Langsung ke konten utama

Rubah dan Kancil: Kejadian di Hutan Rimba

Pada suatu hari yang cerah di hutan rimba, seekor rubah sedang bermain dengan riang gembira. Rubah itu melompat-lompat di antara semak-semak dan menikmati sinar matahari yang hangat. Pepohonan yang rindang dan daun-daun yang hijau membuat suasana hutan terasa sangat menyenangkan. Di kejauhan, terdengar suara burung berkicau merdu, menambah keindahan pagi itu.

Tiba-tiba, rubah itu melihat seekor kancil yang sedang duduk santai di bawah pepohonan yang rindang. Kancil itu tampak menikmati keteduhan dan kesejukan hutan, dengan mata yang terpejam dan telinga yang mendengarkan alunan alam.

Rubah yang jahil mengambil kerikil kecil dan melemparkannya ke arah kancil yang sedang beristirahat. Kerikil itu tepat mengenai tubuh kancil, dan rubah tertawa pelan sambil berusaha tetap sembunyi di balik dedaunan.

Kancil yang terkena lemparan kaget dan mencari siapa yang melemparnya. Rubah yang merasa berhasil menjahili kancil tidak menyadari bahwa kancil telah melihatnya. Dengan sedikit marah, kancil juga mengambil kerikil dan melemparkannya ke arah rubah. Kerikil itu mengenai tubuh rubah, dan rubah merasa sedikit kesakitan.

"Beraninya kamu melempar saya!" kata rubah dengan nada kesal.

"Kamu kan yang duluan ngelemparkan saya?" jawab kancil dengan nada lantang.

Rubah pun mengambil batu yang lebih besar dan kembali melempar kancil. Kancil yang melihat lemparan tersebut dengan gesit menghindari batu itu. Namun, di saat yang bersamaan, seekor beruang sedang berjalan di belakang kancil. Batu besar itu mendarat tepat di atas hidung beruang.

"Siapa yang melakukan ini?" teriak beruang dengan marah. Dengan sedikit ketakutan, kancil menunjuk ke arah rubah. Rubah yang merasa bersalah langsung kabur menyelamatkan diri. Dengan penuh rasa marah, beruang berlari mengejarnya.

Karena tubuhnya yang lebih besar, beruang kesulitan menangkap rubah yang berlari dengan cepat di antara pohon-pohon tumbang. Rubah terus menjauhi beruang, walau merasa belum aman. Ia tetap berlari dan akhirnya sampai di tepi sungai yang jernih dan mengalir tenang. Rubah pun bingung tak tahu harus lari ke mana lagi, sambil mencari cara untuk menyeberang sungai, ia menelusuri sungai dan sesekali menoleh ke belakang.

Dalam kebingungannya, rubah bertemu dengan seekor unta yang sedang merendam tubuhnya di sungai.

"Halo, sobat berpunuk," sapa rubah dengan akrab.

"Halo, teman kecil," jawab unta dengan ramah.

"Apakah air sungai ini dalam, sobat?" tanya rubah dengan khawatir.

"Tidak, sungai ini hanya sebatas lututku saja. Kau boleh masuk," jawab unta dengan tenang.

"Lihatlah tubuhku, jika sungai ini dalam, pasti hanya kepalaku saja yang akan kelihatan," lanjut unta sambil tertawa.

Ketika keduanya asyik mengobrol, tiba-tiba muncul beruang dari dalam hutan. Tanpa berpikir panjang, rubah pun langsung melompat ke sungai.

Unta yang melihat rubah langsung masuk ke sungai terheran-heran. Setelah masuk ke sungai, rubah tak muncul-muncul lagi, hanya terlihat gelembung air di permukaan seperti air mendidih. Ternyata rubah tidak bisa berenang dan tenggelam.

Namun beruntung bagi rubah, karena ia segera ditolong oleh unta dengan mengangkatnya naik ke tepi sungai. Setelah sadar dari peristiwa tenggelam, rubah malah memarahi unta.

"Kenapa kamu bilang sungai ini hanya sampai lutut? Kenapa aku bisa tenggelam?" keluh rubah dengan marah.

"Rubah, coba kamu lihat air sungai ini. Batasnya memang sampai lututku, tetapi karena tubuhmu pendek, sungai ini jadi dalam dan permukaan air di atas kepalamu," jawab unta sambil tertawa.

Kancil yang juga muncul dari dalam hutan mendekati rubah dan unta. Ia tertawa melihat kejadian itu.

