Pada suatu hari, hiduplah seekor Kancil yang cerdik. Hari sudah siang dan terasa sangat terik. Matahari bersinar di atas langit. Namun terik matahari tak pengaruh oleh Kancil. Lalu Kancil sedang terlelap tidur di bawah pohon yang rindang.
Kemudian tiba-tiba mimpi indahnya terhenti. "Toloong! Toloong!!!". Terdengar suara teriakan dan jeritan berulang-ulang. Dan terdengar suara langkah kaki binatang yang sedang berlari-lari.
"Ada apa, sih?" kata Kancil. Mata Kancil belum sadar sepenuhnya, dan terasa berat. Dari kejauhan, segerombolan hewan sedang berlari menuju arahnya. "Kebakaran!! Kebakaran!!!", teriak Kambing. "Ayo lari, Cil! Ada kebakaran di hutan!".
Terlihat asap tebal melambung tinggi ke langit. Kancil merasa takut. Dan Ia langsung bangun dari tidurnya dan berlari mengikuti teman-temannya.
Hingga Kancil terus berlari dan berlari. Walaupun Kancil bertubuh mungil, tapi Kancil dapat berlari dengan cepat. Tanpa terasa, Kancil telah berlari terlalu jauh meninggalkan teman-temannya.
"Aduh, rasanya napasku mau habis". Lalu Kancil berhenti dan duduk beristirahat. "Lho, di mana teman-temanku?". Walaupun Kancil senang karena lolos dari bahaya, Ia masih merasa takut. "Wah, aku ada di mana sekarang? Sepertinya belum pernah ke sini".
Kancil berjalan dan mengamati sekitarnya. "Waduh, aku tersesat dan sendirian pula. Bagaimana ini?!" Kancil semakin ketakutan. "Tuhanku, tolonglah diriku!".
"Aduh, rasanya napasku mau habis". Lalu Kancil berhenti dan duduk beristirahat. "Lho, di mana teman-temanku?". Walaupun Kancil senang karena lolos dari bahaya, Ia masih merasa takut. "Wah, aku ada di mana sekarang? Sepertinya belum pernah ke sini".
Kancil berjalan dan mengamati sekitarnya. "Waduh, aku tersesat dan sendirian pula. Bagaimana ini?!" Kancil semakin ketakutan. "Tuhanku, tolonglah diriku!".
Kancil melanjutkan berjalan hutan yang asing baginya. Hingga Kancil tiba di pinggir hutan. Kancil melihat sebuah ladang milik Pak Tani.
"Apakah ini ladang sayuran dan buah-buahan? Syukurlah, terima kasih, Tuhan", kata Kancil. Ladang sawah itu penuh dengan sayuran dan buah-buahan segar. "Asyik sekali! Kebetulan aku haus dan lapar sekali", kata Kancil dengan menelan air liurnya. "Tenggorokanku terasa kering dan perutku keroncongan. Mari makan!!!".
"Apakah ini ladang sayuran dan buah-buahan? Syukurlah, terima kasih, Tuhan", kata Kancil. Ladang sawah itu penuh dengan sayuran dan buah-buahan segar. "Asyik sekali! Kebetulan aku haus dan lapar sekali", kata Kancil dengan menelan air liurnya. "Tenggorokanku terasa kering dan perutku keroncongan. Mari makan!!!".
Lalu Kancil memakan sayur dan buah-buahan yang ada di ladang. Kasihan Pak Tani. Dia pasti marah kalau melihat kejadian ini. Si Kancil nakal sekali?
"Hmm...Nikmatnyaaa", Kata Kancil sambil mengusap-usap perutnya. "Andai saja tiap hari ada pesta seperti ini, pasti menyenangkan".
Kamusian Kancil merebah di bawah pohon yang rindang dan mengantuk. "Aku jadi ingin tidur lagi", kata Kancil sambil menguap.
Akhirnya Kancil yang nakal pun tertidur. Ia melanjutkan tidur siangnya yang terganggu akibat kebakaran hutan tadi. Kancil tidur dengan pulas hingga terdengar suara dengkurannya. "Krr... krr... krrr...". Ketika bangun di keesokan harinya, Kancil merasa lapar lagi. "Wah, pesta mentimun berlanjut, nih", Kata Kancil. "Kali ini aku pilih-pilih dulu. Siapa tahu ada buah mentimun yang segar dan lezat".
"Hmm...Nikmatnyaaa", Kata Kancil sambil mengusap-usap perutnya. "Andai saja tiap hari ada pesta seperti ini, pasti menyenangkan".
Kamusian Kancil merebah di bawah pohon yang rindang dan mengantuk. "Aku jadi ingin tidur lagi", kata Kancil sambil menguap.
Akhirnya Kancil yang nakal pun tertidur. Ia melanjutkan tidur siangnya yang terganggu akibat kebakaran hutan tadi. Kancil tidur dengan pulas hingga terdengar suara dengkurannya. "Krr... krr... krrr...". Ketika bangun di keesokan harinya, Kancil merasa lapar lagi. "Wah, pesta mentimun berlanjut, nih", Kata Kancil. "Kali ini aku pilih-pilih dulu. Siapa tahu ada buah mentimun yang segar dan lezat".
