyata kita cuma dibohongi. Awas kamu ya! kalau ketemu lagi aku makan kamu", Geram Para Buaya mendengar perkataan Kancil.<br /> Lalu si Kancil segera berlari dan menghilang di balik pepohonan dan menuju kebun Pak Tani untuk mencari ketimun kesukaannya.</span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;">- SEKIAN</span></div>
Suhendra Vebriantohttp://www.blogger.com/profile/10063771325243594551noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1660450939376035181.post-68864488116998593592010-06-04T23:00:00.000-07:002019-05-15T01:31:27.839-07:00Timun Emas<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana";"> Pada suatu hari, ada sebuah desa dan hiduplah seorang janda tua bernama Mbok Sarni. Setiap hari Mbok Sarni selalu sendirian, karena Mbok Sarni tak memiliki seorang anak. Walau Mbok Sarni sebenarnya sangat ingin memiliki seorang anak, agar bisa membantu pekerjaannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12pt; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBDoS-Oix_JokLfExCtBAlo263dQAYRqHBUh4rdFnDWa7PkBrP1Zvwj_s1VV6hux2KIXQ7X3wDLhejNd8lV9AOL2gebOcBtvs2yL1YwxFLb-UtBXWBzKn5YgoK9cJkOA8QkMA4e4Mw6ZY/s1600/timun+emas.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBDoS-Oix_JokLfExCtBAlo263dQAYRqHBUh4rdFnDWa7PkBrP1Zvwj_s1VV6hux2KIXQ7X3wDLhejNd8lV9AOL2gebOcBtvs2yL1YwxFLb-UtBXWBzKn5YgoK9cJkOA8QkMA4e4Mw6ZY/s200/timun+emas.jpg" width="200" /></a><span style="font-family: "verdana";">Ketika sore telah tiba, Mbok Sarni pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar. Di tengah jalan, Mbok Sarni terkejut karena bertemu dengan raksasa yang sangat besar. “Hei, kamu mau kemana?”, tanya si Raksasa. “Aku hanya ingin mengumpulkan kayu bakar, tolong ijinkanlah aku lewat”, jawab Mbok Sarni. “Hahahaha.... Kamu boleh pergi setelah memberiku seorang anak manusia untuk makananku”, kata si Raksasa. Kemudian Mbok Sarni menjawab, “Wahai Tuan Raksasa, walaupun sudah tua, aku tidak mempunyai seorang anak satupun”.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana";"> Walau Mbok Sarni mengatakan bahwa dia tak memiliki seorang anak. Sebenarnya Mbok Sarni ingin sekali memiliki seorang anak, maka si Raksasa merasa kasihan dan memberinya biji mentimun. Si Raksasa berkata, “Wahai wanita tua, aku akan memberimu sebuah biji mentimun ajaib. Tanamlah biji ajaib ini di halaman rumahmu. Setelah dua minggu, kamu akan memiliki seorang anak. Tetapi ingatlah! Serahkan anak itu padaku saat usianya sudah enam tahun”. Lalu Mbok Sarni menerima tawaran dari Raksasa dan kembali pulang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana";"> Dua minggu berlalu, tanaman mentimun itu memiliki buah yang sangat lebat, tetapi ada satu mentimun yang lebih besar. Lalu Mbok Sarni mengambilnya, dan setelah mentimun itu dibelah, ternyata isinya adalah seorang bayi yang sangat cantik jelita. Mbok Sarni sangat senang dan terkejut. Lalu bayi perempuan itu diberi nama Timun Emas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana";"> Hari demi hari, Timun Emas semakin dewasa, dan Mbok Sarni sangat gembira karena rumahnya tidak sepi seperti dulu. Terlebih lagi, semua pekerjaannya bisa diselesaikan dengan cepat karena bantuan Timun Emas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana";"> Hingga pada suatu hari, si Raksasa datang untuk menagih janji. Mbok Sarni sangat ketakutan dan tak ingin kehilangan Timun Emas. Lalu Mbok Sarni berkata, “Wahai Raksasa yang pemurah, tolong datanglah lagi setelah dua tahun berlalu, karena semakin dewasa gadis perempuan ini, maka akan semakin sedap disantap”. Kemudian si Raksasa setuju dan kembali meninggalkan rumah Mbok Sarni.</span><br />
<span style="font-family: "verdana";"><br /></span>
<span style="font-family: "verdana";"> Mengingat perkataan di hari itu, Mbok Sarni terus memikirkan cara untuk menjauhkan Timun Emas dari Raksasa. Waktu dua tahun adalah waktu yang singkat. Sehingga Mbok Sarni selalu mencari akal bagaimana caranya agar anaknya tidak dibawa Raksasa si pemakan manusia. Hati Mbok Sarni sangat gelisah, dan Pada suatu malam Mbok Sarni bermimpi. Ia bermimpi diberitahu agar Timun Emas menemui seorang petapa di sebuah Gunung yang tak jauh dari rumahnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 12pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana";"> Pagi telah tiba, Mbok Sarni menyuruh Timun Emas untuk menemui seorang petapa itu. Setelah bertemu petapa itu, Timun Emas menceritakan tentang tujuan kedatangannya. Kemudian Sang Petapa memberikan empat bungkusan kecil yang berisi biji mentimun, jarum, garam, dan terasi. “Lemparkan satu persatu bungkusan kecil ini, kalau kamu dikejar Raksasa pemakan manusia itu”, Kata Petapa itu. Lalu Timun Emas pulang ke rumah, dan langsung menyimpan bungkusan kecil pemberian sang Petapa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana";"> Matahari telah terbit, Raksasa datang untuk menagih janji Mbok Sarni. “Wahai wanita tua, serahkan gadis itu padaku? Aku sudah tak tahan untuk menyantap dagingnya”, teriak si Raksasa. Lalu Mbok Sarni menjawab, “Aku mohon jangan kau ambil anakku ini wahai Raksasa, karena aku sangat sayang padanya. Lebih baik aku yang kamu santap”. Mendengar jawaban Mbok Sarni, Raksasa tak mau menerima tawaran itu, dan Raksasa pun marah besar. “Kau sembunyikan di mana anak itu?! Di mana Timun Emas?!”, teriak si Raksasa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana";"><br /></span>
