Blog ini berisi tentang 1001 cerita rakyat seperti kumpulan dongeng, fabel, legenda suatu wilayah, cerita lucu, kumpulan motivasi. Selamat Membaca.

Total Tayangan Laman

Cerita Lengkap Sang Pinokio dan Kakek Gepeto

Pada suatu hari di sebuah kota, ada sebuah toko mainan milik seorang kakek yang pandai membuat boneka dari kayu. Kakek itu bernama Gepeto. “Sungguh senang hati ini jika memiliki seorang anak semanis boneka kayu ini”, kata Gepeto dengan mewarnai boneka kayu itu.
Siang telah tiba, hingga Ibu Peri mendengar perkataan itu. Datanglah Ibu Peri yang ingin menolong Gepeto. "Sim Salabim... Sim salabimmm... Bergeraklah!", ucap mantera Ibu Peri. Lalu boneka kayu itu bisa menggerakkan kaki dan tangannya.
Setelah kakek mewarnai boneka kayu itu, terjadi suatu keajaiban. “Selamat siang, Kakek”, boneka kayu itu menyapa dan mulai berjalan. Dengan perasaan gembira, Gepeto berkata, “Mulai hari ini, kau adalah cucuku. Kau akan ku beri yang cocok. Sepertinya nama yang cocok untukmu adalah Pinokio".
                "Baik Kakek, Pinokio senang kalau Kakek Senang", jawab Pinokio.
           "Agar kau jadi anak yang pintar, besok kakek akan mendaftarkanmu ke sekolah yaa”, balas Gepeto dengan mengangkat Pinokio tinggi-tinggi. Keesokan paginya, Gepeto menyiapkan pakaian lamanya dan menjualnya di kota. Dengan uang itu, Gepeto membelikan Pinokio buku ABC.
             “Pinokio, pelajarilah buku ini ya Nak”, kata Gepeto.
            “Terima kasih, kakek. Aku pergi sekolah dulu. Pinokio akan belajar dengan giat!”, jawab Pinokio dengan semangat!
            Dalam perjalanan menuju sekolahnya, Pinokio mendengar suara pentas. “Drum, dum, dum, dum...”. Karena penasaran, Pinokio mendekat dan ternyata ada sebuah drama boneka kayu. Pinokio sangat ingin menonton drama tersebut dan menjual buku ABC-nya. Pinokio lupa dengan sekolahnya dan membeli karcis dengan uang itu.
               Di tengah pertunjukkan, Pinokio melihat boneka kayu perempuan yang tengah dikepung prajurit jahat. Lalu Pinokio naik ke atas pentas dan memukul boneka tersebut hingga pentas kacau. Tali boneka pentas putus dan penonton pergi dari pertunjukkan drama.
            "Dasar anak laki-laki kurang ajar!!! Tangkap anak laki-laki itu!!!", kata pemilik pentas seni. Setelah tertangkap, Pinokio akan dilempar ke bara api.
             “Maafkan aku, paman. Kalau aku dibakar, kasihan kakek yang sudah tua renta. Aku juga ingin pergi ke sekolah untuk belajar”, kata Pinokio dengan sedih.
             “Aku berjanji pada kakek untuk belajar di sekolah dengan rajin", lanjut Pinokio. Lalu Paman itu merasa kasihan dan melepaskan Pinokio serta memberinya beberapa keping uang untuk sekolah.
              "Baiklah Nak, paman maafkan kamu. Dan ini, silahkan gunakan uang ini untuk membeli buku pelajaranmu”, kata Paman Pemilik Sandiwara..