Maka Kancil berjalan mengelilingi ladang Pak Tani yang luas. "Ah, ketemu yang kucari! " kata Kancil dengan gembira. "Hmm... Timunnya kelihatan besar! Pasti sedap nih."
Kancil langsung memakan mentimun dan berkata, "Ah, sedap sekali sarapan timun ini".
Hari sudah siang, Kancil kembali ke bawah pohon rindang untuk beristirahat.
Tapi Pak Tani terkejut melihat ladangnya. "Wah, ladang timunku kok jadi berantakan?!" Kata Pak Tani. "Perbuatan siapa ini?!! Pasti ada pengganggu yang ganas atau mungkinkah ada bocah nakal atau hewan yang mencuri timunku?"
Ladang timun itu memang benar-benar berantakan. Banyak timun yang rusak karena terinjak. Dan banyak pula sisa mentimun yang berserakan di tanah. "Hmmm awas kalau sampai tertangkap!" kata Pak Tani sambil mengibas-ngibaskan sabitnya.
Lalu Pak Tani kembali membenahi ladangnya yang berantakan sehari penuh. Di tempat istirahatnya, Kancil memperhatikan Pak Tani. "Hmm... pasti Pak Tani itu yang punya ladang" Kata Kancil. "Kumisnya tebal, hitam, dan melengkung ke atas. Lucu sekali. Whahaha..." Kata Kancil dengan tertawa.
Ladang timun itu memang benar-benar berantakan. Banyak timun yang rusak karena terinjak. Dan banyak pula sisa mentimun yang berserakan di tanah. "Hmmm awas kalau sampai tertangkap!" kata Pak Tani sambil mengibas-ngibaskan sabitnya.
Lalu Pak Tani kembali membenahi ladangnya yang berantakan sehari penuh. Di tempat istirahatnya, Kancil memperhatikan Pak Tani. "Hmm... pasti Pak Tani itu yang punya ladang" Kata Kancil. "Kumisnya tebal, hitam, dan melengkung ke atas. Lucu sekali. Whahaha..." Kata Kancil dengan tertawa.
Kancil belum pernah bertemu manusia sebelumnya. Namun Kancil sering mendengar tentang Pak Tani dari teman-temannya. "Pak Tani kenapa lama yaa?" keluh Kancil yang menunggu lama sekali. Pada siang hari, Kancil ingin makan mentimun yang segar lagi.
Di sore harinya, Pak Tani pergi pulang dan membawa keranjang timun di bahunya. Dia pulang sambil bergumam karena hasil panennya berkurang. Di samping itu, waktunya habis untuk menata ladangnya yang rusak. "Sekarang tiba juga waktu yang aku tunggu", Kancil bangun dan menuju ladang. Dan Kancil kembali berpesta makan mentimun Pak Tani.
Di hari berikutnya, Pak Tani marah karena melihat ladangnya rusak lagi. "Benar-benar sangat keterlaluan!" kata Pak Tani dengan mengepalkan tangannya. "Tanaman lainnya ikut rusak dan hilang!"
Pak Tani memeriksa tanah untuk mengetahui jejak si pencuri. "Hmm... ini pasti binatang!" kata Pak Tani. "Jejak manusia tidak begini bentuknya".
Pak Tani yang malang itu bertekad menangkap si pencuri. "Aku akan membuat perangkap untuknya!".
Maka Pak Tani segera meninggalkan ladang. Ketika di rumah, Pak Tani membuat sebuah boneka seperti manusia. Dan dia melumuri orang-orangan di ladang itu dengan getah yang lengket. Lalu Pak Tani kembali ke ladang lagi. Orang-orangan tadi dipasangkan di tengah ladang timun. Terlihat pakaiannya yang kedodoran membuatnya berkibar tertiup angin. Kepalanya dipakaikan caping, seperti milik Pak Tani.
Pak Tani memeriksa tanah untuk mengetahui jejak si pencuri. "Hmm... ini pasti binatang!" kata Pak Tani. "Jejak manusia tidak begini bentuknya".
Pak Tani yang malang itu bertekad menangkap si pencuri. "Aku akan membuat perangkap untuknya!".
Maka Pak Tani segera meninggalkan ladang. Ketika di rumah, Pak Tani membuat sebuah boneka seperti manusia. Dan dia melumuri orang-orangan di ladang itu dengan getah yang lengket. Lalu Pak Tani kembali ke ladang lagi. Orang-orangan tadi dipasangkan di tengah ladang timun. Terlihat pakaiannya yang kedodoran membuatnya berkibar tertiup angin. Kepalanya dipakaikan caping, seperti milik Pak Tani.