<span style="font-family: "verdana";"> Karena tak tega melihat Mbok Sarni menangis, maka Timun Emas keluar dari persembunyiannya. “Hei Raksasa! Aku di sini! Tangkaplah aku jika kau bisa!!!”, teriak Timun Emas.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana";"><br /></span>
<span style="font-family: "verdana";"> Kemudian Raksasa mengejar Timun Emas. Dan Timun Emas mulai melemparkan bungkusan kecil pertama yang berisi mentimun. Tiba-tiba hutan menjadi ladang mentimun yang buahnya lebat. Sehingga langkah Raksasa jadi terhambat, karena batang tanaman timun terus melilit tubuhnya. Tetapi si Raksasa berhasil melewatinya, dan kembali mengejar Timun Emas. Kemudian Timun Emas menaburkan bungkusan kecil kedua yang berisi jarum. Dalam sekejap mata, tumbuhlah pepohonan bambu yang sangat tinggi dan sangat tajam. Walau begitu, si Raksasa terus mengejar Timun Emas walau dengan kaki yang berdarah-darah karena tertancap bambu. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana";"> Lalu Timun Emas membuka bungkusan kecil ketiga yang berisi garam. Dalam sekejap mata, hutan itu menjadi lautan luas. Namun lautan itu mudah dilewati oleh Raksasa. Dan yang terakhir, Timun Emas menaburkan terasi. Dan seketika itu, terbentuklah lautan lumpur yang panas dan mendidih. Ternyata Raksasa terpelosok ke lumpur panas itu dan akhirnya Raksasa mati tenggelam.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana";"> Kemudian Timun Emas berhenti berlari dan mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena sudah terselamatkan dari ancaman Raksasa pemakan manusia. Pada akhirnya, Timun Emas kembali ke rumah Mbok Sarni dan hidup bahagia seperti kehidupan normal kembali. </span><br />
<span style="font-family: "verdana";"><br /></span>
<span style="font-family: "verdana";"><br /></span>
<span style="font-family: "verdana";"><br /></span>
<span style="font-family: "verdana";">- SEKIAN</span></div>
Suhendra Vebriantohttp://www.blogger.com/profile/10063771325243594551noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1660450939376035181.post-47053416468876762212010-06-03T22:56:00.001-07:002021-05-04T15:58:42.391-07:00Cerita dan Sejarah Keong Mas Lengkap<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="color: black;"> Pada zaman dahulu di Kerajaan Daha, hiduplah dua orang putri yang terkenal sangat cantik dan mempesona. Putri yang cantik jelita ini bernama Candra Kirana dan Dewi Galuh. Kedua putri Raja itu hidup sangat bahagia dan hidup berkecukupan.</span></span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8dYtWIvnZixOrIg2VumKMCn9MJhCp5XvlhoxnoHR2t0DeSQzrX7wvhT9y2BR_IiS0STQhf7iQ9j8n4SL9zrRVoz1ltWWxZehQGyoMzgOoTBGnVHx9mldS15StRSczAuyQQlsVGLWHp2I/s1600/keong+mas.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="192" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8dYtWIvnZixOrIg2VumKMCn9MJhCp5XvlhoxnoHR2t0DeSQzrX7wvhT9y2BR_IiS0STQhf7iQ9j8n4SL9zrRVoz1ltWWxZehQGyoMzgOoTBGnVHx9mldS15StRSczAuyQQlsVGLWHp2I/s200/keong+mas.jpg" width="200" /></a><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">Suatu hari, seorang pangeran yang sangat tampan datang dari Kerajaan Kahuripan. Pangeran tampan itu bernama Raden Inu Kertapati. Tujuan berkunjung ke Kerajaan Daha adalah untuk melamar Tuan Putri Candra Kirana. Kedatangan Raden Inu Kertapati disambut sangat baik oleh Raja Kertamarta. Dan pada akhirnya Candra Kirana bertunangan dengan Raden Inu Kertapati.</span></span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="color: black;">Pertunangan itu ternyata membuat Dewi Galuh merasa cemburu. Dewi Galuh merasa kalau Raden Inu Kertapati lebih sepadan untuknya. Sehingga Dewi Galuh bertekad pergi ke rumah Nenek Sihir. Dia meminta agar nenek sihir itu mau menyihir Candra Kirana menjadi sesuatu yang menjijikkan dan dipisahkan dari Raden Inu Kertapati. Lalu Nenek Sihir menyetujui permintaan Dewi Galuh, dan segera menyihir Candra Kirana menjadi Keong Emas. Lalu Dia secara sembunyi membuangnya ke sungai.