            Lalu Pinokio melanjutkan pergi ke toko buku dan ingin bersekolah. Namun di tengah perjalanan, ada Rubah dan Kucing melihat uang milik Pinokio. “Selamat siang, anak laki-laki yang baik. Kalau uang emas itu bertambah banyak, pasti kakekmu sangat senang kan?!”, kata Rubah.
                  "Bagaimana cara menambah uang emas ini, Rubah?”, tanya Pinokio.
                “Mudah sekali. Kau bisa menanam uang itu di bawah pohon ajaib. Lalu tidurlah sebentar, maka pohon itu akan berbuah banyak sekali uang emas setelah kau bangun”. Kemudian Pinokio menanam uang emasnya di bawah pohon ajaib dan Pinokio tidur siang. Dan di saat inilah Rubah dan Kucing menggali uang emas milik Pinokio dan menggantung Pinokio di atas pohon itu. Setelah itu Kucing dan Rubah pergi meninggalkan Pinokio seorang diri.
            "Tolong, tolong akuuu…..”, teriak Pinokio. Di saat seperti ini, Ibu Peri melihat Pinokio dari tongkat ajaibnya dan merasa kasihan. Lalu Ibu Peri mengutus burung elang untuk menolong Pinokio. Lalu burung elang itu membawa Pinokio ke tempat Ibu Peri berada dengan paruhnya. Kemudian Ibu Peri menidurkan Pinokio di tempat tidur dan memberinya obat sakit flu.
            "Pinokio, ayo minumlah obat ini, maka kamu akan kembali pulih. Setelah itu, pulanglah karena hari sudah malam”, kata Ibu Peri.
                “Tidak! Lebih baik mati daripada minum obat pahit ini!”, jawab Pinokio. Lalu Ibu Peri memberi pelajaran pada Pinokio, “Plak plak!” Ia menampar Pinokio. Di saat itu, empat ekor kelinci datang membawa sebuah peti mati. Pinokio sangat terkejut dan secepatnya Ia meminum obat pahit itu.
               “Pinokio, kenapa kamu tidak pergi ke sekolah? Padahal kakek sangat sayang padamu”, tanya Ibu Peri.
                “Hmmm... ketika di jalan, aku menjual buku ABC dan uangnya untuk roti anak miskin yang kelaparan. Karena itu Pinokio tak bisa pergi ke sekolah”, kata Pinokio. Tiba-tiba saja “Syuuuutt”, hidung Pinokio mulai memanjang.
                 “Pinokio! Katakan yang sejujurnya! Kalau kau berbohong sedikit saja, hidungmu akan memanjang!”, kata Ibu Peri.
                 “Maafkan Pinokio. Pinokio tak akan berbohong lagi”, kata Pinokio dengan meminta maaf dan rasa penyesalan. Lalu Ibu Peri tersenyum, dan memerintahkan burung pelatuk mematuki hidung Pinokio. Dan hidung Pinokio kembali ke bentuk semula.
                  “Ayo kembalilah ke rumah, dan besok bersiaplah belajar ke sekolah!”, kata Ibu Peri.

            Dalam perjalanan menuju rumah, Pinokio bertemu dengan kereta wahana bermain. Melihat keasyikan wahana, Pinokio tak bisa menahan diri dan kembali lupa akan janjinya pada Ibu Peri. Hari demi hari, Pinokio hanya bermain di wahana permainan anak.

            Hingga suatu hari, Pinokio yang tengah bermain, sangat terkejut melihat wajahnya dari pantulan permukaan air. “Tidaakkk! Telingaku kenapa jadi telinga keledai! Dan aku pun punya buntut keledai!”, teriak Pinokio. Ternyata anak lainnya pun telah berubah menjadi keledai hidup. Dan secara tiba-tiba, Pinokio berubah menjadi seekor keledai dan dijual ke sirkus karena telah melanggar janji pada Ibu Peri. SehinggaPinokio mendapat hukuman menjadi keledai.

            Setiap hari Pinokio dipecut dan harus melompati lingkaran api yang panas. Pinokio merasa ketakutan dan harus melompati lingkaran api itu. Di kemudian hari, Pinokio terjatuh dan kakinya patah. Lalu pemilik sirkus menjadi marah. “Dasar keledai dungu! Lebih baik dibuang ke laut kau!”, kata pemilik sirkus.

              Kemudian Pinokio dilempar ke laut yang dalam. “Blub Blub Blubbb....Bub...”, terdengar suara Pinokio tenggelam ke laut yang dalam. Lalu ikan-ikan datang menggigitnya tubuhnya. Dan kulit keledai Pinokio akhirnya terlepas. “Terima kasih ikan-ikan. Tanpa kalian aku akan jadi keledai seumur hidupku”, kata Pinokio. Walaupun sebenarnya ikan-ikan itu utusan Ibu Peri karena Pinokio telah menyadari kesalahannya.

