Blog ini berisi tentang 1001 cerita rakyat seperti kumpulan dongeng, fabel, legenda suatu wilayah, cerita lucu, kumpulan motivasi. Selamat Membaca.

Total Tayangan Laman

Cerita Jaka Tarub dan Nawang Wulan

   Pada suatu hari, ada Desa bernama Desa Tarub. Di sana tinggallah seorang janda yang bernama Mbok Randha Tarub. Ketika kepergian suami tercintanya telah me­­ninggal dunia, ia mengangkat seorang anak laki-laki sebagai putranya. Hingga usia remaja tiba dan pemuda itu bernama Jaka Tarub.
    Jaka Tarub anak yang santun. Ia suka menolong pekerjaan ibunya keseharian. Di kesehariannya Jaka Tarub selalu membantu Mbok Randa di ladang. Hasil berladang adalah cara Jaka Tarub dan Mbok Randha menjalani hidup. Mbok Randha sangat sayang terhadap Jaka Tarub seperti anak kandungnya.
    Hingga tiba saatnya Jaka Tarub mulai dewasa. Di usianya, Jaka Tarub memiliki wajahnya tampan dan tingkah lakunya sangat sopan. Di Desa Tarub, Jaka Tarub cukup populer di kalangan gadis. Tetapi Jaka Tarub masih belum ingin memiliki istri. Ia merasa masih ingin berbakti kepada Mbok Randha yang telah membesarkannya. Dan Jaka Tarub be­ker­ja se­makin tekun. Suatu hari, hasil sawah berladang­ mereka melimpah. Sehingga Mbok Randha membaginya dengan te­tang­ga­nya yang membutuhkan. “Jaka Tarub, Wahai anakku. Simbok lihat Jaka sudah besar. Sudah waktunya meminang seorang gadis. Cepatlah memilih wanita dan me­nikah. Simbok sangat ingin menimang cucu darimu, Jaka” kata Mbok Randha.
“Tarub belum ingin menikah, Simbok,” balas Jaka Tarub.
“Tapi jika Simbok suatu saat sudah tiada, siapa yang akan mengurusmu?” tanya Mbok Randha lagi.
“Tenanglah, Simbok... Semoga saja Sim­bok berumur panjang”, jawab Jaka Tarub.
Hingga hari berlanjut dan Jaka Tarub tidak melihat Mok Randha. Jadi Jaka Tarub mencari Mbok Randha. “Simbok sakit badan yaa?” tanya Jaka Tarub sambil meraba kening simbok.
“Iya Nak, Simbok tiba-tiba tidak enak badan...” jawab Mbok Randha dengan menahan sakit.
“Badan Simbok panas sekali,” kata Jaka Tarub cemas. 
Jaka Tarub segera mencari daun dhadhap serep untuk mengompres simbok­. Tetapi Mbok Randha ha­nya bisa bertahan sampai hari itu. Hari menjelang siang, Mbok Randha menghembuskan napas ter­akhirnya di samping Jaka Tarub.
         Sejak kematian Mbok Randha, Jaka Tarub sering berdiam diri. Saat ini sawah di ladang­ tak terurus. 
         “Rasanya sia-sia aku bekerja. Lantas un­­tuk siapa hasil panennya?” Kata Jaka Tarub.
        Hingga tiba suatu malam, Jaka Tarub bermimpi me­makan daging rusa yang sedap. Saat Jaka Tarub banun dari mimpinya, Ia menjadi ber­se­­lera ingin memakan daging rusa. Kemudian Jaka Tarub bergegas pergi ke hutan dengan mem­bawa anak panahnya. Ketika di hutan, Ia ingin memanah seekor rusa. Ia bersembunyi dan berjalan Tapi tak ada seekor rusa yang ditemukannya. Bukan hanya rusa yang tak ditemukan, domba atau sapi pun tak ada. Padahal Jaka Tarub sudah mengendap-endap di hutan belantara yang jauh dari campur tangan manusia. Kemudian Jaka Tarub istirahat dan bersandar di bawah pohon sekitar danau telaga. Semerbak angin sepoi-sepoi membuat Jaka Tarub tertidur.
            Di saat yang bersamaan, sayup-sayup terdengar suara tawa dari perempuan yang sedang bermain. Jaka Tarub terbangun dari tidurnya. “Apakah itu suara wanita?” pikir Jaka Tarub Jaka Tarub  melihat ke arah te­la­­­ga. Betapa kagetnya Jaka Tarub, di telaga terdapat tujuh perempuan can­­tik jelita sedang bermain air dan bercanda. Jaka Tarub terpanah melihat ke­­cantikan mereka. Di sekitar telaga, terdapat selendang mereka. Seketika itu Jaka Tarub mengambil satu satu selendang dan menyembunyikannya.
            “Saudaraku, ayo naik ke darat, hari su­dah malam. Kita harus kembali ke ka­yangan ”, Kata Bidadari sulung. Adik-adik Bidadari pun naik ke tepi danau. Mereka kem­bali mengenakan selendang sakti. Na­­­mun ada satu bidadari yang tak mene­­mu­kan selendangnya.