</span></span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="color: black;"> Hingga suatu hari, tiba seorang nenek sedang mencari ikan di sungai. Dan terdapat keong emas terangkut pada jalanya tersebut. Lalu keong emas itu dibawa pulang dan ditaruh di tempayan. Keesokan harinya, nenek itu mencari ikan lagi di sungai dengan jala, tetapi tak ada seekor ikan yang tertangkap. Lalu nenek itu memutuskan pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Ia sangat kaget, karena di atas meja sudah ada masakan yang sangat enak dan sedap. Kemudian si Nenek bertanya-tanya atas kejadian ini. "Siapakah orang baik yang mengirimkan masakan ini?", kata Nenek. </span></span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="color: black;"> Hari demi hari berlalu, si Nenek melihat kejadian yang sama. Keesokannya, Nenek ingin mengintip ketika dia pergi mencari ikan. Lalu Nenek itu berpura-pura pergi ke sungai untuk mencari ikan seperti biasanya. Lalu Ia pergi ke belakang rumah untuk mengintipnya. Beberapa saat kemudian, Nenek sangat takjub, karena keong emas yang ada di tempayan berubah wujud menjadi gadis cantik dan mempesona. Gadis itu pandai memasak dan menyiapkan masakan itu di atas meja. Karena merasa penasaran, lalu Nenek memberanikan diri untuk menegur gadis cantik dan mempesona itu. </span></span><br />
“Siapakah kamu putri cantik? Dan dari mana kamu berasal?”, tanya Nenek.<br />
<span style="font-size: small;"><span style="color: black;"> "Aku adalah seorang putri kerajaan Daha yang disihir menjadi keong emas oleh Nenek Sihir. saudaraku yang mengutusnya karena merasa cemburu padaku", kata Keong Emas. Setelah menjawab pertanyaan dari Nenek, Candra Kirana kembali menjadi Keong Emas. Dan Nenek sangat terheran-heran. </span></span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="color: black;"> Di lain tempat, Pangeran Inu Kertapati tidak berdiam diri. Ketika Candra Kirana menghilang, Ia mencarinya dengan menyamar menjadi rakyat biasa. Lalu Nenek sihir pun akhirnya mengetahui dan mengubah dirinya menjadi burung gagak untuk mencelakakan Raden Inu Kertapati. Raden Inu Kertapati sangat kaget karena Ia melihat burung gagak yang bisa berbicara dan mengetahui tujuannya. Pangeran Inu Kertapati menganggap burung gagak sakti itu sebagai petunjuk dan langsung menuruti perkataannya walau Raden Inu Kertapati tak sadar kalau arah yang diberikan salah. Dalam perjalanan, Raden Inu Kertapati bertemu dengan seorang kakek yang sedang kelaparan. Ia memberi kakek itu makanan. Ternyata kakek itu orang sakti yang baik. Setelah itu, ia menolong Raden Inu Kertapati dari bahay burung gagak itu. </span></span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="color: black;"> Kakek itu memukul dan mengusir burung gagak dengan tongkatnya. Lalu burung gagak itu menjadi asap. Akhirnya Raden Inu Kertapati diberi tahu kejadian sebenarnya dan tempat Candra Kirana berada. Raden Inu Kertapati disuruh pergi ke Desa Dadapan. Setelah perjalanan berhari-hari, Raden Inu Kertapati sampai di Desa Dadapan. Ia menghampiri sebuah gubug dan meminta seteguk air karena perbekalannya sudah habis. Di gubuk itu Raden Inu Kertapati sangat terkejut karena dari balik jendela, Ia melihat Tuan Putri Candra Kirana sedang memasak. Sehingga pengaruh sihir dari Nenek Sihir pun hilang seketika karena pertemuan itu. Pada akhirnya Raden Inu Kertapati mengajak Candra Kirana dan si Nenek yang baik hati menuju istana kerajaan. Di sana, Tuan Putri Candra Kirana menceritakan perbuatan Tuan Putri Dewi Galuh pada Baginda Kertamarta. </span></span></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="color: black;"> Mendengar cerita Candra Kirana, Baginda meminta maaf kepadanya. Dan sebaliknya, Tuan Putri Dewi Galuh mendapat hukuman yang setimpal dari Raja Kertamarta. Namun Dewi Galuh yang merasa ketakutan, Ia sempat melarikan diri ke hutan. Hingga pada akhirnya, pernikahan antara Candra Kirana dan Raden Inu Kertapati dapat berlangsung sangat meriah. Dan akhirnya mereka hidup bahagia selamanya.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="color: black;"><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="color: black;"><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="color: black;"><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="color: black;">- SEKIAN </span></span></div>
Suhendra Vebriantohttp://www.blogger.com/profile/10063771325243594551noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1660450939376035181.post-44663006033947571692010-06-03T22:44:00.000-07:002019-05-16T06:15:01.828-07:00Bawang Merah dan Bawang Putih<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> Pada zaman dahulu kala, di sebuah desa tinggallah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan seorang gadis remaja cantik jelita yang bernama Bawang Putih. Mereka bertiga adalah keluarga yang rukun dan bahagia. Walaupun Ayah Bawang Putih seorang pedagang, mereka tetap rukun dan damai. Pada suatu hari, Ibu Bawang Putih jatuh sakit dan telah meninggal dunia. Atas peristiwa ini, Bawang Putih sangat berduka demikian pula ayahnya.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjf_dwX_zdbN_ca8cFXXKU8OeTsW33yEKWm4hQ4tFm_usJXrcyv-YT6aeCrVtPwirfcdlbzEExRwTJwD3Kij0D_m2X21R8nuO1cwUopNrFULUihZo1Gur1D9MqE5efwlyXIBfiWA7GE5iA/s1600/bawang+merah+dan+bawang+putih.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="170" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjf_dwX_zdbN_ca8cFXXKU8OeTsW33yEKWm4hQ4tFm_usJXrcyv-YT6aeCrVtPwirfcdlbzEExRwTJwD3Kij0D_m2X21R8nuO1cwUopNrFULUihZo1Gur1D9MqE5efwlyXIBfiWA7GE5iA/s200/bawang+merah+dan+bawang+putih.gif" width="200" /></a></div>