            Ketika berenang, Pinokio mengucapkan berjanji dalam hati, “Kali ini aku akan pulang ke rumah dan pergi ke sekolah untuk belajar dengan giat! Setelah sekolah, aku akan membantu pekerjaan di rumah dan membantu kakek memahat”. Setelah itu, “Hrrr…. seekor ikan paus besar datang mendekat dengan suara yang menyeramkan. “Ikan Pausss…. Toloooong!!!”, teriak Pinokio dan akhirnya tertelan oleh ikan paus yang besar. “Happ...”, suara ikan paus memakan Pinokio. Di dalam perut ikan paus sangat gelap gulita. Namun dari kejauhan, Pinokio melihat kakek Gepeto ingin menyelamatkannya. Namun kakek ikut tertelan ikan paus itu.
            "Kakek!”, kata Pinokio.
            “Pinokio sayangku!”, kata Gepeto. Mereka berdua saling berpelukan.
            “Kakek pergi ke laut untuk mencarimu, Nak. Untung kita bertemu!”, lanjut Gepeto.
             "Lalu bagaimana cara keluar dari sini, Kek?”, tanya Pinokio.
         “Saat ikan paus ini tidur. Cepatlah keluar Nak. Badan kakek sudah terlalu tua dan lemah. Pinokio saja yang pergi”, kata Gepeto dengan tersenyum dan menahan rasa sedih.
            “Aku tidak mau kalau tidak bersama-sama Kakek", kata Pinokio.
         "Maafkan aku Kakek, sebenarnya Pinokio benci sama Kakek. Dan Pinokio tak ingin menemui kakek. Pinokio tak sayang sama sekali pada Kakek”, kata Pinokio . Tiba-tiba hidung Pinokio mulai memanjang dan memanjang hingga mulut ikan paus terbuka lebar. Dan celah untuk keluar dari ikan paus membesar.
            "Kau berbohongkan, Nak?!", balas Gepeto.
       "Tidak, aku tak berbohong Kek. Aku sangat membenci kakek", kata Pinokio. Dan hidung Pinokio semakin memanjang. Setelah celah untuk keluar terbuka, Gepeto dan Pinokio segera merangkak dan keluar dari mulut ikan paus. Dan dengan sekuat tenaga Pinokio membawa Kakek Gepeto dan berenang ke garis pantai. Lalu Pinokio pergi ke pondok terdekat untuk merawat kakek yang pingsan. Pinokio bekerja setiap hari hingga kakek sehat kembali. Akhirnya kakek menjadi sehat kembali.
            “Pinokio, kakek tahu kalau kamu berbohong agar kita bisa selamat dari ikan paus itu. Karena kaulah kakek jadi sehat seperti ini. Terima kasih ya Nak!”, kata Gepeto dengan perasaan terharu.
          "Kakek, mulai sekarang Pinokio akan menurut apa kata kakek”, kata Pinokio. Tiba-tiba muncul cahaya bersinar terang yang menyelimuti mereka. Dan cahaya itu berasal dari Ibu Peri.
       ”Pinokio, selamat! Kau telah menjadi anak baik dan berbakti pada kakekmu”, kata Ibu Peri. Lalu Pinokio berubah menjadi seorang anak manusia sepenuhnya. Dan akhirnya mereka hidup bahagia.




- SEKIAN
Share:

2 comments:

  1. yang aku tau ceritanya itu waktu pinokio kabur dari mulut ikan paus, dia sengaja berbohong agar hidungnya panjang dan akhirnya dapat membuka mulut ikan paus tersebut

    ReplyDelete
  2. Oke, udah dirinci lagi kok ceritanya :)))) Terima kasiiih...

    ReplyDelete

Let's comment ...

Translate

Labels

Featured Post

Perang Bubat Antara Majapahit dan Sunda

Sejarah Perang Bubat berasal dari Prabu Hayam Wuruk yang ingin memperistri putri Prabu Linggabuana yang bernama Dyah Pitaloka Citr...

About Me

My photo
semua konten blog-blog yang saya publis adalah 100% lulus uji konten dari berbagai Duplicate Checker, terima kasih ........ My Contacts : Instagram : @suhendravebrianto ,, Twitter : @suhendravebrian
-------- SUBSCRIBE untuk mendapatkan tutorial Adobe Photoshop dan After Effect yang super keren.

Recent Posts

Populer Stories

Suhendra Vebrianto. Powered by Blogger.

BTricks

cursor

Mushroom Shroom