             “kakak sulung, selendangku kenapa tak ada,” kata bidadari bungsu.
           Keenam kakaknya membantu men­­cari selendangnya. Senja telah tiba dan selendangnya tak ditemu­kan. “Nimas Nawang Wulan, kami tak bi­sa menunggumu terlalu lama. Sementara beradalah di bumi hingga selendangmu ditemukan,” kata Bidadari sulung. “Kami mohon ijin kembali ke kaya­ngan,” tambahnya.
       Mendengar jawaban dan kehilangan selendangnya, Nimas Nawang Wulan menangis sendirian terenga-enga. Di saat ini Jaka Tarub muncul dan menolongnya. Jaka Tarub menemui Nawang Wulan dan mengajaknya pulang ke rumahnya. Walau Nawang Wulan awalnya ketakutan, karena Jaka Tarub sangat baik, Nawang Wulan mau diajaknya ke rumah Jaka Tarub
        Kini hidup Jaka Tarub kembali tak sepi. Beberapa bulan berlalu, hingga tiba saatnya Jaka Tarub meminang Nawang Wulan. Lalu keduanya hidup sangat bahagia. Dan Nawang Wulan melahirkan anak pertama mereka yang bernama Nawangsih.
          Di musim yang tak memungkinkan berladang, Nawang Wulan ber­pesan pada Jaka Tarub, “Kakang, Nimas sedang memasak nasi. Tolong jagalah apinya, Nimas hendak menuju sungai. Tapi syaratnya jangan buka tutup kukusan itu” pinta Nawang Wu­lan. Ketika istri pergi, Jaka Tarub pe­­na­saran dengan larangan sang istri. Sehingga Jaka Tarub membuka kukusan nasi itu. Ternyata hanya setangkai padi berada di dalam kukusan nasi itu. “Pan­tas saja padi dalam lumbung tak pernah habis. Rupa­nya istriku bisa  memasak dari setangkai padi menjadi nasi matang yang penuh” Kata Jaka Tarub. Ketika Nimas Nawang Wulan pulang, ia mem­buka tutup kukusan nasi, dan hanya setangkai padi ma­sih berada di dalamnya. Saat itu, Nawang Wulan tahu bahwa Jaka Tarub yang telah membuka kukusan nasi, sehingga kesaktiannya seketika. Sejak peristiwa itu, Na­wang Wulan harus menumbuk dan memilah beras untuk dimasakdan berubah menjadi wa­ni­ta biasa. Oleh karena tumpukan pa­di­­nya berkurang hari demi hari. Na­­wang Wulan mencari cara dan melihat seisi rumah mereka. Akhirnya Nawang Wulan menemukan selendang bi­da­­­da­ri­nya terselip di antara tumpukan pa­di. Sehingga Nimas Nawang Wulan mengetahui bahwa Jaka Tarub yang selama ini me­­nyem­bu­nyi­kan selendang itu. Dengan se­ge­ra Ia memakai selendang sakti itu dan pergi menghadap suaminya.
       “Kakang, aku harus kembali ke atas ka­yangan. Tolong Rawatlah Nawangsih. Dan tolong buatkan rumah kecil di sekitar rumah kita. Setiap malam tolong letak­­kan Nawangsih di dalam sana. Aku akan datang dan me­nyusui Nawangsih. Tapi syaratnya Kakang ja­ngan mendekat,” kata Nawang Wulan. Lalu Nawang Wulan pergi terbang ke menuju kayangan.
        Jaka Tarub menuruti pesan terakhir dari Nawang Wulan. Jaka Tarub segera membuat rumah kecil di dekat rumahnya. Setiap malam tiba, Jaka Tarub memandangi Nawangsih ber­­­­main dengan ibunya. Setelah Na­wang­sih tertidur, Nawang Wulan terbang kem­bali menuju ka­ya­ngan. Kejadian itu ter­jadi berulang kali hingga Nawangsih sudah dewasa. Meski seperti ini, Jaka Tarub dan putrinya Nawangsih me­­­­­­rasa bahwa Na­wang Wulan selalu memperhatikan me­reka dari kayangan. Di saat ke­duanya mengalami masa kesusahan, tiba-tiba ada ban­­tu­­an datang. Di kisahkan bahwa itu ada­lah bantuan dari Nawang Wulan.


- SEKIAN
Share:

No comments:

Post a Comment

Let's comment ...

Translate

Labels

Featured Post

Perang Bubat Antara Majapahit dan Sunda

Sejarah Perang Bubat berasal dari Prabu Hayam Wuruk yang ingin memperistri putri Prabu Linggabuana yang bernama Dyah Pitaloka Citr...

About Me

My photo
semua konten blog-blog yang saya publis adalah 100% lulus uji konten dari berbagai Duplicate Checker, terima kasih ........ My Contacts : Instagram : @suhendravebrianto ,, Twitter : @suhendravebrian
-------- SUBSCRIBE untuk mendapatkan tutorial Adobe Photoshop dan After Effect yang super keren.

Recent Posts

Populer Stories

Suhendra Vebrianto. Powered by Blogger.

BTricks

cursor

Mushroom Shroom