<div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Di desa tempat mereka hidup, tinggallah seorang janda yang memiliki anak perempuan yang bernama Bawang Merah. Sejak kematian Ibu Bawang Putih, Ibu Bawang Merah sering bertamu ke rumah Bawang Putih. Ibu Bawang Merah sering membawakan masakan untuk membantu Bawang Putih menyelesaikan rumah. Terkadang Ibu Bawang Merah hanya menemani Bawang Putih dan ayahnya mengobrol. Pada akhirnya, Ayah Bawang Putih berpikir, mungkin akan lebih baik kalau Ia menikah saja dengan Ibu Bawang Merah agar Bawang Putih tidak kesepian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> Atas pertimbangan dari Bawang Putih, Ayah Bawang Putih menikah dengan Ibu Bawang Merah. Pertama, Ibu dan Bawang Merah sangat baik kepada Bawang Putih. Namun sifat asli mereka mulai terlihat. Mereka sedikit-sedikit memarahi Bawang Putih dan memberinya pekerjaan rumah yang berat ketika Ayah Bawang Putih sedang pergi berdagang. Bawang Putih harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, sementara Bawang Merah dan Ibunya hanya duduk dan bercerita. Ayah Bawang Putih tak mengetahuinya karena Bawang Putih tak pernah berani menceritakannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span><span style="font-size: small;"> Hingga suatu hari, Ayah Bawang Putih jatuh sakit dan kemudian ajal menjemputnya. Sejak saat itu Bawang Merah dan Ibunya semakin berkuasa dan bertindak semaunya terhadap Bawang Putih. Bawang Putih hampir tak pernah punya waktu istirahat. Dia harus bangun sebelum waktu subuh untuk menyiapkan air mandi dan sarapan bagi Bawang Merah dan Ibunya. Selain itu, Bawang Putih harus memberi makan hewan ternak, menyirami kebun, dan mencuci semua baju di sungai. Dan Bawang Putih masih harus menyetrika baju-baju, membersihkan rumah, dan banyak pekerjaan lainnya. Namun Bawang Putih tak pernah mengeluh dan melakukannya dengan gembira, karena dia berharap suatu saat ibu tirinya akan berubah mencintainya seperti Bawang Merah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> Pagi hari tiba, seperti biasa Bawang putih harus membawa kerangjang pakaian penuh yang harus dicuci di sungai. Dengan bernyanyi kecil, Bawang Putih menyusuri jalan setapak di tepi hutan kecil yang dilaluinya. Di hari itu, cuaca sangat cerah. Bawang Putih harus mencuci semua pakaian kotor yang dibawanya. Karena terlalu santainya, Bawang Putih tidak tahu kalau salah satu pakaian telah hanyut terbawa arus sungai. "Oh tidak, baju yang hanyut itu adalah baju kesayangan Ibu tiriku!", kata Bawang Putih. Ketika menyadari baju ibu tirinya telah hanyut sangat jauh. Bawang Putih bergegas menyusuri sungai, namun usahanya tidak berhasil menemukannya. Dengan rasa putus asa dan penyesalan, Bawang Putih kembali ke rumah dan menceritakannya pada ibu tirinya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> “Dasar anak ceroboh!” bentak Ibu tirinya. </span><br />
<span style="font-size: small;"> “Aku tak mau tahu, pokoknya kamu harus menemukan baju yang hilang itu! Dan jangan berani pulang ke rumah kalau kamu belum menemukan baju itu! Mengerti?!!”, sambung Ibu tirinya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> Mendengar perkataan Ibu tiri, Bawang Putih terpaksa menuruti keinginannya. Lalu Dia kembali menyusuri sungai tempat </span>Bawang Putih mencuci. Hari sudah panas, tapi Bawang Putih belum menemukan baju Ibu tirinya. Dia mencarinya dengan teliti hingga ke bagian bawah akar yang menjorok ke sungai, dan berharap mungkin baju ibu tirinya tersangkut di sana. Namun setelah jauh melangkah. Matahari condong ke arah barat, lalu Bawang Putih melihat seorang penggembala yang sedang memandikan kerbaunya. Dan Bawang Putih bertanya, “Wahai paman yang baik, apakah paman melihat baju merah yang hanyut di sini? Karena saya harus menemukan dan membawanya pulang ke rumah”. Lalu paman itu menjawab, “Iya anak muda, tadi paman melihatnya, nak. Kalau kamu mengejarnya cepat-cepat, mungkin masih bisa mendapatkannya”.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> “Baik paman, terima kasih!” kata Bawang Putih. Lalu </span>Bawang Putih segera berlari menyusuri sungai. Hari sudah gelap, Bawang Putih mulai putus asa. Sekarang malam akan tiba. Namun dari kejauhan terlihat cahaya lampu yang dari sebuah gubuk di tepi sungai. Karena penasaran, Bawang Putih segera menghampiri gubuk itu dan mengetuknya.<br />
