Pada suatu hari si kancil terlihat mengantuk dengan mata yang sipit. Matanya terasa amat berat dibuka. “Huaaammm ....”, Si Kancil menguap. Hari itu cukup cerah, Si Kancil merasa rugi jika
berdiam diri. Ia mulai berjalan-jalan menelusuri hutan untuk
mengabaikan rasa kantuknya sejenak. Sesampainya di atas sebuah bukit, si Kancil
berteriak, “Wahai penduduk seluruh hutan rimba, akulah hewan yang
paling cerdas, cerdik, dan pintar di hutan yang luas ini!!! Tidak ada satupun yang bisa
menandingi kecerdasan dan kepintaranku!!!”.
Sambil
menaikkan kepalanya, si Kancil mulai berjalan menuruni bukit itu.
Ketika sampai di tepi sungai, ia bertemu dengan seekor siput kecil. “Hai kancil!”,
sapa si Siput.
“Kenapa kamu berteriak lantang tadi? Apakah kamu sedang senang sekarang?”, tanya si Siput.
“Tidak, aku hanya ingin memberitahu pada penghuni-penghuni hutan rimba ini kalau aku adalah hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar daripada yang lainnya”, jawab si Kancil dengan penuh keyakinan.
“Kenapa kamu berteriak lantang tadi? Apakah kamu sedang senang sekarang?”, tanya si Siput.
“Tidak, aku hanya ingin memberitahu pada penghuni-penghuni hutan rimba ini kalau aku adalah hewan yang paling cerdas, cerdik dan pintar daripada yang lainnya”, jawab si Kancil dengan penuh keyakinan.
“Sombong
amat kamu Kancil, kamu salah! Sebenarnya akulah hewan yang paling cerdik di hutan ini!”, kata
si Siput.
“WHahahaha....... mana mungkin Siput sekecil dirimu?” Kata si Kancil.
"Sebagai pembuktian, bagaimana kalau besok pagi kita lomba lari?", si Siput menantang Kancil.
“Baiklah! Aku terima tantanganmu wahai Siput....”, jawab si Kancil.
Akhirnya mereka berdua sepakat mengadakan perlombaan lari di keesokan pagi hari.
“WHahahaha....... mana mungkin Siput sekecil dirimu?” Kata si Kancil.
"Sebagai pembuktian, bagaimana kalau besok pagi kita lomba lari?", si Siput menantang Kancil.
“Baiklah! Aku terima tantanganmu wahai Siput....”, jawab si Kancil.
Akhirnya mereka berdua sepakat mengadakan perlombaan lari di keesokan pagi hari.
Setelah
si Kancil pergi terlebih dahulu, si Siput segera mengumpulkan temannya di dalam hutan rimba. Ia
meminta tolong agar semua temannya berbaris dan bersembunyi di jalur
perlombaan besok paginya, dan menjawab kalau si Kancil memanggilnya.
Hari perlombaan yang dinanti sudah tiba, Si Kancil dan Si Siput pun siap beradu lomba
lari.
“Apakah kamu siap kalah dari lomba lari melawanku”, tanya si Kancil.
“Tentu saja tidak, dan aku pasti akan menang”, jawab si siput.
Kemudian si Siput mempersilahkan Kancil berlari dahulu dan segeralah berlari dan memanggil si Siput, agar Si Kancil tahu sampai mana si Siput.
“Apakah kamu siap kalah dari lomba lari melawanku”, tanya si Kancil.
“Tentu saja tidak, dan aku pasti akan menang”, jawab si siput.
Kemudian si Siput mempersilahkan Kancil berlari dahulu dan segeralah berlari dan memanggil si Siput, agar Si Kancil tahu sampai mana si Siput.
Kancil
berjalan dengan santai, dan merasa yakin kalau dia pasti akan menang. Setelah Kancil melangkahkan kakinya beberapa langkah, si Kancil memanggil si Siput.
“Siput! Halo Siput! .... Sudah sampai mana kamu, Siput?”, teriak si Kancil.
“Aku ada di depanmu Cil!”, teriak si siput. Kancil terkejut dan terheran-heran, lalu segera mempercepat langkahnya.
Kemudian Ia memanggil si Siput, dan si Siput menjawab dengan kata yang sama.”Aku ada di depanmu, Cil!”
“Aku ada di depanmu Cil!”, teriak si siput. Kancil terkejut dan terheran-heran, lalu segera mempercepat langkahnya.
Kemudian Ia memanggil si Siput, dan si Siput menjawab dengan kata yang sama.”Aku ada di depanmu, Cil!”
Akhirnya
si Kancil berlari, tetapi tiap Ia memanggil si Siput, Ia selalu muncul
dan berkata kalau dia ada depan Kancil. Hingga tiba saatnya Kancil merasa keringatnya bercucuran, kakinya
terasa lelah dan nafasnya terengah-engah.
Kancil berlari terus menerus sampai akhirnya dia melihat garis finish. Wajah Kancil sangat gembira
sekali, karena ketika si Kancil memanggil si Siput, sudah tidak ada jawaban lagi.
Kancil merasa bahwa Ia adalah pemenang dari perlombaan lari pagi itu.
Betapa
terkejutnya si Kancil, karena dia melihat si Siput sudah duduk manis di batu
dekat garis finish. “Hai Kancil! Kenapa kamu lama sekaliii? Aku sudah menunggumu dari tadi!”, teriak si Siput. Dengan rasa malu yang menusuk sampai ke ulu hati, si Kancil menghampiri si Siput dan mengakui kekalahan telaknya. “Makanya jangan sesekali sombong!!! Kamu memang cerdik dan pandai, tetapi kamu bukanlah yang
terpandai dan tercerdik di hutan rimba ini”, kata si siput.
“Iya, maafkan aku Siput, aku tak akan menyombongkan diri lagi”, kata si Kancil.
- SEKIAN
“Iya, maafkan aku Siput, aku tak akan menyombongkan diri lagi”, kata si Kancil.
- SEKIAN