"Sepertinya Pak Tani tak sendiri lagi," ucap Kancil yang melihat dari kejauhan. "Orang itu datang bersama temannya. Tapi kok temannya diam saja? Kenapa Pak Tani meninggalkannya sendirian di tengah ladang?"
Waktu demi waktu, Kancil menunggu kepergian teman Pak Tani. Akhirnya Kancil tak tahan lagi. "Baiklah, lebih baik aku ke sana. Dan minta maaf karena telah mencuri timun Pak Tani. Mungkin aku akan diberi timun gratis", kata Kancil.
Waktu demi waktu, Kancil menunggu kepergian teman Pak Tani. Akhirnya Kancil tak tahan lagi. "Baiklah, lebih baik aku ke sana. Dan minta maaf karena telah mencuri timun Pak Tani. Mungkin aku akan diberi timun gratis", kata Kancil.
"Aku minta maaf, Pak", kata Kancil di depan orang-orangan itu. "Akulah yang mencuri mentimun milik Pak Tani. Perutku sangat lapar. Bapak tidak marah, kan?".
Mendengar Kancil, orang-orangan itu tidak menjawab. Kancil pun meminta maaf lagi. Tapi orang-orangan itu diam dan wajahnya tersenyum, seperti menghina Kancil.
Mendengar Kancil, orang-orangan itu tidak menjawab. Kancil pun meminta maaf lagi. Tapi orang-orangan itu diam dan wajahnya tersenyum, seperti menghina Kancil.
"Sombong sekali kau!" kata Kancil. "Aku minta maaf kok ga dijawab. Malah tersenyum menghinaku. Memangnya ada yang lucu?" kata Kancil.
Akhirnya Kancil emosi dan memukul orang-orangan itu dengan kaki kanan. "Buk! Lho, kok kakiku lengket?" Lalu Kancil memukulnya lagi dengan kaki kiri. "Buk! Tidak! Kini kedua kakiku melekat erat di tubuh Pak Tani!".
"Lepaskan kakiku!", teriak Kancil. "Kalau tidak, kutendang lagi kau! "Buk!" Kini kaki belakang Kancil melekat di tubuh orang-orangan itu. "Aduh, bagaimana kaki-kakiku ini?!". Saat sore tiba, Pak Tani kembali ke ladang. "Nah, ini dia pencuri ladangku!", kata Pak Tani dengan senang melihat jebakannya berhasil. "Ternyata kau yang telah merusak ladang dan mencuri timun-timunku!". Pak Tani tertawa ketika melepaskan Kancil. "Katanya Kancil hewan cerdik. Tapi kok bisa tertipu oleh orang-orangan? Ha... ha... ha.... ", ejek Pak Tani.
Melihat kondisinya, Kancil pasrah ketika dibawa ke rumah Pak Tani. Lalu Kancil dikurung di kandang ayam. Namun Kancil terkejut karena Pak Tani menyuruh istrinya menyiapkan bumbu sate. "Aku harus segera keluar malam ini juga! Kalau tidak, tamatlah aku!!", kata Kancil. Malam telah tiba, ketika Pak Tani dan istrinya tertidur, Kancil memanggil si Anjing penjaga rumah. "Sssst.... Ssst... Anjing, kemarilah!", bisik Kancil. "Hai, perkenalkan, aku Kancil. Binatang peliharaan baru milik Pak Tani. Besok aku akan diajak Pak Tani pergi ke pesta di rumahnya Pak Lurah, asyik kan?" Kata Kancil. Si Anjing terkejut dan berkata, "Aku tak percaya! Aku yang lama ikut Pak Tani tak pernah diajak ke pesta. Malah kamu yang diajak".
Kancil tersenyum penuh arti. "Terserah kalau tak percaya. Lihat saja besok! Aku tak akan bohong!". Sehingga si Anjing terpengaruh kata-kata si Kancil. si Anjing meminta agar Kancil membujuk Pak Tani untuk mengajaknya juga ke pesta.
"Oke, aku akan membujuk Pak Tani. Tapi malam ini kau harus menemaniku tidur di kandang ayam, bagaimana?", kata Kancil. Si Anjing langsung setuju dengan tawaran Kancil. Ia segera membuka gembok kandang dan masuk. Dengan sigap, Kancil secepatnya keluar dari kandang ayam.
"Terima kasih!!!" Kata Kancil dengan menutup kembali gembok kandang. "Maaf yaa, aku terpaksa berbohong. Dan Sampaikan maafku pada Pak Tani ya!", Kata Kancil dan berlari secepatnya meninggalkan rumah Pak Tani. Si Anjing yang malang itu baru tersadar kalau Kancil sudah membohonginya.
- SEKIAN
Catatan:
Cerita Si Kancil Pencuri Ketimun ini adalah karya orang Belanda untuk membuat bangsa Indonesia yang cerdik saja menjadi cerdik dan suka mencuri pada saat masa penjajahan. Hal ini untuk membuat bangsa Indonesia tidak seperti Kancil, kenapa cerdik tapi suka mencuri?
No comments:
Post a Comment
Let's comment ...