<span style="font-size: small;"> “Permisi, apakah ada orang di dalam?”, kata Bawang Putih. Lalu seorang perempuan tua membuka pintu.<br /> “Siapa kamu, nak?” tanya Nenek itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> “Perkenalkan saya Bawang Putih, nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hanyut di sungai. Sekarang hari sudah malam. Bolehkah saya menumpang di sini semalam, nek?” tanya Bawang Putih.<br /> “Boleh, nak. Apakah baju yang kamu cari itu berwarna merah?”, tanya si Nenek.<br /> “Iya, nek. Apakah nenek menemukannya?”, tanya Bawang Putih.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> “Iya, nak . Tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Padahal nenek juga menyukai baju itu. Baiklah nenek akan mengembalikannya. Tapi kamu harus menemaniku di sini selama seminggu. Karena nenek sudah lama tidak mengobrol dengan siapapun, bagaimana nak?”, kata si Nenek kepada Bawang Putih. Lalu Bawang Putih berpikir dengan melihat nenek itu kelihatan kesepian. Bawang Putih akhirnya merasa iba. </span><br />
<span style="font-size: small;"> “Baik nek, saya akan menemani nenek selama seminggu, asal nenek tidak bosan denganku”, kata Bawang Putih dengan tersenyum. </span>Selama seminggu Bawang Putih menumpang di rumah nenek itu. Setiap hari Bawang Putih membantu pekerjaan rumah nenek. Sehingga nenek itu merasa senang. Lalu hari sudah sampai seminggu, dan nenek pun memanggil Bawang Putih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> “Nak, sudah seminggu kamu tinggal di sini. Dan nenek merasa senang, ternyata kamu anak yang rajin dan berbakti. Untuk itu sesuai janji nenek, kamu boleh membawa baju ibumu pulang. Dan ingatlah nak, kamu boleh memilih satu dari dua labu kuning ini sebagai hadiahnya!”, kata Nenek dengan senang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /> Awalnya Bawang Putih menolak pemberian hadiah Nenek. Tapi Nenek tetap memaksanya, sehingga Bawang Putih dengan pertimbangan barang bawaannya memilih labu yang paling kecil. “Saya takut tidak mampu membawa labu yang besar, Nek” kata Bawang Putih. Lalu Nenek tersenyum dan mengantarkan Bawang Putih sampai di depan rumahnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> Ketika sampai di rumah, Bawang Putih menyerahkan baju merah kesayangan ibu tirinya, sementara Bawang Putih pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya. Alangkah terkejutnya Bawang Putih ketika labu itu terbelah, ternyata didalam labu itu berisi emas permata murni yang sangat banyak. Lalu Bawang Putih berteriak karena rasa gembiranya dan memberitahukan hal ajaib ini pada ibu tirinya dan Bawang Merah. Tapi Ibu tirinya dan Bawang Merah dengan serakah langsung merebut emas permata murni tersebut. Mereka memaksa Bawang Putih untuk menceritakan bagaimana Bawang Putih bisa mendapatkan hadiah itu. Lalu Bawang Putih menceritakan semuanya dengan sejujurnya.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"> Keesokan harinya, Ibu tiri dan Bawang Merah menyusuri sungai seperti yang dilakukan Bawang Putih. Tetapi Nenek selalu tak ada di gubug itu sehingga mereka memutuskan untuk pulang. Sesampainya di rumah, Ibu tiri dan Bawang Merah memarahi Bawang Putih. Di hari berikutnya, Ibu tirinya memberi pelajaran pada Bawang Putih. Dan Bawang Putih harus membawa pakaian kotor yang jumlahnya dua kali lipat dari biasanya. Bawang Putih merasa sedih, tetapi dia tetap mencuci di sungai seperti biasa. Sesampainya di sungai, Bawang Putih meneteskan air mata dan melanjutkan mencuci pakaian kotor yang banyak. Lalu terdengar suara kesakitan entah dari mana asalnya. </span><br />
<span style="font-size: small;"> "Aduuuh, aduuuh, tolong sayaa...". Betapa terkejutnya Bawang Putih melihat asal suara itu berasal dari Ikan Emas yang terkena kail pancing.</span><br />
<span style="font-size: small;"> "Tenanglah Ikan Emas, aku akan melepas kail itu darimu", kata Bawang Putih. Setelah melepas kailnya, Ikan Emas melompat ke sana ke sini dengan berkata, "Huiiiw, huiiiww.. ".</span><br />
<span style="font-size: small;"> Mendengar suara Ikan Emas, Bawang Putih terhibur. Lalu Ikan Emas berkata, "Hai Nona, aku adalah Ikan Emas yang sakti, kamu bisa minta apa saja sebagai ucapan terima kasihku".</span><br />
<span style="font-size: small;"> "Kalau bisa, buatlah kotoran pakaian ini hilang, Ikan Emas", kata Bawang Putih dengan gembira.</span><br />
<span style="font-size: small;"> "Bim salabim, cucian hilanglah!".</span><br />
<span style="font-size: small;"> "Lho, kok cucianku hilang. Aku akan dimarahi ibu tiriku lagi", kata Bawang Putih dengan menangis.</span><br />
<span style="font-size: small;"> "Cucian kembalilah! Dan kotoran cucian, hilanglah!", kata Ikan Emas dengan menghibur Bawang Putih.</span><br />
