Langsung ke konten utama

Cerita Si Kancil dan Sang Gajah


      Pada suatu hari yang petang, sang Kancil yang cerdik berjalan pelan-pelan di dalam hutan lebat. Ia sedang berjalan pelan-pelan dan tiba-tiba Kancil tak sengaja terjatuh ke jurang yang sangat dalam. Ia coba untuk keluar berkali-kali tapi nasibnya malangnya dan tidak berdaya.

Setelah segala usaha yang dilakukan kancil sia-sia, sang Kancil pun berpikir, “Macam mana aku bisa keluar dari lubang yang sempit nan dalam ini? Kalau hujan tiba, aku bisa tenggelam disini!?”

walau lama berpikir dan tak ada ide yang tepat untuk Kancil keluar dari lubang ini, sang Kancil tetap tidak mau berputus asa dan terus berfikir untuk keselamatannya.

Dalam situasi yang kehabisan akal mencari ide, Kancil mendengar bunyi tapak kaki yang besar,

“Hmmm... Kalau bunyi tapak kaki ramai ni, ini tak lain, pasti hewan gendut dan berkaki empat yakni gajah... Kesempatan ni...”


Lalu Kancil mendapat satu ide yang tepat menyelamatkan diri dari lubang yang dalam itu.


Ending Versi Pertama :

Kemudian Sang Gajah yang tiba itu pun melihat dan menegur Kancil,

“Eh Kancil imut, lagi buat apa kau?” Tanya si Gajah gendut.

“Menyelamatkan diri laaah!”, jawab Kancil.

“Dari apaan, Cil?” Balas si Gajah.

“Dari bahaya, coba tengok ke atas, langit sudah hitam, tinggal beberapa menit lagi akan air hujan turun dari langit!” Jawab Kancil.

Gajah yang tak tahu apa-apa ini pun terus mempercayai Kancil.

“Lalu macam mana kau selamatkan diri?” Tanya Gajah.

“Masuklah sekali dalam lubang ini, kalau langit hujan, kita akan selamat dari bahaya”

Tanpa berpikir panjang, Gajah pun melompat ke dalam lubang. Lalu Kancil langsung mengambil kesempatan dengan melompat ke atas badan gajah dan keluar dari lubang yang dalam itu.

“Hahaha,,,, murung amat muka kau, selamatlah diriku” Kemudian Kancil pun berlari pergi meninggalkan Gajah yang masih gelisah di dalam lubang tadi”.



- SEKIAN


Ini adalah versi cerita Gajah tidak berfikir sebelum bertindak.
Mari kita simak cerita versi kedua dengan Gajah yang Bijaksana.



Ending Versi Kedua :

“Aku terjatuh dalam lubang yang besar Gajah, dah berkali-kali aku coba keluar tapi tak bisa, bagaimana kalau engkau berbelas kasih menolongku keluar dari lubang ini? Aku akan membagikan tebu yang paling besar di dalam hutan rimba ini!”, balas Kancil.

“Baiklah Cil, tapi aku bisa keluarkan kau dengan cara apa?”, tanya Gajah.

“Coba tengok sekelilingmu, mungkin mana tau ada dahan kayu yang tumbang untuk keluarkan aku dari lubang dalam ini!”, kata Kancil.

“Oh aku tengok ada dahan kayu besar nan kuat!”, kata Gajah dengan mengambil dahan kayu.

Kemudian Gajah menggunakan kekuatannya menahan dahan kayu dengan belalainya ke dalam lubang.

Lalu Kancil dapat keluar dari lubang yang gelap itu. Seperti yang dijanjikan, Ia memberikan gajah tebu paling besar di dalam hutan rimba.


- SEKIAN 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rubah dan Pohon Anggur yang Menggiurkan

  Pada suatu hari yang cerah di sebuah hutan yang rimbun dan penuh dengan kehidupan, hiduplah seekor rubah bernama Ruru. Ruru dikenal sebagai rubah yang cerdik dan penuh rasa ingin tahu. Hutan tempat Ruru tinggal selalu dipenuhi dengan suara kicauan burung, gemericik air sungai, dan bayangan pepohonan yang sejuk. Semua hewan di hutan itu, dari Kelinci hingga Rusa, hidup damai satu sama lain. Pagi itu, sinar matahari yang hangat menyelinap di antara dedaunan, menciptakan bayangan indah di tanah. Angin sepoi-sepoi berhembus, menggerakkan ranting-ranting pohon dan membuat dedaunan bergoyang lembut. Suara burung berkicau merdu, menambah keindahan pagi di hutan. Di hutan itu, ada juga suara gemerisik daun yang jatuh ke tanah. Terkadang, terdengar suara binatang kecil seperti serangga yang merayap di bawah daun-daunan. Ketika Ruru berjalan, dia merasakan kelembutan rumput di bawah kakinya dan aroma segar dari bunga-bunga liar yang bermekaran. Ruru, dengan bulunya yang berkilauan di b...

Kejujuran si Gembala Kecil: Pelajaran yang Berharga

               Di sebuah desa yang damai dan sejuk, hiduplah seorang anak gembala kecil bernama Bima. Bima dikenal oleh semua orang di desanya sebagai anak yang rajin, cerdas, dan terutama jujur. Setiap hari, ia menggembalakan domba-domba keluarganya di padang rumput yang luas dan hijau. Suatu hari, ketika Bima sedang menggembalakan domba-dombanya, ia menemukan sebuah kantong kecil yang tergeletak di tanah. Dengan hati-hati, Bima mengambil kantong itu dan melihat isinya. Betapa terkejutnya Bima ketika menemukan bahwa kantong itu penuh dengan emas yang berkilauan di bawah sinar matahari. "Wah, ini pasti kantong emas milik seseorang yang hilang," kata Bima kepada dirinya sendiri. "Aku harus mencari tahu siapa pemiliknya." Bima berpikir sejenak dan memutuskan untuk membawa kantong emas itu ke kepala desa. Ia berharap kepala desa bisa membantunya menemukan pemilik kantong emas tersebut. Dalam perjalanan menuju rumah kepala desa, Bima bertem...