"Makanya, jangan sesekali sombong dan jahil, Rubah. Kamu harus belajar untuk lebih hati-hati," kata kancil dengan bijaksana.

"Iya, maafkan aku, Kancil dan Unta. Aku tidak akan sombong dan jahil lagi," kata rubah dengan penuh penyesalan.

 

Pesan Moral

Pesan moral dari cerita ini adalah bahwa kesombongan dan kejahilan hanya akan membawa masalah. Kita harus selalu berhati-hati dan bijaksana dalam bertindak, serta menghargai orang lain.

Karakter dalam Cerita

1.        Si Rubah

2.        Si Kancil

3.        Si Beruang

4.        Si Unta

 




SEKIAN ...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jack si Pemalas

                 Pada suatu hari, seorang anak laki-laki bernama Jack hidup bersama ibunya. Mereka berdua hidup dalam keterbatasan dan ditambah usia sang ibu yang sudah tua. Ibu Jack berkerja sebagai penenun, tetapi Jack sendiri anak pemalas dan tidak pernah mau melakukan apapun selain berjemur di bawah panasnya matahari. Jack juga selalu duduk di sudut rumah saat musim dingin, sehingga orang-orang memanggilnya Jack si Pemalas. Ibu Jack berkata, "Jack anakku, jika kamu tidak bekerja untuk dirimu sendiri, lalu siapa yang akan peduli padamu?".               Jack si Pemalas merasa risau. Keesokannya, ia berusaha mencari pekerjaan. Ia bertemua seorang petani. Kemudian si petani menawari Jack membawa karung beras ke gudang. Si petani memberikan upah Rp.25.000,-. Jack merasa senang dan kembali ke rumah. Tetapi Jack tidak pernah bekerja sebelumnya dan uangnya terjatuh di perjalanan di tepi sungai. Sesampai...

Keajaiban Cinta Putri Gading Cempaka: Pertarungan Melawan Penyihir dan Naga

  Pada suatu hari di Kerajaan Sekala Brak, hiduplah seorang raja bijaksana bernama Raja Tihang Bertuah. Raja ini memiliki seorang putri cantik yang sangat disayanginya bernama Putri Gading Cempaka. Putri Gading Cempaka dikenal karena kecantikan dan kelembutannya. Rambutnya yang hitam panjang berkilau bagaikan malam yang penuh bintang, dan senyumnya yang manis seperti cahaya matahari pagi. Kerajaan Sekala Brak dikelilingi oleh pegunungan yang hijau dan subur. Udara di sana sejuk dan segar, dengan angin sepoi-sepoi yang membelai lembut wajah para penduduk. Setiap pagi, burung-burung berkicau riang, seakan menyambut hari baru dengan penuh semangat. Suatu hari, datanglah seorang pangeran tampan dari Kerajaan Pagaruyung bernama Pangeran Putra Jaya. Pangeran ini terkenal karena keberaniannya dan keadilannya dalam memimpin. Ia datang ke Kerajaan Sekala Brak untuk menjalin persahabatan dan aliansi dengan Raja Tihang Bertuah. Ketika Pangeran Putra Jaya bertemu dengan Putri Gading Cemp...

Cerita Si Kancil dan Sang Gajah

      Pada suatu hari yang petang, sang Kancil yang cerdik berjalan pelan-pelan di dalam hutan lebat. Ia sedang berjalan pelan-pelan dan tiba-tiba Kancil tak sengaja terjatuh ke jurang yang sangat dalam. Ia coba untuk keluar berkali-kali tapi nasibnya malangnya dan tidak berdaya. Setelah segala usaha yang dilakukan kancil sia-sia, sang Kancil pun berpikir, “Macam mana aku bisa keluar dari lubang yang sempit nan dalam ini? Kalau hujan tiba, aku bisa tenggelam disini!?” walau lama berpikir dan tak ada ide yang tepat untuk Kancil keluar dari lubang ini, sang Kancil tetap tidak mau berputus asa dan terus berfikir untuk keselamatannya. Dalam situasi yang kehabisan akal mencari ide, Kancil mendengar bunyi tapak kaki yang besar, “Hmmm... Kalau bunyi tapak kaki ramai ni, ini tak lain, pasti hewan gendut dan berkaki empat yakni gajah... Kesempatan ni...” Lalu Kancil mendapat satu ide yang tepat menyelamatkan diri dari lubang yang dalam itu. Endi...