<span style="font-size: small;"> Lalu Bawang Putih menjadi senang dan berpamitan dengan Ikan Emas untuk pulang ke rumah dengan bernyanyi kecil. Dalam perjalanan, seorang Pangeran dan para pengawalnya kebetulan sedang lewat dan mendengar nyanyian Bawang Putih yang merdu. Pangeran berkata, "Pengawal, apakah kamu mendengar nyanyian merdu ini? Ayo kita cari wanita yang bernyanyi ini!".</span><br />
<span style="font-size: small;"> "Baik Paduka", jawab para Pengawal.</span><br />
<span style="font-size: small;"> Tanpa sengaja, Pangeran keluar dari semak-semak dan berhadapan dengan Bawang Putih. Melihat Bawang Putih, Pangeran terpesona olehnya. Karena kewibawaan sang Pangeran, Bawang Putih pun kaget dan berlari menuju rumahnya dengan rasa malu. "Mungkin dia wanita yang pemalu, Paduka", Kata Pengawal. Lalu Pangeran kembali melanjutkan perjalanan.</span><br />
<span style="font-size: small;"> Hari demi hari Bawang Putih terlihat senang dan gembira ketika mencuci pakaian di sungai. Lalu Bawang Merah penasaran dan mengikuti Bawang Putih ke sungai. Sesampainya di sungai, Bawang Merah terkejut melihat Ikan Emas menolong Bawang Putih menyulap pakaian kotor yang banyak jadi bersih dan wangi seketika. Ketika Bawang Putih kembali ke rumah. Bawang Merah masih berada di sungai dan menangkap Ikan Emas. "Tolong lepaskan aku! Aku tak bisa bernafas di udara, Nona", kata Ikan Emas.</span><br />
<span style="font-size: small;"> "Baiklah, aku akan melepasmu ketika kamu berada di atas penggorenganku!", Kata Bawang Merah dengan tertawa melihat Ikan Emas kehabisan air.</span><br />
<span style="font-size: small;"> Malam telah tiba dan Bawang Putih di rumah. Di saat hari sudah gelap, Bawang Merah menunjukkan tulang dari Ikan Emas yang telah disantapnya kepada Bawang Putih. "Ahh, Ikan Emas!!!", Kata Bawang Putih dengan terkejut dan menahan emosi. "Kamu sungguh kejam Bawang Merah", lanjut Bawang Putih. Namun Bawang Merah hanya tertawa dan pergi tidur. </span>Sebelum tidur, Bawang Putih mengubur tulang Ikan Emas di halaman rumah dan menangis untuknya.<br />
Keesokan harinya, seorang Pangeran sedang mencari tanaman obat untuk sang Raja. Dalam perjalanan, Pangeran menemukan tanaman berbatang emas dan sesuai dengan yang diceritakan oleh tabib kerajaan. Rupanya, tulang Ikan Emas berubah menjadi tanaman obat emas. "Permisi, apakah anda pemilik tanaman emas ini Nona? Ayahandaku sangat membutuhkan tanaman obat ini Nona?", tanya Pangeran pada Bawang Merah. Melihat tanaman tumbuh di halaman rumahnya, Ia dengan senang hati mencabut tanaman itu. Tetapi Bawang Merah tak sanggup dan terjatuh. Kemudian Ibu tiri pun mencoba, dan juga terjatuh. Hingga Bawang Putih pun muncul, "Wahai Paduka, ijinkan saya untuk mencabutnya dan meracik obat untuk sang Raja". Kemudian tanaman emas itu tercabut dan Bawang Putih dibawa ke istana kerajaan oleh Pangeran bersama para pengawal.<br />
"Ayahanda, ini obat yang kami cari, tolong minumlah", kata Pangeran pada Sang Raja. Seketika itu, sang Raja sembuh dari sakitnya dan kembali sehat. Melihat keadaan sang raja, Pangeran pun menceritakan semuanya. Hingga pada akhirnya, Pangeran melamar Bawang Putih sebagai permaisurinya. Lalu Bawang Putih tersipu malu lalu menerima tawaran Pangeran. Lalu sang Raja dan para pengawal mempersiapkan pesta pernikahan mereka. Dan akhirnya Bawang Putih dan Pangeran hidup bahagia. Sedangkan Bawang Merah dan Ibu tirinya hanya terdiam dan tetap menjadi rakyat biasa.<br />
<br />
<br />
<br />
- SEKIAN</div>
Suhendra Vebriantohttp://www.blogger.com/profile/10063771325243594551noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1660450939376035181.post-54918090387348087172010-05-24T21:47:00.000-07:002019-05-16T08:27:00.359-07:00Asal Usul Danau Toba<div style="text-align: justify;">
Pada zaman dahulu, di Sumatera Utara, hiduplah seorang petani yang bernama Toba. Ia hidup menyendiri di sebuah lembah desa yang landai dan subur. Terkadang, Toba pergi memancing ke sungai yang berada tak jauh dari rumahnya. Setiap kali Toba memancing, keranjangnya selalu penuh. Ikan hasil tangkapannya, dia masak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span id="more-61"></span></div>
<div>
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUYzZP7C61FkTMfDAJ5h1zr_VOxqtB66GK_UWYcJ-S54sqxVXnX9US1dI_gKpq5H0Bpu9w95flr9k7wbningKu-npYI9kyTQTwL8uMtE8U-EI7eQaDfzdT0FlgUk8cOOvGS9VKeKiCgh8/s1600/1130028-danau-toba-0-150x150.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUYzZP7C61FkTMfDAJ5h1zr_VOxqtB66GK_UWYcJ-S54sqxVXnX9US1dI_gKpq5H0Bpu9w95flr9k7wbningKu-npYI9kyTQTwL8uMtE8U-EI7eQaDfzdT0FlgUk8cOOvGS9VKeKiCgh8/s200/1130028-danau-toba-0-150x150.jpg" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada suatu hari, Toba pergi ke sungai untuk memancing. Tetapi dia tak mendapatkan seekor ikan pun. Padahal ikan di sungai terlihat jelas dan banyak. tak seperti biasanya Toba mudah memancing ikan. Sehingga Toba berhenti memancing untuk hari ini. Ketika Toba menarik pancingnya, tiba-tiba pancing itu disambar ikan yang langsung menarik pancing itu jauh ke tengah sungai. Toba merasa senang karena ikan yang mengambil pancingnya itu adalah ikan yang besar. Setelah mendapatkan tangkapan ikan yang besar, Toba berendam sejenak menikmati segarnya air sungai. Hingga hari mulai senja, Toba pun kembali ke rumah.<br />
