Di suatu masa, hiduplah seekor anak kerang. Ia mengadu dan mengeluh pada ibunya di dasar laut. Karena sebutir pasir tajam masuk ke dalam tubuhnya yang merah dan lembek. “Anakku...”, Kata Sang Ibu dengan bercucuran air mata.
“Mengapa Tuhan tidak memberikan satu tangan pun pada bangsa kerang seperti kita, Ibu?! Sehingga Ibu tak bisa menolongku!”, kata Anak Kerang dengan kesakitan.
“Mengapa Tuhan tidak memberikan satu tangan pun pada bangsa kerang seperti kita, Ibu?! Sehingga Ibu tak bisa menolongku!”, kata Anak Kerang dengan kesakitan.
Sang Ibu Kerang terdiam lalu Ia berkata, “Ibu tahu pasti sakit sekali anakku. Tapi Ibu mohon terimalah ini sebagai takdir alam pada kita. Kuatkanlah hatimu, Nak! Jangan terlalu gegabah lagi! Sekarang kerahkan seluruh kemampuanmu untuk melawan rasa sakit dan nyeri yang menggigit, Anakku. Lalu balutlah pasir tajam itu dengan getah di perutmu lalu arahkan keluar dari tubuhmu, Nak. Hanya itu yang bisa kau perbuat, Nak”, kata Ibu Kerang dengan sendu dan tak tega melihat anaknya.
Kemudian Anak Kerang berusaha melakukan seperti nasihat ibunya. Meski pasir tajam itu mulai terbalut, namun rasa sakitnya sangat menusuk dirinya. Dengan rasa sakit yang mendalam, Anak Kerang meragukan nasihat sang Ibu. Hingga bertahun-tahun lamanya, Anak Kerang menahan rasa sakit itu.
Di pagi hari, tanpa Ia sadari dari sebutir pasir yang Ia balut muncullah sebuah mutiara yang terbentuk dalam dagingnya. Semakin lama semakin halus. Rasa sakit yang menahun pun semakin mereda. Hingga terbentuklah mutiara yang bulat dan rasa sakit mulai menghilang.
Pada akhirnya, sebutir mutiara besar yang bulat sempurna, mengkilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Ia mengingat nasihat sang Ibu, "Benar apa yang dikatakan oleh Ibuku! Aku memiliki sebuah penderitaan hidup ini namun sekarang telah berubah menjadi mutiara yang mahal". Sebuah air mata kepedihan yang berubah menjadi mutiara mengkilap. Melihat dirinya yang saat ini, Ia merasa sangat bersyukur karena sebagai hasil deritanya menahunnya, terlihat mutiara yang lebih berharga daripada kerang-kerang lainnya yang selalu berakhir sebagai Kerang Rebus di tepi jalan raya dan pertokoan.
- SEKIAN
Di pagi hari, tanpa Ia sadari dari sebutir pasir yang Ia balut muncullah sebuah mutiara yang terbentuk dalam dagingnya. Semakin lama semakin halus. Rasa sakit yang menahun pun semakin mereda. Hingga terbentuklah mutiara yang bulat dan rasa sakit mulai menghilang.
Pada akhirnya, sebutir mutiara besar yang bulat sempurna, mengkilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Ia mengingat nasihat sang Ibu, "Benar apa yang dikatakan oleh Ibuku! Aku memiliki sebuah penderitaan hidup ini namun sekarang telah berubah menjadi mutiara yang mahal". Sebuah air mata kepedihan yang berubah menjadi mutiara mengkilap. Melihat dirinya yang saat ini, Ia merasa sangat bersyukur karena sebagai hasil deritanya menahunnya, terlihat mutiara yang lebih berharga daripada kerang-kerang lainnya yang selalu berakhir sebagai Kerang Rebus di tepi jalan raya dan pertokoan.
- SEKIAN
No comments:
Post a Comment
Let's comment ...