Malam telah tiba dan terdengar suara perut Toba, "Krucuk.... Krucuk....". Dia ingin sekali memakan daging ikan besar itu. Lalu Toba menyiapkan kayu bakar untuk perapian dan beberapa bumbu masak. Saat Toba kembali ke dapur, dia terkejut karena ikan besar tangkapannya sudah menghilang. Tetapi tepat di tempat ikan tangkapannya, terdapat beberapa keping uang emas. Karena terkejut, Toba melihat sekeliling rumah jika ada seseorang selain dirinya. Namun Toba tak melihat siapa pun. Lalu dia makan seadanya dan kembali ke kamar.<br />
Ketika Toba Membuka pintu kamar, muncul seorang wanita yang sedang menyisir rambutnya. Toba terkejut dan bertanya, "Siapa kamu? Apakah kamu yang mengambil ikan besar tangkapanku?". Lalu wanita berambut panjang itu membalikkan badan. Sungguh luar biasa pesona wanita itu karena selama hidupnya, Toba sering menggembala dan tak pernah menemui wanita yang sangat cantik dan mempesona sepertinya. Lalu wanita itu menjawab, "Aku adalah jelmaan dari ikan tangkapanmu, sedangkan kepingan emas itu adalah perwujudan dari sisik ikanku". Karena hari sudah malam, wanita itu menyuruh Toba menghidupkan lampu dan menuju dapur. Ia menceritakan awal mula ketika terkena kutukan dan menjadi ikan. Disamping bercerita, wanita itu menyiapkan nasi dan memasak daging untuknya.<br />
Setelah selesai makan, Toba sangat ingin memperistri wanita itu. Lalu wanita itu menerimanya atas kebaikannya mendengarkan cerita Toba. Tetapi dengan syarat, Toba harus bersumpah tidak memberitahu asal usulnya yang berasal dari jelmaan ikan di sungai.<br />
Hari demi hari berlalu, Toba dan sang istri memperoleh keturunan seorang laki-laki. Ia anak yang selalu dimanja sehingga anak itu enggan membantu orang tuanya. Anak laki-laki itu bernama Samosir.<br />
Hingga suatu hari, Samosir dipanggil ibunya, "Samosir, antarkan makanan di ke Ayah di ladang! Ayah pasti lapar".<br />
"Enggak! Samosir lelah, ingin tidur dulu", jawab Samosir. Lalu sang ibu memarahinya dan memaksa Samosir hingga Samosir pergi ke ladang untuk mengantarkan makanan.<br />
"Ibu jahat! Padahal aku ingin bersantai-santai seperti biasanya. Sungguh kesal diriku, lebih baik aku makan saja bekal ini!", kata Samosir dengan kesal. Kemudian Samosir memakan bekal untuk Sang Ayah dan menyisakan sebagian saja.<br />
Sesampainya di ladang, Samosir memberikan bekal untuk Pak Toba. Namun Pak Toba sangat marah karena bekal yang dinanti-nanti ternyata makanan sisa. Lalu Samosir mengaku karena telah menghabis bekal sang ayah karena merasa kesal. Mendengar keterangan Samosir, Pak Toba menjadi marah dan mengumpat Samosir, "Dasar anak jelmaan ikan sungai!".<br />
Mendengar ocehan sang ayah, Samosir berlari menuju rumah dengan menangis. Sesampainya di rumah Samosir mengadu pada sang ibu dan menceritakan kalau Ayah menyebut dirinya anak dari Jelmaan Ikan Sungai. "Oh tidak! Suamiku telah melanggar sumpahnya ketika menikah denganku!!!", pikir sang Ibu. Lalu Ibu menyuruh Samosir pergi ke bukit tertinggi dan bersembunyi di antara pepohonan. Sang Ibu melihat Samosir telah sampai di dataran tertinggi, lalu membalikkan badannya dan menuju sungai terdekat.<br />
Seketika itu, awan berubah menjadi gelap, sungai menjadi surut dan petir mulai menyambar. Terdengar suara gemuruh dari bawah tanah dan tiba-tiba air keluar deras dan membanjiri dataran rendah hingga ke ladang di mana Toba berladang. Samosir ketakutan dan tetap di dataran tinggi itu hingga terbentuklah suatu danau yang luas dan terdapat pulau di tengah danau yang bernama Samosir.<br />
<br />
<br />
<br />
- SEKIAN</div>
Suhendra Vebriantohttp://www.blogger.com/profile/10063771325243594551noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1660450939376035181.post-36732425781563352742010-05-24T21:41:00.000-07:002019-05-16T09:13:17.366-07:00Sangkuriang<div style="text-align: justify;">
Pada zaman dahulu, ada seorang Raja Sungging Perbangkara yang pergi berburu. Di tengah hutan Sang Raja kehausan dan meminum air kelapa. Namun Air kelapa yang diminumnya tersisa setengah dan ditinggalnya. Lalu seekor babi hutan betina bernama Wayungyang melihat bekas minuman Raja Sungging. Babi itu ingin menjadi manusia sehingga Ia berharap dan berdoa setelah meminum air kelapa bekas Raja Sungging itu Ia dapat berubah menjadi manusia. Lalu Wayungyang berubah menjadi manusia dan hamil lalu Ia melahirkan bayi yang cantik. Bayi yang cantik jelita itu dibawa ke Kraton dan diberi nama Dayang Sumbi alias Rarasati. Di sana, banyak para raja yang ingin meminangnya, tetapi tak ada seorang pun yang diterima Dayang Sumbi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQVjqs91dDTN4cfaqQyQR0OGsL0mx3yNrhfihg7YY287oeVMbH_4YRETxurmpfN-qufQq8WMqIbbyqr7uqLVWFNwwt_1iUZ_aBDK_LivG5aufETx8bp0EQcabHy6Rk5a-r5XyM6PgEeT0/s1600/sangkuriang.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="131" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQVjqs91dDTN4cfaqQyQR0OGsL0mx3yNrhfihg7YY287oeVMbH_4YRETxurmpfN-qufQq8WMqIbbyqr7uqLVWFNwwt_1iUZ_aBDK_LivG5aufETx8bp0EQcabHy6Rk5a-r5XyM6PgEeT0/s200/sangkuriang.jpeg" width="200" /></a></div>
<div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Hingga akhirnya para raja saling berperang untuk mendapatkan Dayang Sumbi. Namun Dayang Sumbi memilih untuk mengasingkan diri di sebuah bukit dan ditemani oleh seekor anjing jantan yaitu Si Tumang. Saat Dayang Sumbi sedang menenun, alat tenun yang digunakan terjatuh ke bawah. Lalu Dayang Sumbi tanpa sengaja terlontar sebuah ucapan tanpa berfikir. Dia berjanji siapa pun yang mengambilkan alat tenun itu jika berjenis kelamin laki-laki akan dia jadikan suaminya. Kemudian Si Tumang mengambilkan alat tenun itu dan diberikan kepada Dayang Sumbi. Dan dengan pengaruh kutukan dari sosok babi hutan terdahulu, Dayang Sumbi akhirnya hamil dan melahirkan bayi laki-laki yang bernama Sangkuriang.<br />
Pada suatu hari, Sangkuriang pergi berburu bersama Si Tumang, Ia melihat babi hutan betina dan ingin menangkapnya. Karena babi hutan betina itu terlalu cepat, Sangkuring menyuruh Si Tumang mengejarnya. Namun Si Tumang tak bisa mengejarnya dan Sangkuriang sangat marah. Hingga Sangkuriang hilang kendali dan membunuh Si Tumang. Lalu sebagai bukti hasil berburunya, Sangkuriang mengambil organ hati Si Tumang untuk dimasak. Setelah hati Si Tumang dimasak, Sangkuriang bercerita bahwa daging hati itu adalah hati milik Si Tumang.<br />
"Apa kamu bilang? Ini tidak mungkin! Si Tumang adalah ayahmu, Nak!", Kata Dayang Sumbi dengan terkejut.<br />
"Ayahku? Tidak mungkin ayahku seekor anjing!!!", jawab Sangkuriang.<br />
"Dasar anak kurang ajar!", balas Dayang Sumbi sambil memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi. Lalu Dayang Sumbi mengusir Sangkuriang. Dan ternyata Sangkuriang lupa ingatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Di kemudian hari, Sangkuriang pergi menggembala dan berguru dengan seorang petapa sakti. Ia menghabiskan waktu dengan mempelajari berbagai ilmu bela diri dan cara untuk bertahan hidup. Hingga tiba di suatu tempat, Sangkuriang kembali ke rumah Dayang Sumbi.<br />
"Hai Nona, bolehkah aku berkenalan denganmu?", tanya Sangkuriang. Melihat pemuda itu, Dayang Sumbi terkejut dan menduga kalau pemuda itu adalah anaknya.<br />
"Boleh, nama saya Dayang Sumbi", jawab Dayang Sumbi.<br />
Lalu Sangkuriang bercerita perjalanan jauhnya. Setelah bercerita, Ia ingin sekali meminang Dayang Sumbi. Mendengar permintaan Sangkuriang, Dayang Sumbi ingin melihat kepala Sangkuriang. Betapa terkejutnya Dayang Sumbi melihat bekas luka pukulan sendok nasi terlihat jelas. "Dia memang benar anakku, Sangkuriang yang aku usir", pikir Dayang Sumbi. Dayang Sumbi tak langsung menerima Sangkuriang. Dan Ia meminta Sangkuriang membuatkannya sebuah perahu yang besar dan sebuah telaga dalam waktu semalam. Dan Sangkuriang menerima permintaan Dayang Sumbi. Citarum<br />
Dalam semalam, Sangkuriang memanggil seluruh jin pengawalnya dan membuat perahu kayu yang besar dan sebuah telaga. Sangkuriang mengambil kayu dari pepohonan timur dan berubah menjadi Gunung Ukit Tanggul. Sedangkan pepohonan di barat berubah menjadi Gunung Burangrang. Melihat Sangkuriang hampir selesai dari pekerjaannya, Dayang Sumbi mengambil alu dan menumbuknya. Lalu Dayang Sumbi melebarkan kain putih agar terlihat fajar dari arah timur. Di samping itu, Dayang Sumbi berdoa agar Sangkuriang tak dapat melanjutkannya. Sehingga seluruh jin pengawalnya pergi meninggalkan Sangkuriang. Dan membuat Sangkuriang marah hingga dia merusak Bendungan Sangyang Tikoro lalu melemparkan kayu-kayu di sungai Citarum ke arah timur dan berubah menjadi Gunung Manglayang. Dan terakhir, Perahu besar yang telah dibuatnya bersama pengawal Jin ditendang ke arah utara dan berubah menjadi Gunung Tangkuban Perahu.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu Sangkuriang mengetahui kalau itu perbuatan Dayang Sumbi. Atas kecurangannya, Sangkuriang mengejar Dayang Sumbi. Namun karena sebuah kedurhakaan dan kekhilafan Sangkuriang, pada akhirnya Sangkuriang terjatuh ke jurang yang bernama Ujung Berung. Sedangkan Dayang Sumbi berlari menuju Gunung Putri dan kembali menjadi manusia normal yang tak awet muda.<br />
<br />
<br />
- SEKIAN</div>
Suhendra Vebriantohttp://www.blogger.com/profile/10063771325243594551noreply@blogger.com0